MDH 35

1.3K 70 14
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜

***
Mendengar suara bel rumahnya berbunyi, Alin pun segera bergegas menuju pintu utama untuk membuakakan pintu. Dia melangkahkan kakinya begitu pelan karena sedikit susah dengan keadaan perut yang semakin membuncit.

"Iya sebentaar..." sahut Alin lagi saat bel rumahnya terus-terusan terdengar. Langkah Alin pun semakin dipercepat karena risih bel rumahnya terus berbunyi.

"Cklek," Alin memutar kunci berwarna perak itu dan perlahan membuka pintu rumahnya untuk mengetahui siapa yang datang.

"Maaf, anda sia..." Tiba-tiba ucapan Alin terhenti saat melihat pemuda yang berdiri di hadapannya dengan mengenakan seragam ala seorang pegawai, di tangannya juga terlihat beberapa pucuk surat yang dia bawa.

"Apa benar ini rumahnya Pak Gavin Ratore?" tanya pemuda itu ramah.

"I...iya ini rumah suami saya Gavin Ratore. Ada perlu apa yah?" jawab dan tanya Alin balik, pemuda itu tersenyum ramah lalu menyodorkan sebuah map berwarna coklat kearah Alin.

"Ini ada kiriman untuk Pak Gavin, mohon agar ditanda tangani untuk bukti penerimaan," jelas pemuda tersebut yang ternyata seorang kurir pengantar surat yang ditujukan untuk Gavin. (Hayoo siapa yang kemarin mikir kalau yang datang itu David?😁)

"O iya, terimakasih," balas Alin tersenyum ramah, dia pun segera menandatangani kertas yang disodorkan padanya untuk bukti penerimaan.

"Ya sudah, saya permisi dulu. Mari?" pamit pemuda itu dan berlalu pergi dengan motor yang tadi dibawanya, Alin hanya mengangguk kecil dan tersenyum kemudian segera masuk kembali ke dalam rumahnya.

"Ini pasti berkas-berkas yang Gavin bilang semalam. Berkas-berkas dari perusahaan yang bekerja sama sama perusahaan Gavin itu. Iya berkas-berkas ini pasti sangat penting buat Gavin," gumam Alin yakin. Dia pun segera menutup pintu rumahnya dan bergegas masuk.

Namun, pandangan Alin tertuju pada sosok pemuda yang berdiri di depan rumahnya, dia sungguh kaget saat melihat ternyata David berjalan pelan menghampirinya, hingga akhirnya Alin pun tidak jadi menutup pintu rumahnya.

David? Mau apa dia kesini? Kalau sampai Gavin lihat, pasti Gavin bakal marah. batin Alin khawatir, dia pun pura-pura tidak melihat sosok David karena tidak mau melanggar pesan Gavin yang tidak boleh keluar rumah apalagi sampai menemui David.

"Tunggu!!" teriak David berlari kecil kearah Alin. Alin yang tadinya ingin segera masuk dan mengabaikan kedatangan David pun langsung terhenti, jantungnya mendadak berdebar cepat kalau David sudah berada di dekatnya.

"Ya Tuhan, kenapa harus ketemu lagi? Aku gak mau kalau sampai Gavin kecewa karena aku ketemu sama David. Aku gak bisa lihat dia sedekat ini? Bayangan wajah Devan pasti langsung melintas dan membuat aku semakin yakin kalau David itu Devan. Aku mohon jangan biarkan hati aku menjadi berfikiran aneh-aneh lagi. Aku mohon ya Tuhan," Alin menundukkan kepalanya, dia sungguh tidak berani menatap wajah David. Hatinya sungguh berkecamuk antara takut dan jantung yang terus berdebar kencang. Takut karena kalau sampai Gavin tau dia bisa dimarahi dan dicuekkan lagi oleh Gavin, namun perasaan hatinya tidak bisa bohong kalau dia memang selalu berdebar kala dekat dengan David, sama seperti saat dia dekat dengan Devan.

"Hey, kok bengong? Kamu kenapa? Kamu gak papa kan?" David melambaikan tangannya di depan wajah Alin hingga Alin pun terbuyar dari lamunannya.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang