TIGAPULUHTIGA - URAB

80 5 0
                                    

"Napa? Mogok?" tanyaku.

Dito menyengir sebentar. "Hehe. Abis bensin," ucapnya tambah menyengir.

"Ya ampun, Ditoo! Isi bensin aja lupa!" protesku. "Terus gimana?" tanyaku.

"Gue harus jalan dikit buat beli bensin di depan sana. Deket, sih," ucapnya sambil melihat ke arah depan.

Aku melihat sekeliling. Ada sebuah minimarket.

"Gue beli minum dulu, deh, di sana. Yang semangat, yah, bawa jerigen bensinnya," ucapku.

Ketika aku masuk ke minimarket itu, aku mendengar suara yang tertawa yang tak asing lagi di telingaku. Aku mendekat ke arah salah satu lorong makanan ringan di sana.

 Aku mendekat ke arah salah satu lorong makanan ringan di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu Darrel... dan... seorang cewek...

***

Aku memerhatikan mereka berdua dari balik rak jajaran makanan ringan yang ketika dibuka pasti isinya angin sebagian besar.

"Heh! Kita, tuh, ke sini buat beli bahan-bahan yang kurang kali buat besok! Bukan buat nurutin hasrat micin lu!" ucap cewek itu tertawa-tawa.

"Iya, deh, iya... Hehehe..." ucap Darrel.

"Udah semua belum?" tanya cewek itu.

"Tunggu gue cek dulu." Darrel membuka kertas berisi daftar belanjaan. "Kurang kapas, nih," kata Darrel.

"O, iya, kapas. Malah itu yang penting. Gue tanya mbaknya aja kali, ya, biar cepet." Cewek itu mencari-cari pegawai minimarket. Matanya bertemu dengan mataku yang sedang mengintai mereka berdua.

"Mbak! Mbak! Mo nanya, nih!" panggil cewek itu.

Ya, ampun. Aku malah dikira pegawai minimarket batinku.

"Ya, udah. Gue samperin, deh. Kita bagi tugas aja, biar cepet."

Aku mendengar langkah Darrel menuju ke arahku.

"Mb... eh?! Nata? Kamu ngapain di sini?" tanya Darrel. Entahlah seperti apa ekspresiku. Judul: mengintai pacar di minimarket. Catatan: bukan judul ftv.

"Mobil Dito abis bensin. Sambil nunggu dia, aku ke sini," jawabku.

"Astaga, Dito! Sobat kita yang satu itu emang agak-agak gimana gitu, ya," ucap Darrel.

Aku memandang Darrel sebentar.

"Kamu... ngapain di sini?" tanyaku.

"Beli perlengkapan, Ta. Perban, plester, obat merah. Soalnya apotek yang deket kampus tutup tapi kita disuruh seniornya harus beres belanja hari ini," ucap Darrel.

"Ududuuh... Padahal aku cuma nanya empat kata, eh, curhatnya panjang," ucapku tersenyum jahil padanya.

"Ih, kamu, tuh apaan sih. Aku cape tau," ucap Darrel sambil menekuk bibirnya.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang