EMPAT - IATNAP

156 14 6
                                    

WATTPAD DAH BENER!

BAKAL TRIPLE UPDATE! TAPI UPDATE KEMBALI TANGGAL 24 JANUARI KARENA AUTHOR MAU IKUT LIBURAN BARENG SIX KWEK-KWEK!!! /HEH, APAAN, SIH, THOR!!!

HAPPY READING!

***

Permainan pertama selesai. Kami kembali ke pinggir pantai.

"AYO! SELANJUTNYA KITA MAIN APA LAGI???" kata Meli sungguh bersemangat.

"Eh, tunggu, Fio mana?" tanya Steffan.

"Bukannya, tadi duduk di depan lu, Stef?"

"HAH? TADI DEPAN GUE DITO!" ucap Steffan mulai panik.

Kami mencari-cari Fio.

"ITU FIO!"

"FIII!!!"

***

Fio masih ada di tengah laut. Dia terlihat terombang-ambing ombak ke sana ke mari.

"FIO PINGSAN!!!" teriak Meli.

Kami semua panik.

"ADUH, GIMANA INI?!" ucap Steffan panik, tak bisa berpikir.

"LAPORRR LAH!!! BILANG KE PENJAGA PANTAI!!!"

"AH! LAMA LU PADA!!!"

"REELLL!!!"

Darrel berlari dan segera berenang menyelamatkan Fio.

Melihat Meli, Dito, dan Steffan panik, aku segera menghampiri life guard di sana.

Rel, gue tau lu berani, tapi berenang di laut sendiri itu bahaya! batinku.

Belum sempat life guard itu melakukan aksi penyelamatan, Darrel telah membawa Fio kembali ke pantai. Fio pingsan, mukanya sangat pucat. Darrel dengan segera membaringkan Fio dan melakukan tindakan penyelamatan. Beruntung, Fio segera kembali bernapas normal.

Fio terbatuk, ia langsung memeluk Darrel.

"Gu... Gue... Takut..." 

Fio terisak.

"Tenang, Fi. Lu udah aman. Ada kita, kita di sini. Sama lu. Tenang, Fi," kata Darrel lembut sambil mengusap-usap pundak Fio.

Steffan duduk, memberikan Fio handuk.

Entah apa yang kurasakan saat ini. Ada sedikit rasa sesak saat melihat Fio berpelukan dengan Darrel. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Tak seharusnya aku cemburu.

Kami kembali lagi ke hotel. Fio masih sangat shock. Ia kini di dalam kamar bersama Meli. Di dapur, aku melihat Steffan sedang membuat coklat hangat untuk Fio. Aku menghampirinya.

"Cie, pacar siaga," kataku pada Steffan.

"Eh, Ta. Mau dibikinin juga?" kata Steffan menawarkan.

"Engga, makasih. Eh, Stef, gue mo nanya, deh," ucapku ragu-ragu.

"Tanya apa, Ta?"

"Tadi Fio meluk-meluk Darrel, lu ga cemburu?"

"Hah? Ya, ga lah. Gue malah bersyukur ada Darrel. Gue, kan, telmi, nanti Fio keburu kebawa arus bisa-bisa," jawab Steffan santai.

"Ow, gitu, ya."

"Emang napa, Ta? Lu... Cemburu, ya?" ucap Steffan dengan senyum usilnya.

"Ih, apaan, sih? Ya, gaklah..."

"Jujur aja kali, Ta. Lu sendiri, kan, tau. Lu bisa cerita apa aja sama gue."

"Iya, Stef. Kemaren Darrel nembak gue lagi."

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang