LIMAPULUHTIGA - SUSAK

18 1 1
                                    

"MEL!" Aku dan Fio kompak menggebrak meja dan mengagetkan Meli.

"Hah? Iya, kenapa girls?"

"Mel, lu daritadi gak dengerin?!"

Mata Meli bergantian menatap aku dan Fio. Lalu ponsel Meli berdering.

"Halo?" Meli mengangkat panggilan ini. "Oh, udah di... Eh, iyaa aku liat kamu!"

Meli segera memakai tas selempangnya dan berdiri. "Bye, ya girls. Gue mau nge-date..."

Meli langsung berlarian kecil dan menghampiri seorang laki-laki yang letaknya sekitar sepuluh meter dari kami.

"Itu siapa, Ta?"

"Itu..."

***

"Itu kayaknya pacarnya Meli, deh, Fi," jawabku.

"Hah? Emang sejak kapan Meli punya pacar?" Dahi Fio berkerut.

"Baru jadian kemarin. Kenalnya lewat Tinder katanya Fi."

"Hah? Siapa yang kenalan lewat Tinder?" Kali ini bukan Fio yang bertanya, melainkan Steffan yang baru saja menghampiri kami.

"Meli, Stef," jawab Fio.

"Gue kira Tinder cuma main-main doang..." ucap Steffan.

"Eh, iya, Stef, Ta, gue baru inget harus balikin buku ini. Gue ke perpus dulu, ya," ucap Fio langsung memakai tas dan membawa buku setebal batu bata itu.

Steffan segera menegakkan duduknya. "Mau aku temenin gak, Fi?"

"Engga, Stef. Kamu istirahat aja, cape, kan abis kuliah. Diminum air putihnya, tuh masih banyak. Pasti dari tadi gak minum, kan?" Fio menunjuk botol minum biru Steffan yang masih terisi tiga perempatnya.

Steffan menunjukkan cengiran andalannya.

"Dah, bye, Ta, bye, Stef!" Fio menepuk pipi Steffan pelan dan langsung melangkahkan kakinya pergi.

"Tuh, diminum aernya! Nanti sakit ginjal tau rasa dah lu," ucapku pada Steffan.

"Iye, dah, iye!" Tangan kanan Steffan bergerak meraih botol minumnya. Kini tersisa setengah botol lagi.

"Masih banyak itu, ayo minum lagi," ucapku.

"Eh ilah lu kira gue onta sekali minum berliter-liter!" Steffan kembali bersandar pada kursinya dan membiarkan tatapannya kosong. Ingin sekali rasanya aku mengguyurnya dengan air.

Ketika tanganku hendak kulambai-lambaikan di depan muka Steffan untuk membuyarkan lamunannya, tangan Steffan melesat memegang pergelangan tanganku. Wajahnya ia hadapkan ke pada wajahku.

Tiba-tiba bibirnya berkata, "Kalo gue mau ngelamar Fio sebelum wisuda, menurut lu aneh ga?"

Kalau aku sedang minum, mungkin aku sudah tersedak dan menyemburkan air tepat ke wajah Steffan.

"Haaah? Lu mau ngelamar Fio? Sekarang?"

Steffan mengempaskan tanganku. "Ya ga sekarang juga ego, mungkin semester depan gitu?"

Ting... ting...

Ponsel kami berdua berbunyi. Ada notifikasi dari grup Six Kwek-Kwek.

 Ada notifikasi dari grup Six Kwek-Kwek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang