Vote+komen!
💜Happy Reading💜
***
Setelah puas meluapkan semua kekesalan dan amarahnya pada mainan-mainan milik Kenzo, Gavin langsung berlalu pergi begitu saja. Entah ia pergi kemana, tapi semenjak kejadian tadi pagi wajah Kenzo terus terlihat murung dan sedih. Ia bahkan sampai tidak mau menghisap Asi sang Mommy saat Alin menawarinya."Kenzo kenapa sih sayang? Kenapa gak mau mimi? Nanti kalau Kenzo sakit gimana? Mommy gak mau kalau Kenzo sakit nak," cemas Alin tampak khawatir. Kenzo sama sekali tidak bergeming. Ia tetap duduk di atas lantai dengan memangku mainan mobil-mobilan kesayangannya yang sudah hancur berkeping-keping.
Kenzo memandang mainan tersebut. Terlihat kedua bola mata indahnya berkaca, ia juga memandang wajah Alin seolah ingin sekali mengadu kalau mainannya kini menjadi rusak akibat ulah Daddynya sendiri.
"Mbim Zo Momm, mbim Zoo," lirihnya menunjukkan mainan yang sudah rusak parah itu.
"Gavin sangat keterlaluan, Mommy tahu gak seharusnya Daddy kamu merusak mainan kamu nak, tapi apa boleh buat, kalau Mommy memprotes masalahnya justru nanti malah akan semakin bertambah rumit. Kenzo yang sabar ya sayang? Mommy yakin Daddy itu baik dan sayang sama Kenzo, dia gak benar-benar benci kamu nak." Alin mendekap tubuh mungil jagoan kecilnya itu. Wajah Kenzo sendiri ia tenggelamkan kedalam pelukan sang Mommy.
"Mbim Zoo, mbim Zooo," lirihnya lagi-lagi mengadu sesenggukan.
"Gak boleh nangis terus, Kenzo gak boleh cengeng nak, kalau Daddy lihat dia bisa semakin marah nantinya. Kenzo itu kan anak yang kuat, anaknya Mommy yang paling pintar, jadi gak boleh sedih lagi ya? Nanti kalau Daddy udah punya uang pasti mainannya diganti lagi sama Daddy, percaya sama Mommy nak, Daddy Kenzo itu orang yang sangat baik, jangan sedih lagi ya? Kenzo gak boleh sedih." Alin melepaskan dekapan hangatnya memandang teduh wajah polos Kenzo. Ia juga mencoba menegarkan hati Kenzo untuk berhenti bersedih meski entah Kenzo akan mengerti atau tidak dengan ucapannya.
Kenzo sendiri begitu serius menatap wajah Alin yang tengah berbicara dengannya itu. Ia seperti mengerti dengan apa yang Alin ucapkan. Celotehan lucunya pun kembali terdengar dari mulut kecilnya. Ia menarik kerah baju Alin dengan bibir yang sedikit ia buat maju kedepan.
"Mim-mi Momm, Zooo mimi," ujarnya membuat satu senyuman terukir di bibir tipis Alin.
"Emmp, akhirnya jagoan Mommy ini kehausan juga. Yaudah kita mimi dulu. Sini duduknya yang benar, Mommy pangku Kenzo dan Kenzo boleh mimi Mommy." Alin membenarkan posisi Kenzo agar berbaring di pangkuannya. Kepala Kenzo ia posisikan di sebelah kiri menyanda pada lengan kirinya. Beberapa kancing bajunya pun mulai ia buka agar lebih leluasa saat memberikan Asinya untuk Kenzo.
"Kebahagiaan Mommy itu sekarang sepenuhnya ada pada kamu sayang.
Kalau Kenzo senang Mommy pasti ikut senang, tapi kalau Kenzo sudah sedih rasanya hati Mommy sakit banget, apalagi saat Kenzo nangis.
Maafin Mommy ya nak kalau selama ini belum bisa memberikan yang terbaik buat Kenzo, maafin Daddy juga kalau akhir-akhir ini sering buat Kenzo nangis. Mommy sama Daddy sangat sayang Kenzo." Alin memandang haru wajah polos jagoan kecilnya itu. Hisapan yang begitu kuat dapat ia rasakan karna hisapan Kenzo terhadap Asi-nya. Namun Alin tidak sedikit pun mengeluh kesakitan walau Kenzo sering kali tidak sengaja menggigit saat tengah diberikan Asi. Alin menahan itu semua karna semua rasa sakit itu seolah hilang kalau sudah melihat wajah polos Kenzo."Kayaknya semenjak ada Kenzo, Mommy jadi lebih perhatian sama Kenzo terus deh, Daddy juga jadi gak bisa mimi sama Mommy lagi. Uhh jagoan Daddy udah ambil Mommy dari Daddy nih. Awas ya? Nanti Mommynya bakalan Daddy ambil."
Bibir Alin tiba-tiba saja tersenyum, bayangan-bayangan indah saat masih tinggal di rumah kedua orang tua Gavin itu seolah kembali terekam di memori ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband (On Going)
RomanceFollow sebelum membaca demi kepentingan kita bersama: ) Genre romance! Warning 17+ Ini tentang kehidupan seorang gadis dan pemuda. Seorang gadis yang terus-menerus menangis dan meratapi kehidupannya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia yang...