MDH 25

2.1K 83 1
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜

***
Alin masih berdiri mematung melihat kearah sosok pemuda yang menurutnya sangat mirip dengan Devan itu. Dia terus menyipitkan matanya seolah meyakinkan kalau itu memang benar-benar Devan pria yang masih ada didalam hatinya.

"I...itu De...devan? A...apa aku gak mimpi? I...itu beneran Devan?" gumam Alin pelan masih belum percaya dengan apa yang dia lihat. Dia pun mengucek kedua bola matanya agar semakin pasti kalau yang dilihatnya bukan mimpi atau sekedar halusinasi.

"Enggak, itu pasti bukan Devan.
Devan udah meninggal, aku pasti cuma salah lihat. Iya, ini pasti gara-gara aku mikirin Devan terus dari semalam, makanya aku sampai berhalusinasi seperti ini," ujar Alin sambil terus mengucek kedua bolamatanya. Rasanya dia sanggat enggan membuka mata lagi karena takut kalau sosok itu memang beneran Devan.

Kali ini sosok itu pasti gak bakalan ada. batin Alin yakin. Dia menarik napasnya panjang dan Perlahan membuka kedua kelopak mata indahnya.

"Lho? Kok... Kok enggak ada?" Mata Alin melotot kaget karena sosok itu tiba-tiba lenyap dan menghilang begitu saja.

"Enggak, itu gak mungkin.
Tadi...tadi aku beneran lihat Devan, tapi...tapi kenapa sekarang jadi hilang? Apa ini cuma halusinasi?" Alin tak habis pikir dengan apa yang ada dihadapannya itu. Dia menggelengkan kepalanya seolah tidak percaya.

Iya, ini pasti cuma halusinasi. Aku pasti masih di alam mimpi, makanya sampai berkhayal macam-macam. batin Alin yakin. Dia pun bergegas untuk masuk kembali ke dalam kamarnya.

Namun...

Saat Alin hendak melangkah masuk dan membalikkan tubuhnya, tiba-tiba Gavin datang dan langsung memeluk tubuh Alin dari belakang.

"Kamu lagi ngapain di sini sayang? Aku cariin kamu dari tadi tau gak," tanya Gavin yang kini menempelkan dagunya di atas pundak kanan Alin dan menghirup aroma parfume yang Alin pakai. Matanya pun menatap kearah perkebunan teh yang sangat luas itu.

Alin menoleh kaget kearah Gavin. Dia begitu gugup saat Gavin menghampirinya.

"A...aku... Aku gak lagi ngapa-ngapin kok, aku...aku cuma...cuma lagi lihat pemandangan di sini aja. Iya lagi lihat pemandangan Vin..." jawab Alin gugup. Gavin tersenyum lalu menempelkan kedua tangannya di pipi Alin. Dia menatap wajah Alin begitu lekat dan teduh.

"Makasih buat yang semalam ya sayang, aku sayang banget sama kamu Al, " ungkap Gavin tiba-tiba, terlihat raut kebahagiaan terpancar dari wajah tampannya
Itu.

"Gak perlu bilang makasih. Itu memang udah tugas aku, jadi udah sepantasnya kamu dapat itu semua," Alin menatap balik wajah Gavin. Tangannya pun memegang kedua tangan Gavin yang menempel di pipinya. Gavin tersenyum mendengar ucapan Alin. Dia tidak tau harus bagaimana cara mengungkapkan kebahagiaannya itu dan langsung berhambur memeluk tubuh sang istri.

"Tapi aku senang banget Al, aku senang banget, aku rasa semalam itu adalah malam paling Indah buat kita. Love you sayang," Gavin mendekap tubuh Alin begitu erat seolah tidak mau melepaskannya lagi. Alin hanya tersenyum mendengarnya. Namun entah kenapa tiba-tiba air matanya mendadak menetes mendengar Gavin berbicara seperti itu.

Aku minta maaf Vin, aku gak tau kenapa perasaan aku jadi seperti ini. Aku terus-terusan ingat sama Devan, aku benar-benar gak tau kenapa merasa bersalah banget sama kamu, maafin aku. batin Alin lirih dan membalas pelukan Gavin erat.

"O iya, di sini dingin banget sayang, kita masuk aja yuk?" Gavin melepaskan pelukannya dan sedikit menggosok-gosokan tangannya.

"I...iya Vin dingin, ya udah kita masuk aja," jawab Alin setuju. Dia pun segera menghapus pipinya yang basah tadi karena takut Gavin mengetahui kalau dia sedang menangis.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang