MDH 52

968 56 33
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜

***
Gavin berdiri menyenderkan tubuhnya di tembok Rumah Sakit, wajahnya sangat terlihat cemas mengkhawatirkan kondisi Kenzo. Bibirnya bergetar, hatinya bahkan sangat tidak karuan memikirkan bagaimana nasib jagoan kecilnya itu.

"Harusnya Daddy gak tinggalin kamu sendiri, maafin Daddy sayang, maafin Daddy." Gavin memejamkan matanya lirih.

Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk terhadap cucuku, lindungi dia Tuhan, aku mohon. batin Tuan Ratore penuh harap.

Alin sendiri terus menangis memandang pintu kaca ruangan dimana Kenzo tengah ditangani oleh Tim Medis. Air matanya sudah membanjiri wajah cantiknya, buah hati yang sangat dia sayangi kini dalam keadaan yang mencemaskan.

"Hiks maafin Mommy. Maafin Mommy sayang." Alin menempelkan jemarinya pada pintu kaca tersebut.

"Hiks ... Daddd Daddd ... Daddd ..."

Hati Gavin semakin teriris mengingat suara parau Kenzo memanggilnya saat diperjalanan menuju Rumah Sakit tadi.

"Ya Tuhan, tolong selamatkan Putraku. Aku tahu aku lalai, tapi tolong jangan sakiti dia." Gavin ikut berdiri di samping Alin melihat keadaan Kenzo.

"Vin." Alin menatap Gavin lirih.

"Maafin aku Al, harusnya tadi aku gak tinggalin Kenzo sendiri. Kenzo sampai jatuh dari atas tangga gara-gara aku, maafin aku ya? Aku udah lalai." Gavin menarik kepala Alin agar bersender di dada bidangnya.

"Enggak Vin, aku juga salah, harusnya tadi aku gak terlalu lama tinggalin Kenzo di kamarnya, maafin aku. Aku udah lalai jadi Mommy yang baik buat Kenzo, aku yang lalai," elak Alin beralih menyalahkan dirinya sendiri.

"Aku egois Al, kenapa tadi aku marah-marah sampai lupa sama Kenzo. Kalau seandainya aku tetap di atas temani dia pasti Kenzo gak akan kayak gini. Maaf karna aku semuanya jadi kacau, maaf juga karna tadi aku sempat bentak kamu." Gavin mengelus kepala Alin lembut. Kedua matanya dia pejamkan hingga butiran bening mengalir begitu bebas di wajahnya. Hatinya masih sangat sesak mengingat kondisi Kenzo yang berlumuran darah segar di rumah tadi.

"Sekarang kita doain aja buat keselamatan anak kita. Aku yakin kok Kenzo kuat. Gak usah sedih lagi ya?" Gavin melepaskan pelukannya seraya menghapus air mata di pipi Alin.

"Tapi Kenzo masih sangat kecil, aku gak bisa bayangin gimana sakitnya dia, aku gak bisa bayangin Vin," lirih Alin kembali meneteskan air mata.

"Kenzo kuat kok sayang, dia pasti kuat, percaya sama aku. Kenzo itu anak yang kuat, dia pasti selamat." Gavin mengelus pipi Alin meyakinkan.

"Sekarang kita tunggu disana ya? Kita berdoa untuk keselamatan Kenzo." Gavin menunjuk kursi ruang tunggu yang berada tak jauh darinya.

Alin hanya mengangguk setuju tanpa berucap. Dia segera berjalan mengikuti Gavin menuju kursi ruang tunggu pasien. Tuan Ratore dan Nyonya Ratore sendiri sudah duduk menunggu disana, keduanya sama-sama mengkhawatirkan keadaan Kenzo yang sampai saat ini belum diketahui bagaimana kondisinya.

Opa akan lakuin apapun untuk keselamatan kamu. Opa akan sewa Dokter terhebat dari luar negeri kalau perlu agar kamu bisa selamat. Opa akan lakuin apapun buat kamu Kenzo, meski nyawa Opa sendiri yang akan menjadi taruhannya sekalipun, itu akan Opa lakukan. batin Tuan Ratore sungguh-sungguh.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang