TIGAPULUHENAM - INUER

60 3 0
                                    

Hari ini adalah hari diadakannya reuni. Setelah mendengar suara klakson mobil Darrel, aku segera meninggalkan kamarku dan bergegas membuka pagar depan. Ketika aku masuk ke dalam mobil, Darrel sedang membuka buku paketnya, seperti membaca dan berusaha memahami materi yang ketinggalan.

Aku jadi tidak tega. Apa tidak usah memaksa Darrel ikut reuni saja?

***

Aku duduk lalu menutup pintu mobil. Masih memperhatikan Darrel dengan dunia kesibukkannya. Tanganku bergerak menggenggam tangan Darrel yang sedang memegang lembar berisi catatan tulisan tangannya.

Menyadarinya, Darrel menghentikan aktivitasnya lalu menatapku.

"Kita gak jadi reuni hari ini gapapa, kok," ucapku balas menatapnya.

"Eh? Aku mau, kok, ikut reuni. Yuk, berangkat." Darrel menutup buku-bukunya, mengambil beberapa buku tebal di dashboard, lalu menaruhnya di bangku tengah.

"Kalo kamu ikut, terus itu tugas-tugas kamu gimana? Nanti gak selesai gimana?" ucapku khawatir, namun di sisi lain aku sama sekali tidak bisa membantunya menyelesaikan tugas-tugas itu.

"Bisa nanti, Ta. Aku ikutin saran kamu. Aku harus nikmatin masa muda aku, kumpul-kumpul bareng temen-temen, selagi bisa. Ya, gak?" ucapnya tersenyum.

"Iya, deh, iya. Calon dokterku," ucapku.

"Selain calon dokter, aku juga calon imam kamu," ucap Darrel tersenyum jahil ke arahku. Pipiku pasti sudah memerah sekarang. "Cie, salting," ucapnya lagi.

"Ih, Darrel!" ucapku. "Ya, udah cepetan berangkat."

"Oh, tidak bisa," jawabnya.

"Kenapa?" tanyaku terbingung-bingung.

"Tu, seatbelt belum dipake," katanya sambil menunjuk ke kiriku, "Mau pake sendiri apa dipakein?" 

"Pake sendiri..." ucapku, "Sekarang dah bisa berangkat?"

"Belom."

"Kenapa lagi?"

"Sini," ucap Darrel meminta tanganku.

"Darrel, kamu ngapain?"

"Kata Mama kalo berangkat harus gandeng tangan biar gak ilang," ucapnya lalu tertawa.

Tertawaku meledak seketika. "Ih, modus doang! Kita berangkatnya naik mobil keles, bukan jalan kaki! Kok, lawakan kamu jadi receh gini, sih?!"

"Iya, nih. Kebanyakan bergaul sama Nadine," ucapnya.

Senyumku sedikit memudar mendengarnya. Apa mereka sebegitu dekatnya sampai Darrel bisa ketularan lawakan recehnya Nadine? Perasaan aku yang dekat dengan Malika saja tidak ketularan jurus lawakan recehnya.

"Ya, sudah. Kita berangkat!" 

Mobil akhirnya melaju.

***

Acara diadakan di sebuah resto di pusat kota. Acara dikoordinir oleh mantan ketua OSIS kami sewaktu SMA, Kenny. Seluruh restoran disewa untuk acara ini. Memang sejak dari SMA, Kenny merupakan murid yang aktif, mulai dari mengelola acara pentas seni, open house, dan lain-lain, hingga acara reuni ini. Itu dia orangnya, menyambut kami di pintu masuk.

"Yow, Ken!" ucap Darrel menyapa Kenny.

"Yow! Coba gue tebak." Kenny terlihat berpikir sambil mengamati kami berdua. "Pasti kalian balikan? CLBK cinta monyet SMA, sih, ini namanya," ucapnya.

Aku tertawa. "Berasa acara OSIS, nih," ucapku yang waktu itu pernah tergabung di OSIS.

"Ow, kangen jadi anggota program kepemimpinan Kenny Alfiqar, ya?" tanyanya.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang