ENAMPULUHDUA - TIKAS

5 0 0
                                    

"Mas, masnya tuh kan yang pernah jadi tukang baso malang itu gak sih?" tanyaku.

Ia membuka helmnya. "Betul! Dua juta rupiah untuk Mbanya. Kali ini saya beneran tersanjung, Mbak. Sudah tiga kali pertemuan kita, Mbak selalu mengingat saya. Mbaknya gak mau jadian aja sama saya?"

Darrel berdeham. "Maaf, Mas. Yang ini udah punya saya." Darrel meraih kembali tanganku.

"Waduh, gak jadi. Pawangnya serem."

"Eh gue baru sadar. Masnya yang jaga toko buku waktu itu, kan?" tanya Malika.

"Iya, Mal. Waktu itu juga sempet ketemu pas masnya jualan baso malang," jelasku.

"Btw, Mas kenapa pindah-pindah kerjaan dah? Terus bukannya Masnya maunya jadi pelawak?" tanya Malika.

"Oh kalo itu sih, karena..."

***

Kami bertiga menanti jawaban dari Mas Driver.

"Cie, cie... nungguin ya?"

Malika menabok lengan atasnya.

"Aduh, sakit banget loh, Mbak. Saya hampir jatuh tersungkur." Sambil mengusap-usap lengannya, ia melanjutkan, "Minggu lalu saya berhenti jualan baso malang, Mbak. Saya menyadari kalau saya telah berbuat kejahatan dengan menambah kebodohan bangsa, Mbak. Saya berjualan baso malang dengan membumbuinya dengan banyak micin. Saya sungguh menyesal, Mbak."

"Terus langsung kepikiran jadi driver ojol?" tanya Malika.

"Iya, Mbak, soalnya saya ini anaknya anak motor banget, Mbak. Tapi daripada nanti jadi anak jalanan bareng Natasha Wilona sama Steffan William, mending saya jadi drivel ojol, Mbak. Karena dengan jadi driver, saya bisa ketemu banyak orang dan merealisasikan keinginan saya menjadi pelawak juga, Mbak. Seperti saat ini, momen kita bersama iniloh, Mbak, Mas."

"Eh, btw, Mas, kita udah tiga kali ketemu tapi belum kenalan, loh. Saya Natalia, ini Darrel sama Malika," ucapku.

"Nama saya Sky, Mbak, Mas."

"Skai?" Malika mengerutkan dahi.

"Sky langit ituloh, Mbak. Educate yourself."

"Lah keren bener nama Mas. Nama panjangnya siapa Mas?"

"Sukoyo, Mbak."

Malika tertawa terpingkal-pingkal. "Keren banget nama panggilan Masnya. Tapi nyambung loh."

"Nah, karena sudah kenalan, kita lanjut makan ya, Mas, Mba." Mas Sky itu mengambil kursi dan menggesernya ke dekat kami. "Ini buat Mbaknya," Mas Sky memberi kotak makanan yang masih hangat kepadaku, "yang ini buat Masnya," Mas Sky memberi jus jeruk kemasan pada Darrel. 

"Nah yang ini punya saya." Mas Sky mengeluarkan kotak makanan dari tas punggungnya. "Mba Malika mau sepiring berdua sama saya?"

"Eh? Eh gak usah, Mas. Saya udah makan tadi sebelum berangkat ke sini," ucap Malika.

"Mas, ini saya cuma dapet jus doang? Gak ada nasi ayam gepreknya?" tanya Darrel sambil melirik ke arahku yang baru membuka kotak makanan.

"Loh ya engga toh, Mas. Masnya kan yang sakit, pasti dapet makanan dari rumah sakit kan?"

Darrel menatapku.

"Gak boleh, Rel. Lagian kamu udah makan loh tadi," ucapku sambil melirik piring dan gelas yang sudah kosong di baki pada meja kecil sebelah kanan Darrel. Darrel masih menatap berharap kepadaku. Pupil matanya membesar. "Rel, nanti deh pokoknya kalo kamu udah boleh pulang, kita makan ayam geprek yang di depan kampus. Oke?" Darrel mengalah.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang