ENAMPULUHENAM - UKUB

2 0 0
                                    

Ruangan-ruangan terasa sunyi. Dingin. Baru tadi pagi Tante Lita memutuskan untuk menetap sejenak di Surabaya bersama sanak saudaranya.

Aku berada di ruang tamu. Rasanya baru kemarin kami dan anak-anak Six Kwek-Kwek yang lain bercanda tawa di sini. Aku menuju ke taman belakang. Bangku ayunan itu kosong, tertutup kain hitam. Dennis, anjing Darrel sudah diberikan pada saudara Darrel yang berdomisili di kota kami.

Kakiku melangkah ke ruangan yang sedari tadi aku enggan untuk jumpai. Ruangan dengan segala kenangan tentangnya. Kamar Darrel.

***

Ranjang itu, tempat Darrel terbaring di hari-hari terakhirnya. Isi lemari tersusun rapi. Di paling kiri ada kemeja kotak-kotak dan kaos favorit Darrel. Poster Yovie and Nuno menghiasi dinding di dekat meja. Meja belajar dari kayu, lengkap dengan kursinya. Beberapa buku tebal masih terbuka di atas papan ketik komputer. Aku teringat pada pesan Darrel waktu itu.

"Pas aku pergi nanti... kamu ke kamarku ya... di meja... di sebelah guci itu... kamu pasti tau... ada sesuatu... buat kamu..." 

Aku menemukan guci itu. Guci tanah liat hasil karya Darrel dengan Papanya. Di sebelahnya terdapat buku dengan cover tebal. Aku mengambilnya, duduk di atas kasur Darrel. Buku itu berukuran 30x30 cm dengan cover berwarna putih polos. Aku membukanya. Kalimat-kalimat pada halaman itu menyambutku.

Halo, Ta! Aku sebenernya gak sabar ngeliat reaksi kamu pas baca ini! Tapi sayangnya, aku gak tau apakah aku bisa beneran ngeliat reaksi kamu apa engga :( TAPI PLIS jangan sedih! Karena aku bikin buku ini bukan buat itu :( Jadi, kalo kamu lagi baca ini, singkirin dah tu tisu. Kamu gak bakal perlu. Oke? Janji dulu dong sama Darrel :P

Jadi buku ini judulnya... BUKU KENANGAN NADA! Iya dong. NA stands for Natalia and DA stands for Darrel. So, let the journey begin...

Aku membalik halaman. Terdapat foto ruang tamu rumah Darrel yang tertempel.

Inilah tentu saja, tempat pertama kali kita ketemu. Kadang kangen deh ketemu Natalia dalam wujud yang ini. Yang pake kacamata bingkai item. Rambut digerai sebahu. Pake kaos dan celana pendek selutut.

Pada halaman sebelahnya, terdapat foto tempat les Bahasa Inggris kami waktu SMP.

Aku jadi inget, kita gak pernah foto bareng Tante Mira ya. Pas aku cek lagi, tempat ini udah gak berpenghuni. Rumputnya udah tinggi-tinggi. Jadi kek tempat penelusurannya Jurnalrisa :(

Ini tempat ke... entah berapa kita ketemu. Tempat aku ketemu sama Sabrina sampe naksir :3 Dan yang paling penting, tempat kedua kita sering bertemu selain di sekolah.

Aku tersenyum. Kata-katanya membawaku seakan-akan kamu masih bersamaku di sini ya, Rel. Aku membalik halaman.

Ini gak ada fotonya, Ta. Kamu mungkin baca ini di kamarku. Jadi sekarang, coba kamu ke teras depan, terus nengok ke kiri.

Aku beranjak dari kasur Darrel. Dan tentu saja. Itu sepeda Darrel.

Kamu pasti tau! Sepeda ini adalah alat transportasi yang kugunakan untuk menjemputmu, Tuan Putri. Ke sekolah, ke tempat les, ke taman, dan ke tempat ngedate pertama kita. Seandainya waktu itu sepeda kamu gak rusak karena aku kegemukan, mungkin kamu gak pernah mulai naik sepeda ini.

Sepeda ini juga jadi saksi ketika kita berdua patah hati liat Sabrina dan Richard pacaran. Ternyata kita pernah alay juga, ya, Ta. Nangis di tengah derasnya hujan.

Aku mengambil tempat duduk di teras.

Ini foto pertama kita, Ta. Ini bikin aku senyum-senyum sendiri kayak orang gila sampe kepergok Mama dan Papa. Hampir dibawa ke psikiater! Hari itu aku masih bertanya-tanya, kenapa bisa aku seseneng itu. Padahal aku kan naksirnya sama Sabrina?

Selanjutnya aku dikejutkan oleh fotoku di panggung pentas seni.

Duh, cantik banget! Ini hasil dokumku waktu kamu fashion show, Ta. Cantik banget dah, bidadari khayangan pasti langsung insecure. Aneh juga ya, kamu secantik ini tapi aku belum juga jatuh cinta. Atau belum sadar?

Sejujurnya, waktu itu aku baru menyadari kalau kamu setampan itu, Rel.

Dari hari itu, kayaknya banyak ya momen aku ketemu kamu, Ta. Tanpa sadar aku... mulai jatuh cinta. Aku seneng ternyata foto ini masih ada. Foto band pertama kita. Ini funfact, Ta. Aku belum cerita ya? Band ini sebenernya modus buat aku bisa deketin kamu, Ta.

Aku membalik kembali halaman, terdapat foto SMP Permana.

Tempat ini banyak deh kenangannya. Tempat kita pertemu pas MOS. Perpustakaan tempat kamu ngebantuin aku untuk mendapatkan hati Sabrina. Tempat aku nembak Sabrina terus ditolak mentah-mentah. Tempat aku ketemu belahan jiwaku /ce ilah/, yaitu kamu, Ta. Untung kamu nerima aku ya. Kalo engga beneran keknya aku kena kutukan. Nembak cewe kagak ada yang nerima :"

Terdapat foto aku dan Darrel saat kami jadian pertama kali. Aku menelusuri wajah Darrel di foto itu dengan jariku. Aku membalik kembali halaman.

Aku kangen deh jalan-jalan wisata alam sama kamu, Ta. Kayak di foto ini. Danaunya indah banget ya? Kangen juga deh naik perahu. Makanannya juga enak. Jadi inget waktu itu kamu doyan banget sate kelinci padahal waktu awal-awal gak mau makan karena iba sama kelinci-kelinci yang imut.

Foto SMA Permana terpampang di sana.

Kata orang, masa SMA adalah masa-masa indah. Mungkin gak selalu indah sih, iya kan, Ta. Mungkin di sini aku harus banyak-banyak minta maaf dah sama kamu. Tapi sambil mengingat-ingat kenangan kita di sini tentunya :v

Makasi juga waktu itu kamu udah ingetin aku buat kejar cita-cita aku jadi dokter dengan masuk IPA. Maaf waktu itu aku childish banget gak mau pisah jurusan sama kamu. Maafkan kekonsletan otak pacarmu ini ya.

Dan lagi-lagi, maafin aku yang emosian ini, Ta. Jadi kita harus putus waktu itu. Aku terlalu nurutin emosi aku. Cuma gara-gara kamu mecahin guci kenangan aku dan Papa, aku harus ngancurin hati kamu dan buat kamu nangis lagi. Maaf. Dan... makasi udah bujuk aku untuk keluar dari kamar hari itu. Aku bangga punya pacar yang sekuat kamu, Ta.

Dan lagi-lagi, maafin aku yang nyakitin hati kamu. Aku terlalu cepat ambil keputusan. Aku dengan terlalu cepatnya menerima Sabrina di hidup aku. Kamu udah ingetin aku, Ta. Tapi maaf lagi, waktu itu aku gak percaya sama kamu. Aku dibuat bangga lagi sama kamu. Kamu yang punya rasa peduli besar sama aku... yang bahkan udah nyakitin kamu berkali-kali.

Waktu itu ketika aku tau semua kebenarannya, ternyata kamu ada rencana untuk kuliah ke luar negeri. Di situ rasanya duniaku hancur karena kesalahanku sendiri. Tapi nyatanya kamu maafin aku dan kamu bisa ngelanjutin kuliah kamu bareng di sini. Semesta memberi alur cerita baik padaku dan aku berjanji untuk tidak menyia-nyiakannya.

Air mataku menetes ketika membuka halaman selanjutnya.

Bersambung...

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang