MDH 5

3.4K 200 19
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜




***
Gavin benar-benar marah melihat sikap Alin yang menurutnya sangat tidak menghargainya. Padahal dia sedang makan tapi Alin malah muntah-muntah di depannya.

"Aaaarrghh!" Gavin menjambak rambutnya sendiri karna kesal. Tapi sebelumnya dia sudah membanting satu piring di hadapannya ke lantai.

"Lo benar-benar bikin gue gila Al gila!" Lagi-lagi Gavin berteriak dengan amarahnya yang semakin memuncak. Dia pun langsung mengambil tas kerjanya karena tidak mau melihat wajah Alin lagi yang selalu membuatnya emosi.

"Braakk!" Gavin membanting pintu rumahnya dengan sangat kencang dan segera masuk ke dalam mobil sport hitam miliknya yang sudah terparkir di halaman rumahnya untuk segera berangkat ke kantor.

Sementara Alin. Wajahnya kini terlihat memucat, karna dia terus saja muntah-muntah di dalam kamar mandinya. Meskipun hanya cairan bening yang keluar dari dalam mulutnya.

"Hueeek-hueekk..." Lagi-lagi hanya suara itu yang terdengar dari mulut Alin. Dia pun segera membasuh mulutnya dengan air dan membersihkannya.

Alin menatap dirinya dicermin yang ada di dalam kamar mandinya itu. Dia teringat saat Devan masih bersamanya beberapa waktu lalu. Devan terlihat begitu panik saat melihat Alin muntah-muntah seperti ini. Bahkan dulu Devan sampai menepuk-nepuk pelan pundak Alin. Tapi sekarang, semua perhatian itu tidak bisa Alin dapatkan lagi karena Devan sudah tiada.

"Hiks... Aku butuh kamu Van, aku butuh kamu. Biasanya kamu selalu khawatir kalau lihat aku udah mual-mual kaya gini. Tapi sekarang aku gak bisa dapetin itu lagi. Aku mau dapat perhatian dari kamu lagi Van. Aku butuh kamu..." tutur Alin lirih meneteskan air mata. Dia mengelus perutnya yang belum terlihat membuncit itu.

"Kamu jangan nakal ya sayang. Papa udah gak ada disini. Mama harap kamu bisa ngertiin keadaan Mama yang sekarang, karena Mama gak yakin kalau Gavin akan memberikan perhatian juga buat kamu," Alin mengajak bicara bayi yang masih berada dalam kandungannya itu. Air matanya menetes semakin deras mengingat selama ini Gavin tidak pernah memberikan perhatian terhadap kandungan Alin. Bahkan pada Alin pun hanya baru semalam saja, itu pun bagaikan sebuah mimpi.

Alin pun segera menghapus air matanya dan bergegas untuk menjumpai Gavin lagi karena takut Gavin bertambah marah padanya.



***
"Maaf Vin, aku..." Alin langsung menghentikan ucapannya saat mendapati ruangan meja makannya tidak ada siapa-siapa.

Kamu pasti udah berangkat Vin. Padahal aku pengen banget nyium tangan kamu setiap kali kamu berangkat kerja. batin Alin menatap kearah luar yang sudah tidak ada mobil Gavin di sana.

Alin pun berjalan menuju meja makan untuk membereskan bekas sarapannya tadi. Namun wajah Alin begitu kaget saat melihat banyak pecahan piring berserakan di lantai.

"Ya Tuhan!" kaget Alin yang hampir saja menginjak pecahan-pecahan piring yang sangat tajam itu.

"Hiks... Pasti kamu yang udah banting piring ini Vin.
Maafin aku. Aku gak bermaksud buat kamu jijik gara-gara aku pengen muntah tadi. Tapi aku bener-bener mual dan gak bisa nahan rasa mual itu lagi Vin." lirih Alin memunguti satu-persatu pecahan kaca itu dan mengumpulkannya hingga bersih dan segera membuangnya ketempat sampah.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang