EMPATBELAS - NAIDAJ

141 11 2
                                    

Pagi-pagi aku bangun. Ketika aku hendak memakai sepatuku, ponselku berbunyi. Ternyata Meli dan Fio membuat group call denganku.

"Morning, Nata!"

"Morning, Fi. Morning, Mel?"

"HOAAAAMM!!! Ini baru jam 5, sih. Belum pagi menurut gue."

"Kalian ada apa, nih?"

"MO NAGIH JANJI!"

"Gue inget, kok. Ini gue baru otw mo nyamperin orangnya."

"Sapa, tuch? Meli penasaran, nich!"

***

Aku pergi ke rumah Kak Dirga di Jalan Merpati. Rumahnya kecil karena ia hanya tinggal sendiri. Di jalan aku membeli sebuah balon gas berwarna biru, warna kesukaannya. Setelah sampai di rumah Kak Dirga, aku mengikatkan segulung kertas pada tali balon itu, kemudian meninggalkan balon itu di teras depan.

Jam tanganku menunjukkan pukul 6.05 saat aku sampai di rumah Darrel. Ia terlihat sedang duduk di teras rumahnya sambil memberi makan anjing golden retriever-nya, Dennis.

Aku menekan bel rumah Darrel tiga kali.

"Nata?"

Darrel membukakan pintu dan menyuruhku masuk. Dennis menghampiriku.

"Hai Dennis!" sapaku sambil mengelus-elus bulunya.

"Ta," panggil Darrel.

"Iya, Rel?" ucapku.

"Tadi jam 6 pas gue buka pintu rumah. Dennis berdiri di depan pintu. Apa dia jodoh gue, ya, Ta?" ucapnya sambil satu tangan ia letakkan di dagu.

GUK! GUK!

Dennis menggonggong seakan mengisyaratkan, "Enak aja jodoh ama lu. Spesies aja kita beda!"

Aku tertawa.

"Mungkin jodoh lu telat lima menit?" tanyaku sambil tersenyum pada Darrel.

"Ta, lu nerima gue?" tanyanya dengan wajah polos.

Aku mengangguk dua kali sambil tersenyum tipis.

Darrel segera memelukku. Aku membalas pelukkannya.

"Ta, makasih banget udah ngasih gue kesempatan kedua! Gue gak bakal ngelepas lu lagi, Ta! Gue janji!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ta, makasih banget udah ngasih gue kesempatan kedua! Gue gak bakal ngelepas lu lagi, Ta! Gue janji!"

"Janji, kok, gitu, sih?" tanyaku.

Aku melepas pelukkanku.

"Janji, tuh, gini," ucapku sambil menawarkan jari kelingkingku pada Darrel.

"Oke, janji!"

Jari kelingking kami saling tertautkan. Kami tertawa bersama. Darrel kembali menarikku ke dalam dekapannya.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang