LIMAPULUH - ITNAN IAPMAS

57 6 0
                                    

SELAMAT TAUN BARU SEMUA! MARI BAWA SEMANGAT YANG BERAPI-API UNTUK MENYONGSONG 2019! /apasih lu/

Akhirnya bisa update. Maafkan authornya yang mager ngetik. Andaikan ada alat yang bisa mengubah imajinasi di otak jadi tulisan secara langsung. Hmmm 10 jam.

Happy reading!

***

Darrel memerhatikan kotak plastik transparan berisi seekor kura-kura kecil yang tergenang air. "Kura-kura kamu waktu itu bukannya ada dua?"

"Iya, kak. Yang satu mati," jawab anak itu. "Terus dua harian yang satu ini gak banyak gerak. Kayanya sedih, Kak," lanjutnya.

Anak kecil itu memetik gitar perlahan.

"Terus aku main aja lagu pake gitar." Anak itu bersenandung sambil memainkan gitarnya. Terlihat kura-kura itu mulai bergerak menjauhi tempatnya semula. "Karna lagu, dia ga sedih lagi." Anak itu mengangkat kotaknya sejajar mata kami. Aku dan Darrel memerhatikan kura-kuranya kini bergerak aktif, tidak diam saja seperti tadi.

"Kamu tau dari mana cara ngehibur kura-kura ini?" tanya Darrel.

Aku menatapnya sekilas, kelihatannya ia sangat tertarik. Anak itu menaruh kotaknya di lantai. Dengan antusias anak itu menjawab pertanyaan Darrel.

***

"Kakekku dulu musisi. Kata kakek, lagu itu obat. Lagu mengalir kayak air. Tembus ke segala arah kayak udara. Ngisi semua yang kosong, ngelengkapin yang kurang. Lagu gak dibatasi apapun, Kak. Soalnya lagu terdiri dari nada-nada. Nada itu gak cuma nyampein bunyi, tapi nyampein makna tertentu, Kak." 

Anak itu lagi-lagi mengangkat kotak berisi kura-kura agar sejajar dengan mata kami.

"Kura-kura gak punya telinga, lho, Kak..."

Aku mengambil kotak dari tangan anak itu. Aku memerhatikan tiap sisi kepala kura-kura. Seperti mendengar fun fact of the day, aku mengangguk-anggukan kepalaku. "O, iya! Dia gak punya telinga."

Terdengar suara panggilan dari arah belakang salah satu kios kecil. "Kak, aku harus bantu bunda. Makasih, ya, Kak, udah mau mampir." Anak itu salim lalu lekas pergi ke arah suara itu. Aku dan Darrel bangkit berdiri, beranjak pergi. Sejujurnya aku tidak tahu ke mana Darrel akan mengajakku lagi. Mungkin Darrel akan membawaku mengenal penyu, gajah, dan binatang lainnya?

Kami menyusuri jalan di depan kebun binatang, hendak kembali ke tempat tadi—tempat bus pariwisata, karena Darrel memarkirkan mobilnya di sana.

"Rel, kenapa kamu bawa aku ke tempat Arif tadi?" tanyaku.

"Aku mau kamu belajar dari kura-kuranya," jawab Darrel.

Aku menatapnya bingung. "Belajar kalo kura-kura gak punya telinga?"

Darrel tertawa kecil lalu mengacak-acak rambutku. "Harusnya dari awal aku ninggalin kamu sama anak-anak yang ikut karyawisata tadi. Kamu kayak anak kecil."

"Iihh, Rel! Aku serius nanya ini..."

Darrel membukakan pintu mobilnya untukku. Aku segera memasang sabuk pengaman. Kami meninggalkan lokasi kebun binatang itu.

"Aku jadi pengen bikin lagu," ucap Darrel.

"Buat apa?" tanyaku.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang