MDH 16

2.5K 134 8
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜

***
Gavin masih asik mengendarai motor ninja hitamnya itu. Tatapan matanya pun kini fokus ke depan, tidak memandangi wajah Alin dari kaca spion motornya lagi.

Sementara Alin justru tiba-tiba mendadak mual. Rasanya dia ingin sekali memuntahkan sesuatu yang membuatnya mual itu.

"Huueek... Hueeek..." Alin menutup mulutnya dan terus menahan agar tidak muntah karena rasa mualnya itu.

Gavin sendiri hanya melirik lewat kaca spion motornya. Entah kenapa dia hanya diam saja. Bahkan menegur untuk mengetahui keadaan Alin pun tidak.

Itu pasti gara-gara bayi pembawa sial itu, elo jadi mual kaya gini Al? Kalau bayi sialan itu gak hidup di rahim elo pasti gak akan kaya gini jadinya. batin Gavin menatap sinis kearah Alin. Otaknya sepertinya sudah mulai kembali eror, bahkan dia kini malah menyalahkan janin yang tengah Alin kandung.

"Vin, A...aku mohon berhentiin dulu motornya. A...aku mual banget Vin... Huuekk..." ujar Alin masih menutup mulutnya. Dia menepuk pelan punggung Gavin agar menghentikan laju motornya. Namun apa? Gavin sama sekali tidak mempedulikan ucapan Alin. Dia terus saja melajukan motornya tanpa mempedulikan keadaan Alin yang sudah tidak tahan ingin muntah.

"Hueek... Vin... Aku...aku mohon, hueek... Vin aku, aku udah gak kuat Vin, tolong berhen...tiin dulu motornya!" pinta Alin lagi, wajahnya kini menjadi pucat bahkan mengeluarkan keringat dingin. Dia terus menutup mulutnya karena sudah tidak sanggup menahan rasa mualnya itu.

Akhirnya dengan wajah yang sangat kesal dan penuh keterpaksaan, Gavin pun menghentikan motornya di samping jalanan yang cukup sepi itu, sementara Alin buru-buru langsung turun dan memuntahkan semuanya yang membuat perutnya mual. Walaupun hanya cairan bening saja yang keluar dari dalam mulutnya itu.

"Huueek...hueek! Huueek..." Alin terus muntah-muntah di pinggiran jalan raya. Wajahnya pun semakin pucat saja dan terlihat sangat lelah. Gavin yang melihatnya hanya diam sambil terus menatap sinis kearah Alin.

Gara-gara anak elo Van istri gue jadi kaya gini. Harusnya elo gak perlu nyuruh anak elo itu terlalu lama di dalam rahim Alin. Gue lebih suka kalau dia ikut sama elo, dan gue janji gak akan pernah nyakitin Alin lagi apalagi sampai buat dia nangis, asal anak itu harus mati dan gak nyusahin gue sama Alin lagi. batin Gavin begitu nafsunya menginginkan janin yang tengah Alin kandung itu mati. Padahal janin itu tidak salah apa-apa dan dia pun tidak tau menahu tentang masalah yang ditanggung Gavin, Devan maupun Alin.

Gavin terus saja menatap tajam kearah Alin, apalagi kearah perut Alin yang masih datar itu. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu otaknya sudah dipenuhi nafsu dan amarah. Bahkan mungkin kalau dia memegang pisau sudah dia tusukkan kearah perut Alin agar bayi itu segera mati.

"Emm, maa...maaf Vin, aku...aku gak bermaksud buat kamu nunggu lama," Alin kembali menghampiri Gavin. Dia begitu gugup melihat wajah Gavin yang sepertinya siap menerkam mangsanya itu.

"Udah naik, gak usah kebanyakan minta maaf elo!" suruh Gavin ketus dan segera menghampiri motornya. Dia pun naik ke atas motor ninja hitamnya itu diikuti pula oleh Alin yang naik di belakang Gavin.

Gavin pun mulai melajukan motornya tanpa mengucap kata-kata lagi. Bahkan menyuruh Alin agar berpegangan pun tidak sama sekali.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang