MDH 12

2.9K 158 13
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜






***
Terlihat Alin masih merasakan kenyamanan berada dipelukan Gavin sang suami. Hatinya benar-benar bahagia mendapat perlakuan lembut seperti itu dari Gavin.

Aku mau kamu kaya gini terus Vin, aku mau selamanya kamu bersikap seperti ini. batin Alin memejamkan matanya di dada bidang Gavin.

Perlahan Gavin pun melepaskan pelukannya. Dia memegang kedua pipi Alin dan menatap wajah Alin dengan tatapan yang sangat teduh.

"Maafin semua kesalahan aku ya Al? Aku janji, aku gak akan kasar lagi sama kamu," ujar Gavin pelan, menatap wajah cantik istrinya itu. Alin tersenyum balik menatap wajah Gavin.

"Tanpa kamu minta aku pasti maafin kamu kok Vin. Tapi aku mau kamu pegang janji kamu itu," balas Alin diiringi senyum manisnya.

"Iya sayang, aku pasti pegang janji aku. Aku sayang kamu Al. Maafin aku yah," Gavin kembali mendekap tubuh Alin. Dia pun mengecup lembut kening Alin yang sedikit memar akibat dia dorong saat di kamar mandi semalam. Namun entah kenapa Alin merasa nyaman berada dalam posisi seperti ini. Bahkan rasa sakit yang sering dia rasakan tiba-tiba menjadi lenyap karena perlakuan Gavin yang begitu lembut.

"Aku mau pulang Vin," ujar Alin tiba-tiba, Gavin melepaskan pelukannya dan kembali menatap wajah Alin.

"Memangnya kamu udah kuat?" tanya Gavin mengernyitkan keningnya.

"Udah kok, lagian aku udah gak papa," jawab Alin meyakinkan.

"Ya udah kita pulang sekarang. Aku temui Dokternya dulu yah?" pasrah Gavin lalu beranjak keluar dari kamar rawat Alin untuk menemui sang Dokter yang menangani Alin tadi. Alin hanya mengagguk pelan diiringi senyuman yang tersirat di bibir tipisnya itu.

Ya Tuhan, semoga ini bukan mimpi. Kalau pun ini mimpi aku mohon jangan bangunkan aku dari mimpi Indah ini, aku mohon ya Tuhan. batin Alin menatap kearah Gavin yang sudah keluar dari dalam kamar rawatnya itu. Air mata bahagia Alin pun menetes tak terasa dan membasahi pipinya yang mulus itu.










***
Setelah mendapat izin dari sang Dokter, akhirnya Alin pun dibolehkan untuk pulang. Ya walaupun awalnya Dokter tidak mengizinkan karna kondisi kandungan Alin masih sangat lemah, tapi dengan sedikit bujukan dari Gavin akhirnya Dokter itu pun mengizinkan dengan syarat Alin harus istirahat total saat di rumah nanti.

"Ya udah Dokter, kalau begitu saya permisi dulu," pamit Gavin kemudian segera beranjak dari duduknya. Sementara sang Dokter hanya mengangguk kecil dan tersenyum kearah Gavin.

"Gimana Vin? Aku udah boleh pulang kan?" tanya Alin antusias begitu melihat Gavin telah kembali menghampirinya.

"Boleh kok sayang, ya udah kita pulang sekarang yah?" Gavin tersenyum dan mengelus lembut puncak kepala Alin. Alin benar-benar senang melihat sikap Gavin yang sangat lembut dan penuh perhatian itu.

"Iya Vin," balas Alin mengangguk kecil.





***
Setelah membantu Alin masuk ke dalam mobil sport hitamnya. Gavin pun segera ikut masuk dan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran Rumah Sakit.

Sepanjang perjalanan Alin hanya tersenyum memperhatikan wajah Gavin. Dia juga terus-menerus mengelus perutnya yang belum terlihat membuncit itu, karena kandungannya baru menginjak dua bulan.

Mudah-mudahan aja Gavin bisa menjadi Papa yang baik buat kamu sayang. Walaupun Mama gak tau apa itu semua bisa terjadi, tapi Mama yakin Papa Gavin pasti bakalan sayang sama kamu. Apalagi sekarang dia udah baik banget sama Mama. batin Alin menatap kearah perutnya. Dia terus mengelus perutnya itu dan berharap dengan perubahan sikap Gavin ini dia akan mau menyayangi janin yang dikandungnya walaupun bukan anak kandung Gavin.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang