ENAMPULUH - RODIROK

1 0 0
                                    

Aku masih cekikikan. Aku berdiri berhadapan dengan Darrel. "Mau bentuknya bulet gini," kataku sambil melukis bentuk lingkaran di sekeliling kepala Darrel, "atau mau kotak, segitiga, atau apapun, asalkan masih Darrel Lijaya namanya, aku tetep..." Tangan kiri dan kananku membuat bentuk hati.

"Norak, Ta," ucap Meli sambil lewat di depan kami, membawa kardus besar.

"Makasi ya, Mba Pacar, atas pembelaannya," ucap Darrel sambil mengacak rambutku. "Yuk lanjut lagi, eh ini bentar lagi mau eksekusi gak sih? Ya, kan, Stef?" tanya Darrel agak keras agar Steffan yang berjarak agak jauh dari kami bisa mendengarnya.

"Iya... bentar lagi." Steffan berjalan bolak-balik, sesekali melihat jam tangan, dan memegang kotak kecil berwarna merah dengan gemetar.

***

"Gundul, gundul pacul cul." Dito bersenandung kecil, membuat semuanya ber-sstt-ria. "Sorry, guys. Salfok pala Darrel mulu gue."

Kami bersembunyi di balik pagar rumput taman.

Fio berhadapan dengan Steffan yang sudah berlutut dengan satu kaki. Kedua tangannya menggenggam tangan Fio.

"Memang aku orangnya bercanda terus, Fi. Sering main-main. Tapi, soal perasaan dan komitmen aku sama kamu, aku gak pernah main-main, Fi. Aku sayang sama kamu, Fi, dan selamanya akan selalu sayang. Aku ingin kita selamanya, Fi. Aku dan kamu." Steffan merogoh saku jasnya, mengambil kotak kecil berwarna merah dari sana. Kotak kecil merah itu terbuka sempurna, menunjukkan kilauan.

"Eh, eh! Itu kebalik gak sih kotaknya?" kata Meli menepuk-nepuk lengan atasku dan Nadine.

"Eh, iya kebalik!!!" ujar Nadine.

"Bodoh, bodoh!" umpat Dito. Dito bangkit tiba-tiba, mengagetkan Darrel sampai pertahanan jongkoknya runtuh. Dito kemudian berlari sambil membungkuk ke arah Steffan.

"Lah!" ucap Meli yang tidak sempat menarik Dito dari aksinya.

"Sialan lu, Dit!" ucap Darrel sambil menepuk-nepuk celananya.

Dito menghampiri Steffan. Ia membalik kotak kecil merah itu. "Kebalik, Nyet!" Dito menempeleng pelipis Steffan singkat, lalu berlari lagi ke arah pagar kembali.

"Beres!" ucap Dito. Kami hanya menatap sinis sekilas, kembali fokus ke Steffan dan Fio yang hening.

Steffan berdeham. "Will you marry me, Fi?"

Mata Fio berkaca-kaca. Ia menutup mulutnya sambil mengangguk-anggukan kepalanya yakin. Steffan memeluk Fio erat. Kami semua bersorak kegirangan sambil berlari ke arah mereka berdua.

Sore itu kami habiskan untuk makan bersama di taman. Kami duduk melingkar dialaskan karpet bermotif kotak-kotak merah.

"Congrats, ya kalian berdua!" ucapku.

"Iya, cuy, gue bangga banget sama sobat gaming gue ternyata bisa nyeriusin anak orang," ucap Dito yang mulutnya penuh dengan nasi.

"Kunyah dulu sampe abis, baru ngomong," ucap Nadine mengingatkan.

"Iya, bebebku zheyeng," balas Dito.

"Lu kapan nyusul, Dit?" tanya Steffan.

"Tunggu satu game lagi beres kali dia," ucap Darrel, diikuti tawa yang lain.

"Dih, Rel. Lu juga, kapan nyusul? Tapi sih gue percaya ya lu udah merencanakan masa depan yang tertata," ucap Dito, kali ini sudah menghabiskan makanannya.

"Darrel mah bukan lagi soal masa depan. Dia soal... masa botak?" celetuk Meli.

Malika tertawa paling keras. "Punchline-nya dapet banget, sist!"

Nada Nadiku 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang