TIGAPULUHEMPAT - SESKUS

73 5 0
                                    

Kak Justin segera berlutut di hadapan Kak Nes.

"Ju... Justin?" tanya Kak Nes lagi.

"Kali ini, aku udah nemuin pelabuhan hati aku. Aku harap, pelabuhan itu mau menerimaku selamanya untuk singgah di sana. Nesya Tanusaputra, will you marry me?" Kak Justin membuka kotak merah berisi cincin berlian. Steffan dan Dito serentak membalik papan putih bertuliskan will you marry me yang dirangkai dengan bunga-bunga mawar merah.

Satu butir air mata lolos dari mata Kak Nes.

"Aku..." Kak Nes berusaha menjawab.

***

Kak Justin terus menatap Kak Nes lekat, seakan tak ingin sedikitpun gerak bibir terlepas dari pandangannya.

"A... aku mau." Kak Nes lalu tersenyum. Cincin itu telah menghiasi jari manisnya. Kak Justin segera berdiri. Mereka berpelukan sungguh erat.

Aku mengusap air mataku cepat. Hatiku menghangat melihat Kak Nes bahagia.

Setelah itu mereka saling melepas pelukan. Kak Nes menatap Kak Justin sebentar lalu memukul dada bidangnya itu.

"Aww, Nes, kok, mukul sih?!" ucap Kak Justin sambil mengelus-elus dadanya.

"Kamu, tuh, ya. Kamu bilang mau nge-date, eh tiba-tiba kamu berlutut, terus... ah, GILAK!" ucap Kak Nes bertubi-tubi, hampir mau meledak.

Kak Justin menggunakan kedua telapak tangannya untuk melindungi dari pukulan-pukulan selanjutnya.

"Iya, iya. Maaf, deh. Kan, mau bikin kejutan ceritanya," ucap Kak Justin masih cekikikan melihat wajah calon teman hidupnya yang persis seperti kepiting rebus itu.

"Terus ini pasti kerjaan kamu juga." Kak Nes menunjuk padaku, Steffan, dan Dito yang masih berdiri memegang papan will you marry me. Aku hanya melambaikan tangan kecil.

"Tapi, gini-gini juga... toh kamu nerima aku, kan," ucap Kak Justin sambil mencolek singkat dagu Kak Nes.

"Iiihh! Kamu, tuh, selalu ya—" 

"EHEHEHEM!" Kami bertiga berdeham sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Masih ada dedek-dedek lho di sini, Kakak! Apa Kakak lupa?" ucap Dito dilebay-lebaykan.

"Eh, iya, maap. Hehe," ucap Kak Justin yang sedari tadi tidak pernah lepas menggenggam tangan Kak Nes. "Gimana kalo kita makan di cafe sini? Semua Kakak yang traktir pokoknya!" ucap Kak Justin penuh semangat. Mata kami langsung berbinar-binar. Apalagi perut kami yang dari tadi menahan hawa dingin sekaligus lapar maksimal.

Perut kami ikut berbinar-binar rasanya!

***

"Pokoknya, CONGRATS YAH KAKAK-KAKAK!" ucapku pada mereka berdua. "Semoga langgeng sampe pelaminan! Aku juga mau terima kasih sama Kak Justin sebagai pacar Kak Nes yang kesekian puluh juta karena udah mau serius sama Kak Nes. Tapi inget, Kak. Jagain Kak Nes terus. Kalo berani nyakitin Kak Nes, AWAS AJA!" ucapku lalu melahap potongan ayam goreng terakhirku.

"Iya, calon adik ipar resmi..." ucap Kak Justin.

"Nah, karena semua sudah berjalan lancar, ya... Janjinya, dong...." tagih Steffan.

"Janji?" ucap Kak Nes memandang Steffan.

"Siap. Pokoknya nanti kalian boleh PKL di kantor Kakak," ucap Kak Justin.

"ASSSIIKKK!!!!" ucap Steffan dan Dito riang.

"Etdah bocah," ucap Kak Nes.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang