LIMAPULUHTUJUH - SINAM

9 0 0
                                    

AKHIRNYA setelah satu peradaban, bisa update juga. Happy reading!

***

"Kak, kalo dokter bisa nyembuhin diri sendiri kah Kak?" tanya anak perempuan yang mengenakan baju kuning lagi.

Darrel tersenyum. "Dokter kalo sakit itu ke dokter juga loh, jadi biar temen dokternya yang meriksa. Kan kasian nanti dia pake stetoskop sendiri, dengerin jantung sendiri."

Anak perempuan itu tertawa. "Oh, iya juga ya Kak."

"Aku punya tebak-tebakan," kata Darrel.

"Apa Kak?" jawab anak perempuan itu.

"Jantung, jantung apa yang gampang patah?" tanya Darrel sambil menahan tertawa.

***

Dahi anak perempuan itu berkerut.

"Jantung hatiku, Kak!" celetuk anak yang dikuncir dua. Aku curiga dia memiliki bibit bakat pelawak di dalam dirinya.

Darrel tertawa lepas. "Ya ampun, kamu lucu banget sih!"

Anak yang dikuncir dua itu menutupi mulutnya dengan jaket yang dia kenakan.

"Ah nyerah, Kak, gak kepikiran," kata anak perempuan berbaju kuning.

"Nyerah ya?"

"Nyerah Kak," ucap anak-anak perempuan lain.

"Jawabannya... jantungan baju!" Darrel lanjut tertawa.

"IH ITU MAH GANTUNGAN KA!" protes si kuncir dua.

Matahari sudah hampir menyelesaikan tugasnya di hari itu. Kami membantu anak-anak membereskan mainan dan meletakkannya di rak dan kontainer plastik.

"Tapi Kak, ini Darren udah susah-susah bangun 50 lantai! Darren geser aja ke pojok boleh Kak? Gak boleh dirobohin!"

Sudah sekitar 5 menit aku berusaha membujuk Darren untuk merobohkan menara balok kayunya. Aku melirik ke arah Bu Asih namun dia tetap mengarahkan untuk tetap membereskan semua mainan ke tempat semula.

"Darren, ini semua mainan udah diberesin loh, kecuali menara kamu. Besok bisa kok kamu buat yang lebih tinggi dan lebih keren lagi, oke?" bujukku.

Darren memanyunkan bibirnya dan tetap menggelengkan kepala.

Darrel ikut duduk di sampingku lalu ia berbisik, "Sini, Ta, biar aku yang bujukin."

"Darren sini deh, Kakak punya sesuatu." Darrel mengeluarkan selembar brosur promosi apartemen. "Darren bisa gak bikin kayak gini? Ini gedung tinggi tapi bentuknya kayak paru-paru, unik banget kan?"

"Ih keren banget Kak! Bisa kok. Darren pasti bisa bikin kayak gini!" Darren sangat bersemangat.

"Nah, bentuk gedung ini kan beda banget sama bentuk gedung kamu yang sekarang, jadi gedung kamu yang sekarang harus kita beresin dulu nih."

Bibir Darren mulai maju lagi.

"Kalo semisal kamu gak robohin dulu yang sekarang, kamu nantinya jadi nambal-nambal gedungnya, Darren. Gak seru. Kalo bangun dari awal lebih seru kan?"

Darren mengangguk-anggukan kepalanya.

"Membangun sesuatu dari awal karena yang dulu sudah hancur tuh gak semenyedihkan itu kok, malah itulah awal yang baik untuk menyambut sesuatu yang lebih... gemilang." Darrel berhenti sebentar untuk melihat perubahan ekspresi Darren. "Kakak yakin Darren bisa bangun yang lebih keren dari yang di brosur ini deh. Jadi, sekarang kita beresin balok-baloknya ya?"

"Oke Kak!"

Aku tersenyum menyaksikan betapa manisnya kejadian barusan sambil memunguti satu per satu balok kayu dan memasukkannya ke dalam kotak.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang