LIMAPULUHSEMBILAN - KATOB

4 0 0
                                    

Bacalah part ini seakan-akan semuanya akan happy ending. Happy reading!

***

"Ta? Ta? Kok kamu bengong sih? Ntar kesambet loh. Aku anak kedokteran gak diajarin tahap sistematis ngusir setan." Darrel melambai-lambaikan tangannya di depan pandanganku.

"Ngadep sini, Rel." Aku memegang kedua bahu Darrel. Kami sekarang berhadapan. Aku menempelkan punggung tanganku ke dahinya. Kemudian menepuk-nepuk pipinya.

"Ta, hei, kamu ngapain?"

***

Aku tidak merasakan kehangatan pada dahi Darrel. Aku membuka tasku dan mengeluarkan satu setrip vitamin dan botol air mineral.

"Mana sini tangan kamu."

Darrel menengadahkan tangannya.

"Sekarang, minum."

Darrel menatapku sebentar lalu menenggak vitamin tersebut.

"Nah anak pinter." Aku hendak menepuk-nepuk punca kepala Darrel tapi Darrel lebih dulu meraih tanganku.

"Ta, kamu kenapa? Tumben banget."

"Gini, Rel. Aku sudah berpikir kalau aku harus mulai merhatiin kesehatan kamu. Si calon dokter yang super sibuk."

Darrel malah tertawa lepas sampai ujung matanya berair. Ia menangkup kedua pipiku.

"Iya makasi ya, Ta. Kamu emang pacar bintang lima."

Kami tertawa bersama. Pikiran kalutku karena mimpi buruk itu berangsur menghilang.

***

Ruang tamu rumahku terlihat seperti kapal pecah. Kertas-kertas berserakan. Buku-buku memenuhi sofa. Beberapa kardus besar ditumpuk di atas meja. Map-map karton terbuka. Lebih jeli, aku melihat Kak Nes sedang merapikan kertas-kertas dan memasukkannya ke dalam map plastik.

Aku langsung menyerbu Kak Nes dengan pelukan erat. Sudah sekian lama bagiku berjumpa dengan Kak Nes. Sejak menikah dan tinggal bersama Kak Nes, hanya hitungan jari aku bisa bertemu dengannya dalam kurun waktu satu bulan.

Satu tumpuk kardus terguling ke arah sofa, menambah banyaknya tumpukan kertas dan buku di sana.

"Kakak tau kamu sekangen itu sama Kakak, tapi tolong hebohnya kurang-kurangin!" protes Kak Nes.

"Kak Nes tumben dah ke sini. Ngacak-ngacak rumah lagi. Lagi ngapain sih?" Aku memindahkan tumpukan kertas ke atas meja sehingga aku bisa duduk di karpet sebelah Kak Nes.

"Lagi ngemas-ngemasin dokumen penting aja buat dibawa ke rumah baru," kata Kak Nes, matanya masih terfokus pada tumpukan kertas lainnya. Satu kertas kecil berwarna kuning jatuh. Kak Nes membuka lipatannya dan membaca tulisan dengan tinta biru yang tergurat di sana.

S3 Graphic Arts di Inggris, aku datang!

"Ta, Kakak jadi inget deh. Sebelum Papa meninggal, Papa pernah pesen untuk Kakak lanjutin kuliah sampe S3. Menurut kamu bisa kesampean gak, Ta?" Kak Nes menghadap ke arahku.

"Nata gak bisa jawab sih, Kak. Dari Kakak sendiri gimana? Udah gitu, sekarang kan Kakak udah jadi istri orang, jadi baiknya diobrolin juga sama Kak Justin."

Kak Nes tersenyum tipis. Ia menemukan satu folder yang berisi tugas-tugas ilustrasi yang ia buat sewaktu kuliah dulu. "Doain Kakak ya, Ta. Kakak harus nurutin pesen Papa. Mungkin gak dalam waktu dekat ini, tapi gak apa-apa."

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang