DUAPULUHLIMA - KABMET

101 9 0
                                    

"Udah, yang penting Nata gak kenapa-kenapa," ucap Darrel.

"Eh, btw, sorry, ya, Ta. Harusnya gue gak ngebiarin lu ke panti sendirian," ucap Malika yang duduk di sebelahku.

"Gapapa, kok, Mal. Kejadian kayak gini, kan, ga ada yang tau," ucapku.

"O, iya, Ta. Ini hape lu," ucap Steffan memberi ponselku pada Fio lalu ia memberikannya padaku.

"Untung selamet, tuh, hape. Kalo engga, kita gak bakal nemuin lu," ucap Dito padaku.

"Emang gimana caranya kalian nemuin gue?" tanyaku.

***

"Jadi, tuh gini..." ucap Darrel.

"Ehhhh! Gue yang mau ceritain!" ucap Meli.

"Eh, si Nata lama amat, yak? Es pisang ijo gue apa, ya, yang bikin lama?" tanya Dito, masih fokus ke ponselnya.

"Gak tau. Gue susulin, deh," ucap Darrel, beranjak dari kursinya menuju kantin.

Darrel sampai di kantin minuman. Dia melihat Malika di salah satu kursi di situ.

"Mal?" panggilnya sambil menghampiri Malika.

"Eh, Darrel. Ada apa?" tanya Malika.

"Lu liat Nata, ga?" tanya Darrel.

"Oh, Nata. Dia tadi ke panti," ucap Malika santai.

"Panti? Panti asuhan?" tanya Darrel bingung.

"Ya, iyalah masa panti jompo! Nata mau ngambil duit sumbangan dia, soalnya duitnya dikorup, bukan dipake buat anak-anak," jelas Malika. "Eh, lu sama temen-temen lu duduk di mana? Mending gue gabung biar gak ansos," lanjutnya.

Malika dan Darrel kembali ke taman kampus.

"Es pisang ijo gue mana?" tanya Dito.

"Nata mana?" tanya Meli.

"Natanya ke panti. Gue gabung, ya. Geser, dong," ucap Malika. Steffan bergeser tempat duduk.

"Panti?" tanya Fio.

"Es pisang ijo gue mana?" tanya Dito lagi.

Darrel mengambil ponselnya, menelpon Nata. Tidak diangkat. "Kok, perasaan gue gak enak, ya?" ucap Darrel.

"Gak enak gimana?" tanya Meli bingung.

"Nata..." ucap Darrel.

Fio menepuk bahu Darrel. "Kalo perasaan lu gak enak, mending kita susul Nata," ucapnya.

"Ya, udah, kita berangkat. Lu tau pantinya di mana, kan, Mal?" tanya Darrel pada Malika.

"Tau. Ayo berangkat!" ucap Malika.

Semua bersiap mengemas bawaan masing-masing, kecuali Dito dan Steffan yang masih asik dengan permainan mereka. Fio dengan tangkas mengambil ponsel mereka berdua.

"IH, FI! KOK, DIAMBIL! KAN, LAGI WA-" Steffan menghentikan kalimatnya begitu Fio menatapnya tajam. Sama halnya dengan Dito.

Mereka berenam menuju ke panti. Sesampainya di panti, mereka turun dan langsung masuk. Mereka disambut oleh seorang ibu.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang