TUJUHBELAS - NAATAYNEK

94 9 2
                                    

Aku menuju ke kamar. Ponselku berdering. Panggilan masuk dari Darrel.

"Ta! Aku dah di depan rumah, nih! Udah siap berangkat?"

"Udah, Rel. Bentar aku ke dep--"

PRANGG!!

Aku terkaget dan menuju ruang tamu tempat suaranya berasal.

"KAK NES!!!"

***

Kak Nes tergeletak di lantai sambil kesakitan. Terdapat pecahan gelas di sampingnya. Telponku yang masih tersambung dengan Darrel aku manfaatkan untuk memintanya membawa Kak Nes ke rumah sakit, SEGERA!

Sesampainya di sana, Kak Nes langsung dibawa ke UGD. Aku dan Darrel harus menunggu di luar.

"ADUUUHHHH!!! KAK NES KENAPAAA?!?!?!" ucapku masih panik sambil berjalan bulak-balik.

"Ta, tenangin diri kamu dulu. Tarik napas, buang..." ucap Darrel sambil memegang kedua lengan atasku.

"Kalo udah tenang, telpon Mama kamu, ya, kasih tau," ucap Darrel lagi.

Aku mengangguk dan segera menghubungi mamaku. Mama bilang ia akan sampai di sini sebentar lagi.

"Makasih, ya, Rel. Kalo gak ada kamu, yang ada aku pingsan duluan karena gak tau harus ngapain," ucapku.

"Inilah, Ta, benefit-nya punya pacar anak kedokteran. Semua harus tenang, tidak boleh panik," ucap Darrel pede.

Sebentar kemudian, Mama tiba di rumah sakit. Aku tak tahu harus bilang apa dan kenapa Kak Nes bisa begini, karena sesungguhnya aku pun tidak tahu kenapa.

Pintu ruangan terbuka, seorang suster menyuruh kami masuk.

"KAK NES!" kataku langsung memeluk Kak Nes yang sudah tenang.

"Syukurlah Nesya gapapa," kata Mama sambil memeluk Kak Nes.

"Kak Nes tadi kenapa, Dok?" tanyaku.

"Dia keracunan makanan. Kalo boleh tau, sebelumnya mengonsumsi apa, ya?" tanya dokter.

"Sa... saya makan kue kering dari teman saya. Abis itu langsung sakit..." jawab Kak Nes masih lemah.

"Bisa jadi kue kering itu sumber racunnya. Tapi untunglah cepat dibawa ke sini jadi racunnya belum menyebar. Nesya sudah boleh pulang. Bu, boleh ikut suster buat mengurus administrasinya, ya," ucap dokter.

"Makasih, ya, Dok," ucap Kak Nes.

Mama ikut dengan dokter dan suster untuk mengurus administrasi.

"Ta, buang kue itu, Ta..." ucap Kak Nes kini mulai berkaca-kaca.

"Tapi aku masih gak percaya Kak Dinara.... ngeracunin Kakak?" ucapku.

Ucapanku tadi sukses membuat air mata Kak Nes mengalir. Aku segera memeluknya.

"Ta... Kakak bener-bener gak percaya. Kakak diracunin sama sahabat sendiri," ucap Kak Nes.

"Kak, plis, aku gak mo liat Kak Nes sedih lagi. Yang penting Kak Nes udah gapapa sekarang. Aku bersyukur banget," ucapku mempererat pelukanku.

"O, ya, Ta," ucap Kak Nes melepas pelukkan.

"Kasih tau Kak Dirga soal ini," lanjutnya.

"Kak Dirga?" ucapku bingung.

"Dinara itu perempuan gila, Ta! Dia bahkan berani ngeracunin dan berniat ngebunuh orang lain!" ucap Kak Nes serius.

"Tapi, Kak, Kak Dirga bahkan gak mau ketemu aku," ucapku.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang