Vote+komen!
💜 Happy Reading💜
***
Sebuah gundukan tanah merah yang masih basah terlihat begitu penuh dengan taburan bunga beraneka warna. Isak tangis, serta pilunya terdengar begitu menyayat hati.
Sosok wanita paruh baya dengan pakaian serba hitamnya terus menangis memeluk gundukan tanah merah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir suaminya itu. Patok kayu bertuliskan ALEXANDER RATORE nama sang suami semakin membuat tangisnya terisak. Begitu berat dan sangat sulit untuk menerima kenyataan pahit ini.
"Papa, hiks, Pah. Bangun Pah. Bangun.
Papa jangan tinggalin Mamah. Bangun Pah bangun."Wanita paruh baya yang ternyata Nyonya Ratore itu memeluk patok kuburan dihadapannya lirih."Mah, udah Mah. Mamah jangan kayak gini. Mama harus bisa ikhlasin Papa. Mama harus ikhlas Mah. Biar Papa bisa tenang disana, Mama harus ikhlas."Alin mendekat mengelus pundak Nyonya Ratore menenangkan ibu mertuanya itu.
"Tapi Mama tidak punya siapa-siapa lagi Alin. Mama sudah tidak punya siapa-siapa lagi, hiks..." Nyonya Ratore terisak dipelukan Alin. Baginya ini seperti mimpi buruk. Hatinya benar-benar belum bisa mengikhlaskan kepergian sang suami.
Alin terus menenangkan Nyonya Ratore. Para kerabat dekat dan kolega yang ikut datang ke pemakaman Tuan Ratore sudah mulai meninggalkan tanah pemakaman umum itu. Sedangkan Kenzo sendiri tengah digendong oleh Reno. Bayi tampan itu terlihat sangat terpuruk sekali. Ia hanya bisa diam dan diam. Memandang pilu gundukan tanah merah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Opa yang sangat disayanginya.
"Seribu kali kamu meminta maaf, saya tetap tidak akan memaafkan kamu. Terkecuali jika dengan kata maaf itu suami saya bisa hidup kembali. Kecuali dengan kata maaf itu kamu bisa mengembalikan suami saya. Saya benar-benar tidak akan pernah memaafkan kamu, sampai kapan pun! TIDAK AKAN PERNAH!!"
Kalimat-kalimat yang Nyonya Ratore ucapkan seolah terus terngiang ditelinga Gavin. Lelaki yang menjadi putra semata wayang yang diangkatnya sejak kecil itu hanya memandang dari kejauhan sosok Alin, Nyonya Ratore, Reno juga jagoan kecilnya. Nyonya Ratore memang melarang Gavin untuk mengikuti proses pemakaman Tuan Ratore. Ia bahkan sangat enggan untuk bertemu dengan Gavin lagi karna rasa kecewa yang teramat sangat dalam.
Gavin diam. Ia tetap diam memandang dari kejauhan. Kacamata hitam yang menutupi mata beningnya yang sudah dibanjiri bulir bening air mata.
Hatinya sangat teriris karna sebuah penyesalan yang sungguh sangat ia sesali."Pah, maafin Gavin. Gavin benar-benar menyesal Pah. Maafin Gavin."lirihnya dengan mata terpejam.
Sejenak dirinya menoleh kaget saat rombongan Alin juga sang Mama tak sengaja melewatinya karna hendak pulang.
"INI SEMUA GARA-GARA KAMU!!
KAMU PEMBUNUH!! Kamu sudah membunuh suami saya! KAMU PEMBUNUH!!" Nyonya Ratore menatap wajah Gavin penuh dendam dan emosi. Matanya seolah memerah menahan amarah saat tak sengaja melihat kehadiran Gavin disana."Maafin Gavin Mah. Gavin bukan pembunuh. Gavin minta maaf. Maafin Gavin Mah." Gavin berujar lirih.
"TIDAK! KAMU BUKAN ANAK SAYA!
KAMU PEMBUNUH!! KAMU PEMBUNUH!!""Enggak. Enggak Mah. Gavin bukan pembunuh."
"PEMBUNUH!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/240695756-288-k392401.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband (On Going)
RomanceFollow sebelum membaca demi kepentingan kita bersama: ) Genre romance! Warning 17+ Ini tentang kehidupan seorang gadis dan pemuda. Seorang gadis yang terus-menerus menangis dan meratapi kehidupannya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia yang...