MDH 57

1.3K 61 7
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜

***
Semenjak kepergian Gavin, Alin dan juga Kenzo dari rumah mewahnya, wajah Tuan Ratore kini selalu terlihat murung, bahkan dia sudah tidak mempedulikan kesehatannya lagi. Yang dia inginkan saat ini hanyalah bertemu dengan Kenzo cucu kesayangannya yang entah berada dimana.

"Pa," panggil Nyonya Ratore pelan.

"Papa kangen Kenzo Ma," lirih Tuan Ratore menoleh sekilas kemudian kembali memandang bingkai foto Kenzo yang dipegangnya.

"Mama juga kangen Pa. Tapi Papa makan dulu ya? Sudah satu minggu ini Papa selalu susah buat makan, Papa jangan terlalu memikirkan Kenzo, Mama yakin Kenzo dan Gavin pasti baik-baik saja. Lebih baik sekarang Papa makan, Mama takut kondisi Papa drop lagi nantinya," ujar Nyonya Ratore lembut. Dia membawa sepiring nasi dan lauk pauknya untuk Tuan Ratore.

"Papa tidak lapar Ma, Papa hanya ingin Kenzo, Papa ingin bertemu dia. Papa sangat rindu Ma, biasanya setiap sore Papa selalu gendong Kenzo, kita main-main, tapi sekarang ini semua itu tidak bisa Papa selalu lakukan lagi, bahkan sampai sekarang Papa tidak tahu Gavin dan Alin tinggal dimana. Papa merindukan mereka Ma, Papa rindu Kenzo." Dada Tuan Ratore terasa sesak mengingat sosok bayi mungil tersebut. Air matanya berlinang tak kuasa menahan rindu pada Kenzo.

Nyonya Ratore pun tidak bisa berbuat apa-apa akan semua itu, dia hanya bisa diam pasrah dan bersabar.

"Dua hari lalu Papa berhasil menemukan rumah kontrakan Gavin atas bantuan Reno. Papa sempat lihat cucu kita disana Ma. Dia lagi digendong sama Alin. Tapi disaat Papa mau gendong Kenzo, Gavin datang. Dia ngusir Papa Ma, dia ngusir Papa dan nyuruh Papa pergi. Padahal kedatangan Papa kesana hanya untuk melepas rindu pada Kenzo. Gavin sama sekali tidak memberikan izin Papa untuk bersama Kenzo walau hanya sekejap. Dia melarang Papa Ma, bahkan sekarang dia udah pindah rumah lagi dan bawa Kenzo juga Alin. Papa tidak tahu sekarang mereka tinggal dimana, Papa tidak tahu." Tuan Ratore memejamkan matanya lirih mengingat kejadian dua hari lalu saat dia berhasil menemui Gavin di rumah kontrakannya, namun bukan hal baik yang Tuan Ratore dapatkan, dia justru hanya mendapat rasa sakit di dadanya yang teramat sangat.

"Gavin benar-benar keterlaluan. Dia sama sekali tidak tahu terimakasih. Mama merawatnya dari bayi dengan tulus, tapi ini balasan dari dia. Mama kecewa sama Gavin Pa, Mama kecewa," lirih Nyonya Ratore merasakan hal yang sama dirasakan oleh Tuan Ratore.

"Dia seperti itu karna mempunyai alasan Ma. Papa bisa maklum atas sikapnya itu, Papa sangat sayang sama dia, tapi Papa tidak bisa kalau harus menyalahkan Gavin. Kita memang salah, tidak seharusnya kita menyembunyikan identitas aslinya sampai selama ini.
Jangan pernah kecewa sama Gavin Ma, dia anak kebanggaan Papa, anak kebanggaan kita." Tuan Ratore menarik kepala Nyonya Ratore dan mendekapnya erat. Bulir air mata pun terus mengalir membasahi pipinya.

Kamu lihat Vin, Papa kamu sama sekali tidak pernah membenci kamu. Kenapa kamu tega menyakiti dia seperti ini.
Mama sama Papa membesarkan dan mendidik kamu untuk menjadi anak yang baik, bukan menjadi pembangkang dan tidak berterimakasih seperti ini.
Sakit Gavin, kamu membalas semua ketulusan dan kasih sayang Mama sama Papa dengan keegoisan kamu, sakit Vin. batin Nyonya Ratore lirih menenggelamkan wajahnya di dada bidang Tuan Ratore.


***
Gavin kini sudah berada di rumah yang lebih baru lagi, kontrakan yang sebelumnya dia tinggalkan begitu saja karna keberadaannya sudah diketahui oleh Tuan Ratore sang Papa. Makanya dia memutuskan untuk pindah rumah lagi meski awalnya Alin sangat tidak setuju akan keinginan Gavin.

"Cepetan masuk! jangan di luar terus, udah sore. Nanti Kenzo malah sakit lagi." Gavin menatap wajah Alin sedikit penuh kebencian, kejadian dua hari lalu memang membuat Gavin murka dan marah, apalagi Alin terus-menerus membela Tuan Ratore dari pada dirinya.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang