MDH 1

9.4K 361 116
                                    

Vote+komen!

Part satu ini bakal sedikit vulgar ya gusy, jadi harap bijak dalam membacanya💜

💜Happy Reading💜

***
"Hahaha ... Devan udah, aku udah gak kuat nih, hahaha," tawa gadis cantik itu terus terdengar begitu nyaring. Wajah putihnya yang chubby itu sudah memerah akibat terus tertawa.

"Aku gak bakal lepasin kamu kalau kamu gak cium aku dulu," ujar pemuda tampan itu asal sambil terus menggelitiki perut sang gadis.

"Ih aku gak mau, ciuman aja sana sama pohon," ujar gadis cantik itu ketus namun terdengar begitu lucu. Dia pun melepaskan paksa tangan lelaki yang dia panggil Devan tadi dan segera menjauh darinya.

"Yahh ngambek lagi deh. Masa gitu aja ngambek sih sayang?" Lelaki yang bernama lengkap Devan Ratore itu mendengus kesal melihat sikap sang kekasih yang berubah menjadi marah padanya, dia pun menghampiri sang gadis yang sangat dicintainya itu dan duduk di sebelahnya.

"Cantik ya pemandangannya kayak kamu?" ujar lelaki itu sambil melihat Danau yang cukup besar dan cantik di hadapan mereka. Namun gadis cantik itu malah diam saja sambil sesekali melemparkan batu-batu kecil ke dalam Danau tersebut.

"Ya marah lagi deh," pikir Devan yang melihat wajah gadisnya yang ditekuk dan bibirnya pun sudah mengkerucut.

"Maaf ya sayang, aku kan tadi cuma bercanda, lagian kenapa harus marah sih? Cuma masalah kecil juga." Devan menyenderkan kepalanya di pundak gadis cantiknya yang bernama Alin Kanara Garsiva, atau yang sering dipanggil dengan Alin.

Alin menoleh pada Devan dan tersenyum.

"Aku gak marah kok, aku cuma kesal aja sedikit sama kamu," ujar Alin sambil mengelus lembut pipi Devan lalu beranjak pergi.

Devan tersenyum dan segera mengejar Alin.

"Pulang aja yuk? Udah sore nih. Lagian kayaknya sebentar lagi bakalan turun ...." Belum sempat Alin meneruskan ucapannya, tiba-tiba saja hujan deras mengguyur tubuhnya dan juga Devan.

"Tuh kan, baru juga aku mau bilang, eh malah hujannya udah turun," ujar Alin sedikit nyaring karena hujannya lumayan lebat.

"Ya udah kita berteduh di sana dulu, soalnya hujannya gede banget," ujar Devan tak kalah nyaring sambil menunjuk sebuah rumah namun tampak seperti tak berpenghuni atau lebih tepatnya kosong.

Alin hanya mengangguk pasrah dan segera mengikuti ajakan kekasihnya itu untuk berteduh dulu menunggu sampai hujannya agak sedikit reda.

"Ssshh ... dingin banget Van." Tubuh Alin menggigil, dia memeluk kedua lututnya dengan bibir yang sedikit pucat, bajunya pun basah kuyup akibat guyuran hujan deras yang membasahinya tadi. Devan yang melihat Alin menggigil kedinginan seperti itu hanya menyampirkan jaket berwarna hitam yang sudah dia peras karena sedikit basah.

"Sabar ya sayang, sebentar lagi pasti hujannya reda kok, kita tunggu aja dulu ya," ujar Devan lembut sambil duduk di samping Alin.

"I ... Iya Van," balas Alin terbata dengan bibir yang bergetar karna kedinginan.

Devan tersenyum sambil terus mendekatkan tubuhnya di samping Alin, pandangan mereka pun sama-sama menatap keluar melihat derasnya hujan, bahkan tak jarang terlihat cahaya kilat yang begitu menyeramkan.

"Devan aku takut Van," lirih Alin tiba-tiba saat cahaya kilat itu terlihat kembali diiringi dengan suara sambaran petir yang begitu kuat.

"Jedaarrrr ...." Alin langsung memeluk erat tubuh Devan, dia semakin ketakutan ditambah tubuhnya yang terus menggigil kedinginan.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang