*5*

380 46 2
                                    

Pagi itu menunjukkan pukul 9 pagi, El sudah berkutat dibalik meja kebesarannya, sesekali memperbaiki kacamata. Mempelajari beberapa berkas, membubuhkan tanda tangan dan sesekali mengetik di laptopnya. Hingga seseorang mengetuk pintu ruangannya. Satu kata "masuk" membuat si pengetuk membuka pintu.

"selamat pagi pak"

"pagi" sahut El tanpa mendongakkan kepala, ia sudah hafal kalau itu suara sekretarisnya, Fatih.

"saya ingin memberi laporan tentang nona Lisa, seperti yang anda minta"

El akhirnya mendongakan kepala menatap Fatih. Ini yang dia suka dari sekretarisnya, baru kemarin malam dia meminta, pagi ini ia sudah membawa laporan yang diminta, kurang dari 48 jam.

"duduk" Fatih menurut dan duduk didepan meja El.

"baik pak, jadi begini. Nona Lisa, bernama lengkap Allisa Lovata Bahar, tahun ini berumur 20 tahun. Sedang berkuliah di univesitas pelita negara semester 4 jurusan design fashion" Fatih mulai menggulir tab yang dipegangnya. Memaparkan info yang sudah ia susun.

"Allisa Lovata Bahar" ulang El dengan bisikan "nama yang cantik" El mengangguk-angguk sambil tersenyum kecil, teramat kecil. Fatih yang melihat itu sedikit terkejut, pasalnya senyuman dari bossnya ini super langka. Menang Tender puluhan milliar saja jarang bisa tersenyum.

"dia anak terakhir dari 3 bersaudara" lanjut Fatih "ayahnya adalah Ryan Bahar seorang pengusaha konstruksi PT. Bangun Jaya Makmur, tapi terancam pailit karena kesalahan anak sulungnya"

"pailit?" tanya El memastikan.

"ya pak, karena kesalahan anak sulungnya calon penerus perusahaan tersebut yang tidak kompeten. Beberapa bangunan ruko yang dibangun mengalami keretakan dalam status bahaya hingga ada yang harus dikosongkan hanya dalam waktu satu tahun setelah bangunan selesai dibangun. Peralihan bahan, perombakan tim peninjau lapangan membuat kredibilitas yang dibangun ayahnya hancur"

"apa Lisa asli dari Jakarta?"

"ah tidak pak. Mereka pindah dari bandung ke Jakarta pada tahun 2012 saat Lisa lulus sekolah dasar"

"sekolah dasar mana?"

"SD negeri Bandung 1 pak" senyum kecil kembali terbit diwajah El. Membuat Fatih semakin bingung.

"tidak salah lagi" bisiknya.

"ya pak?" tanya Fatih memastikan.

"apa nama perusahaan ayahnya tadi?" tanya El mengalihkan.

"PT. Bangun Jaya Makmur pak. Kita pernah bekerja sama untuk pembangunan hotel di bandung pada tahun 2015"

"oh ya? Lalu bagaimana hasilnya?"

"bagus pak. Bangunan masih sangat kokoh tidak ada kerusakan berarti. Karena pada saat itu, pak Ryan sendirilah yang bertanggung jawab"

"bagaimana dengan sekarang. Apa masih anak sulungnya yang menguasai perusahaan?"

"tidak pak. Pak Ryan kembali mengambil alih dan membimbing anaknya dari awal. Walaupun sangat kecil harapan ada yang bisa percaya lagi terhadap mereka. PT. BJM juga mengajukan tender untuk pembangunan ruko kita yang di bali pak"

"lalu? Mereka lolos sampai tahap apa?"

"tim penguji kita tidak meloloskan sejak awal pak, kita mencari aman. Insiden retaknya bangunan itu bukan hal yang kecil. Apalagi ruko yang akan kita bangun terdiri dari 10 pintu"

"saya ingin berkas itu dimeja saya nanti siang" titah El.

"anda yakin pak?" tanya Fatih berhati-hati.

"Ya" jawab El singkat.

"baik. Kalau begitu saya pamit keluar"

"tunggu" interupsi El mengurungkan niat Fatih untuk berdiri "siapa laki-laki yang bersama Lisa dipesta Chandra?"

"oh itu pacarnya pak. Mereka berpacaran sudah satu tahun ini"

"hanya pacar?" El memastikan.

"sepertinya begitu pak. Tidak ada info kalau mereka sudah dijenjang yang serius, seperti pertemuan keluarga atau pertunangan. Apa perlu saya cari info yang lebih lanjut pak?" Fatih menawarkan.

"tidak perlu. Kamu boleh keluar sekarang. Jangan lupa berkas yang saya minta"

"baik pak. Permisi" Fatih pun meninggalkan ruangan. Meninggalkan sang atasan dengan pikiran mengawang.

*****

Lisa yang baru masuk rumah melihat sang ayah, bersama ibu dan kedua kakaknya sedang duduk diruang tengah. Dia kebingungan melihat semua tampak sedang serius.

"Lisa, ayo duduk disini" ujar kepala keluarga itu menepuk sofa disampingnya.

"ada apa nih yah? Kok kaya serius banget semuanya" tanya Lisa bingung.

"jadi gini nak, ada yang mau ayah sampaikan pada kalian. Sebelumnya ayah minta maaf telah gagal jadi seorang ayah yang baik" ujar sang ayah, Ryan Bahar seperti menahan tangis.

"apa sih yah, ayah tuh ayah yang hebat. Jangan ngomong gitu" ujar Diandra anak kedua dikeluarga ini.

"iya yah, bagi aku, bagi kita semua ayah itu kepala keluarga yang luar biasa. Yang selalu mementingkan keluarga diatas kepentingan ayah sendiri" Lisa ikut menimpali sambil mengelus tangan sang ayah.

"Dian, Lisa maafin kakak ya, karena ketidakbecusan kakak semuanya jadi gini" Fandy ikut buka suara.

"tolong jangan salahkan kakak kalian, jangan salahkan Fandy atas apa yang menimpa keluarga kita. Semua langkah yang diambil Fandy atas sepengetahuan ayah. Ayah yang salah. Jadi ayah berencana pada bulan-bulan ini untuk mengajukan pailit ke pengadilan niaga. Saat pengajuan itu diterima semua aset ayah akan dijual untuk menutupi hutang yang tidak dapat ayah bayarkan" akhirnya tangis sang ayah pecah. Lisa yang melihat itu segera memeluknya menenangkan.

"udah yah, ga apa-apa. Kita bisa hadapi ini kok. Aku bisa cuti kuliah dulu, terus ambil pekerjaan yang bisa terima ijazah SMA" ucap Lisa.

"engga, untuk kuliah kamu akan ayah usahakan gimana pun caranya. Tapi kamu harus kost disini sama ka Dian ya. Ayah, ibu dan Fandy akan kembali ke bandung untuk mencoba bisnis baru kami. Dian juga akan cari kerja disini" air mata Lisa mengalir, namun dengan cepat menghapusnya dan mengangguk. Lisa menoleh melihat sang ibu yang tertunduk menutup wajah.

"bu, gak apa-apa ya. Ibu pasti kuat kok" ujar Lisa mencoba memberikan semangat.

"ayo kita makan dulu, ibu sudah masak"

Suasana canggung Lisa dan ibunya memang tidak akan bisa hilang. Tapi Lisa bisa melihat tatapan sang ibu sudah lebih lembut dari yang sebelumnya dan itu membuat Lisa senang. Lisa berharap semoga saja suatu hari ibunya juga bisa menyayanginya. Tak perlu kasih sayang sebesar yang diberikan ibunya kepada Dian atau Fandy, cukup satu usapan dirambutnya saat Lisa sedih juga sudah cukup.

*****

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang