Sorry baru post! Kemaren akutuh cape abis ospek!
Happy reading!***
"Awww, duh, tangan gue," ucapku pada diriku sendiri. Alhasil tangan kananku sepertinya keseleo atau semacamnya. Aku berusaha mengambil ponsel untuk menelpon seseorang yang sekiranya dapat membantu kami.
"Tolong bawain barangnya, kita ke UKK sekarang." Tiba-tiba saja makhluk yang paling aku benci sekaligus paling aku sayang ini datang menghampiri. Siapa lagi kalau bukan Darrel. Darrel dengan sigap langsung mengangkat Meli. Aku mengambil tas dan ponsel Meli yang tergeletak di trotoar dengan menggunakan tangan kiriku.
Sepanjang perjalanan ke kampus, aku berusaha menggerakan pergelangan tangan kananku. "Awww!" Darrel yang berjalan di depanku sambil membopong Meli melirikku sebentar. Aku menghindari kontak mata dengannya dan bersikap bahwa tidak ada yang terjadi.
Aku dan Darrel statusnya sedang break sekarang. Namun apa yang dia lakukan selanjutnya, membuat dinding rasa kecewaku mulai runtuh.
***
Segera setelah sampai di UKK, Darrel membaringkan Meli pada salah satu kasur di sana. Ia membuka tutup botol minyak kayu putih dan mendekatkannya pada indra penciuman Meli. Meli tak kunjung bergeming. Darrel beralih pada dahi Meli yang sedikit memar. Ia mengoleskan obat pada bagian yang memar.
Tiba-tiba Darrel berbalik dan memerhatikanku yang sedang mengelus-elus pergelangan tangan kananku. Ia berjalan mendekat dan menggeser kursi dan duduk persis di depanku.
"Keseleo?" tanyanya sambil menatapku. Aku berusaha menghindari tatapan mata itu.
"Ga papa, kok. Urusin aja Meli," ucapku.
"Meli cuma pingsan. Tar juga bangun sendiri. Mana sini tangannya?" ucap Darrel.
Aku hanya diam. Namun, Darrel sama sekali tidak berpindah, dia menengadahkan tangan kanannya--meminta tanganku. Aku tidak bisa mengelak lagi. Aku memberikan tanganku. Darrel membuka kotak P3K dan mengambil obat oles. Ia mengoleskan obat itu dengan lembut pada pergelangan tanganku. Selanjutnya ia mendekatkan tanganku pada mulutnya lalu meniupinya. Aku memerhatikan wajahnya.
Kalo kamu masih segini pedulinya sama aku, kenapa kamu milih kita break, Rel? batinku.
"Udah, balikan aja keleus. Mesra gitu coba," celetuk Meli yang ternyata sudah siuman.
Darrel melepas tanganku perlahan, lalu berdiri dan berkemas. Lalu dia membungkuk dan menatapku,"Kalo masih sakit, kompres pake es batu aja nanti di rumah."
"Tuh, kan, perhatian banget lagi! Padahal yang pingsan, kan, sebelah sini," celetuk Meli lagi sambil menunjuk-nunjuk dirinya. Kalau saja aku tidak sedang shock karena perlakuan Darrel tadi, mulut Meli sudah kusumpal dengan perban.
"Gue duluan. Ada kelas." Darrel memakai ranselnya lalu segera meninggalkan ruang UKK.
Aku menghampiri Meli yang masih terbaring di kasurnya.
"Masih pusing gak, Mel?"
Meli tidak menjawab, ia hanya menatapku lalu bangkit untuk duduk di pinggir kasur. "Masih sayang gak, Ta? Kalo masih, obrolin, lanjutin, pertahanin."
Dari ribuan kalimat dan kata yang keluar dari mulut Meli, ada aja yang bener.
***
"Semua ini?!" ucapku kaget.
"Iya, tolong balikin, ya, please! Gue harus ke Pak Nugraha udah telat banget, nih! Nanti gue suru ulang mata kuliah dia semester depan, kan, gak lucu! Ya, Ta, gue pergi dulu... BHAY!" Malika segera lari terbirit-birit bak dikejar cheetah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada Nadiku 3
Romance(#20 dalam #nada, 11/05/2018) (COMPLETED) Namaku Natalia Tanusaputra, mahasiswi jurusan Ilmu Sejarah di Universitas Pratama. Hidupku memang tidak serumit alur sejarah dunia, namun apa ada kemungkinan memilih satu dari dua orang yang sangat berarti d...