DUABELAS - AUD UTAS

132 11 0
                                    

Aku terdiam sejenak.

Pribadi yang bisa lu lengkapi juga...

"AAAAAAAAA!!! MALL!!!! THANKSSS BANGET ADVICE-NYAAAA!!!! GUEE BERSYUKUR BANGET BISA PUNYA TEMEN SEKELOMPOK KAYA LU!!!!!" kataku bersemangat sambil memeluk Malika erat.

"HEH! Udah teriak aja! Gue baru sampe kata bijak, belum closing tau!" ucapnya melepas pelukanku.

"Hah?"

"Saya Aci Malika, sampai bertemu besok dalam acara Putih Hitam..." katanya sambil menirukan gaya Deddy Corbuzier.

"Ya, udah, Mal, gue harus pulang sekarang! BHAY!"

Aku langsung membereskan tasku dan bergegas menuju gerbang keluar.

"HOOOIIIII, TA!!! TUGAS JANGAN LUPAAA!!! NILAI GUEEEEE!!!" teriak Malika.

Aku hanya menengok sebentar dan mengacungi jempol padanya.

Sesampainya di rumah, aku langsung mengambil dua lembar kertas dan bolpoin.

Saatnya mulai menulis.

***

Aku akan jawab pertanyaan kamu. Sebelumnya, aku kasih kamu kesempatan untuk bawa aku ke suatu tempat, terserah kamu. Yang terpenting, tempat ini dan apapun yang bakal kita lakuin di sana bisa ngeyakinin aku buat nerima kamu. 

Aku menulisnya dalam dua lembar kertas yang berbeda, yang satu kuberikan pada Darrel, dan satunya lagi pada Kak Dirga.

Aku berjanji dalam tiga hari aku bisa memutuskannya. Hari pertama, aku mengirim kertas itu pada mereka

***

Hari kedua adalah hariku bersama Kak Dirga.

Hari kedua adalah hariku bersama Kak Dirga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul enam sore. Aku membuka pagar rumahku di sana ada Kak Dirga berpakaian rapi, seperti hendak ke sebuah pesta. Aku melihat pakaianku. Kaos putih, dibalut jaket berbahan jeans, celana hitam dan sepatu kets.

"Aku salah kostum?" tanyaku.

"Engga, kamu cocok pake apa aja. Udah siap berangkat?"

Aku mengangguk. Setelah masuk ke dalam mobil, Kak Dirga menyuruhku memakai penutup mata.

"Buat?"

"Kalo gak ditutup, jadi gak surprise namanya," katanya sambil memakaikanku penutup mata.

Tak lama setelah itu mobilnya berhenti.

"Udah boleh dibuka?" tanyaku sambil memegang penutup mataku.

"Eitsss, belum boleh karna belum sampai," katanya sambil menuntunku berjalan.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang