DELAPANBELAS - HABUREB

111 9 2
                                    

"Emang ada apa, Ta? Soalnya Dirga lagi fitting baju buat tunangan kita, harus selesai hari ini," jelasnya.

"Emmm, ya, udah, deh, Kak. Aku ketemunya lain kali aja," kataku sambil beranjak dari kursi.

"Eh? Kalo penting bilang aja ke aku, nanti aku sampein ke Dirganya," ucapnya lagi.

"Gapapa, Kak. Nanti aja. Aku pamit pulang, ya, Kak. Makasih," ucapku sambil melambaikan tangan ke arah Kak Dinara.

Aku memasukki mobil Darrel.

"Aku gak tau lagi gimana caranya buat ngasih tau Kak Dirga soal ini, Rel," ucapku pasrah sambil menyenderkan pundakku ke jok mobil.

***

"Kenapa?" tanya Darrel sambil memperhatikanku.

Aku membuka tasku, mengeluarkan lembaran kertas rumah sakit yang lecek itu lalu memberikannya pada Darrel. Darrel membacanya. Aku hanya dapat menopang kepalaku.

"WHAT??? Dia sakit jiwa, Ta! DIA GILA!"

Darrel amat terkejut sekarang.

"Aku harus gimana, Rel? Aku harus gimana sekarang? Aku gak mungkin masuk dan bilang ini semua ke Kak Dirga! Aku juga gak mungkin telpon atau chat dia!"

Aku membenamkan wajahku dalam telapak tanganku. Frustasi.

"Dia bisa ngelakuin apa aja, Rel! Dia bahkan bisa ngeracunin sahabatnya sendiri! Dia pembunuh, Rel! Dan bisa-bisanya aku ngebiarin orang yang sayang sama aku dalam bahaya!"

Air mata tak dapat kubendung lagi. Darrel memelukku dalam dekapannya.

"Kak Dirga gak bakal kenapa-kenapa selama Kak Dirga gak bikin Kak Dinara sedih atau apapun itu. Dan aku yakin, kamu pasti nemu waktunya buat ngomong ke dia," ucap Darrel menenangkanku.

***

Aku membuka ponselku, Meli membuat group video call denganku dan Fio.

"Ada apa, Mel?" tanya Fio.

"GIRLS! Gue dapet voucher gratis perawatan di Salon Jelita buat tiga orang!" ucap Meli bersemangat.

"Terus, Mel?" tanyaku.

"KITA NYALON KUY BESOK! MUMPUNG HARI SABTU BEBAS KULIYAH!!!" ajak Meli.

"Wih, boleh, tuh. Lu ikut, Ta?" tanya Fio.

"Emmm, males, sih, sebenernya," ucapku sambil menggaruk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal.

"Ayolah, Ta! Kapan lagi ada yang gratis kaya gini!" bujuk Meli.

"Okedeh, gue ikut," jawabku.

"YA UDAH! SAMPE KETEMU BESOK GIRLS!"

Aku melepas earphone lalu mengusap-usap telingaku. Suara Meli sungguh memekakkan telinga. Tapi setidaknya aku bisa bersantai sejenak daripada memikirkan masalah ini terus-menerus.

***

Aku hanya menatap keluar jendela mobil saat perjalanan menuju salon. Meli dan Fio mulai menyadari sikapku yang agak aneh.

"Kalo ada masalah cerita kali," ucap Meli sambil menyenggol sikuku.

"Ini tentang Kak Dirga," ucapku.

"IH! ADA APA LAGI SAMA KAKAK GANTENG?!" ucap Meli.

"Astaga, Mel! Ngomongnya selow aja kali. Budeg gue," ucap Fio mengingatkan.

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang