ENAMPULUHLIMA - (2) IGREP

2 0 0
                                    

Aku dibawa jauh oleh ingatanku, ketika kami pertama kali bertemu. Anak berbadan gemuk, mata sipit, dengan kacamata berbingkai hitam. Aku yang membantunya meraih pujaan hatinya sewaktu SMP, walau harus berakhir tak bahagia, sama seperti cinta pertamaku. Sejak saat itu, Darrel mewarnai hari-hariku. Membawaku bersenang-senang menaiki ferris wheel yang mesinnya berhenti ketika kami berada di paling atas. Juga saat kami berdua terjebak di lift sampai oksigen hampir habis. Tepat di hari kasih sayang, aku dan Darrel resmi berpacaran.

Kejadian duka kami lewati bersama. Papa kami berdua menjadi korban kecelakaan saat sedang berada di perjalanan bisnis bersama. Pecahnya guci kenangan Darrel dan papanya menjadi penyebab retaknya hubungan kami berdua. Darrel menjalin hubungan dengan pujaan hatinya waktu SMP. Aku mati-matian berjuang agar Darrel sadar bahwa pujaan hatinya itu hanya ingin memanfaatkan Darrel. Aku pikir, kisah kami berakhir di situ, hingga akhirnya Darrel sadar dan kami kembali berbaikan.

***

Darrel kembali menembakku. Sempat ragu memilih antara Darrel atau Kak Dirga, akhirnya hatiku kembali miliknya. Dia selalu membuatku merasa spesial, selalu punya usaha lebih supaya aku bahagia. Perjalanan memang tidak selalu mulus. Aku dan Darrel sempat break. Namun ternyata, perannya di hidupku belum selesai. Aku belajar tentang kesabaran, kerelaan hati, dan ketulusan darinya.

Hingga saat ini, dia terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Pintu ruang rawat terbuka. Steffan masuk membawa gitarnya, tasku, dan tas Darrel.

"Makasi ya, Stef, udah dibawain. Yang lain mana?" tanyaku.

"Yang lain lagi beli makanan di cafetaria bawah, Ta," jawab Steffan.

Aku mengangguk.

Steffan menggeser salah satu kursi. Ia duduk di sebelah sisi lain ranjang, berseberangan denganku.

"Rel, Rel... Gua gak nyangka lu bakal jatuh sakit kayak gini. Rasa-rasanya baru kemaren ya kita nge-band bareng."

Steffan menunduk. Waktu SMP, aku, Steffan, Darrel, dan Fio pernah membuat band untuk pensi sekolah. Satu lagi kenangan manis untuk diingat, ketika pertama kali aku menyadari ada rasa yang kusimpan untuk Darrel.

"Ta, lu inget gak? Waktu Darrel nembak lu waktu SMP kan pake lagu Mine-nya Petra Sihombing, kan. Itu Darrel belajar gitarnya ngebut sehari. Gue yang ajarin," ucap Steffan.

"Hah? Beneran?"

"Nih, kalo gak percaya." Steffan mengeluarkan gitarnya. Memetiknya, mengalunkan lagu Mine dengan lembut. "Oh, baby... Anjir gua kan gak bisa nyanyi. Lu yang nyanyi, Ta. Gue iringin."

Aku mengalunkan lagu itu lembut. 

Tepat di hari kasih sayang, aku dan Darrel resmi berpacaran.

Oh, baby, I'll take you to the sky
Forever you and I
You and I
And we'll be together till we die

"Our love will last forever and forever, you'll be mine... You'll be mine..."

Aku memejamkan mataku, mencegah air mata keluar.

"Eh, Ta, Ta, mata Darrel gerak-gerak." Steffan mengguncang tanganku.

Aku melihat jemari Darrel ikut bergerak sedikit.

"Rel? Rel!"

Tante Lita yang sedang tertidur segera terbangun. Pintu terbuka lagi. Meli, Fio, dan Dito telah sampai di ruang rawat.

Darrel mengerjapkan mata.

"Mah, Ta..." ucapnya lemah. Tante Lita telah menempati kursi Steffan tadi.

"Ini aku, Rel," ucapku.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang