ENAMPULUHSEMBILAN - TRAP ARTXE

4 0 0
                                    

Aku mendengar suara bel pintu rumah Darrel. Aku meletakan buku yang Darrel buat dan segera menuju ke pintu depan. Aku dibuat terkejut dengan seseorang yang bertanggung jawab atas bunyinya bel itu.

"Halo, Ta! Masih inget Kakak, kan?"

Itu... Kak Dirga. Kak Dirga dengan payung ungunya.

Aku menyuruhnya masuk dan duduk di ruang tamu Darrel. Aku menatapnya dengan kepalaku berisi banyak pertanyaan namun tak sanggup kukeluarkan.

Kak Dirga tersenyum.

"Kakak cuma mau ngucapin turut sepenanggungan sama kamu atas kepergian Darrel." Tangannya memegang bahuku.

"Kamu pasti bisa lewatin ini, Ta. Kamu boleh sedih. Kamu boleh kecewa. Kamu boleh merasa kehilangan. Tapi jangan sampai larut dalam ketiganya."

Kak Dirga memandang ke arah jendela.

"Dulu Kakak juga pernah ngerasain kok. Pas Oliv pergi. Sama, Ta. Kakak gak tau kalo dia sakit. Dan tiba-tiba dia pergi... secepat itu. Tapi Yang di Atas kirim kamu sebagai gantinya. Kakak gak pernah menyesal. Kakak gak pernah sedih lagi."

Kak Dirga mengisyaratkan untuk aku menatapnya.

"Kakak yakin banyak anugerah semesta di depan sana yang menunggu kamu. Kamu udah kuat melewati yang sebelum-sebelumnya. Pasti kamu akan kuat untuk sekarang, untuk nanti, dan selamanya."

Kak Dirga berdiri, beranjak pergi keluar rumah.

Aku terbangun. Aku tertidur di kasur Darrel setelah menangis menonton videonya. Mama menelponku dan menyuruhku untuk lekas pulang.

***

catatan author: beneran udah tamat, udah beres

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang