*16*

262 47 0
                                    

*Happy Reading*


Makan malam itu telah usai, Lisa yang sudah membantu ibunya dan Dian, untuk membereskan meja makan menatap El dari dapur yang sedang berkumpul dengan ayah, Fandy, dan juga Daddy Kim diruang tamu. Elvano yang merasa ditatap pun menoleh, tatapannya bertabrakan dengan milik Lisa. Lisa memberi isyarat ke halaman belakang, lalu ia berlalu menuju kesana. Beberapa menit menunggu, El tiba disampingnya dengan tangan didalam kantung celananya. Hening beberapa saat, hingga Lisa buka suara.

"apa ayah udah ngasih tau, kalau ada beberapa persyaratan yang saya ajukan mengenai pernikahan ini?" ujar Lisa tanpa menatap El.

"ya" El menatap Lisa "tapi beliau tidak memberitahu apa syaratnya"

"karena ayah juga tidak tahu tentang syarat ini"

"saya harap kamu tidak meminta bahwa kita hanya menikah pura-pura" ujar El membuat Lisa menoleh dan mendelik tajam.

"apa anda pikir saya gila mempermainkan pernikahan?" El hanya mengedik cuek "saya memang terpaksa menerima pernikahan ini, tapi bukan berarti saya ingin main-main"

"oke. So, apa syaratnya?" Jawab El menghadapkan diri pada Lisa.

"pertama" Lisa mengacungkan jari telunjuknya didepan wajah El "saya ga mau ada pesta besar untuk pernikahan ini. Tidak usah ada pertunangan, langsung ke acara inti saja yang dihadiri keluarga dan teman dekat kita dan mungkin beberapa tetangga sekitar sini. Artinya, saya ingin acara dirumah ini saja tidak usah menyewa gedung lain. Apa anda keberatan?"

"kamu ingin pernikahan ini diam-diam?" Lisa tercekat, apa sangat mudah membaca niatnya?

"ga diam-diam, kan ada keluarga sama temen?" ujar Lisa membela diri.

"baik ga masalah. Kamu juga ga ingin ada media tahu tentang ini kan?"

"itu dia" ucap Lisa akhirnya.

"oke"

"kedua. Saya mau tetap kuliah. Dan saat lulus nanti saya ingin berkarir"

"setuju"

"ketiga. Saya masih dua puluh tahun, saya masih ingin bermain dengan teman-teman yang lain saat weekend atau sekedar ngumpul saat pulang kuliah"

"oke. Tapi saya juga memiliki syarat?" Lisa menatap El "kamu harus putus dengan pacar kamu yang sekarang dan jangan pernah berhubungan lagi sama dia. Kamu milik aku setelah nikah" Lisa terdiam, lebih tepatnya tercekat. Ya dia memang harus memutuskan hubungannya dengan Arvin. Tapi untuk memikirkannya saja sudah sulit, bagaimana dia harus mengatakannya pada arvin nanti?

"ya" Lisa mengangguk sambil menunduk "ada lagi?" saat ia mendongak wajah El hanyar berjarak beberapa centimeter darinya, bahkan nafas El bisa ditangkap indera penciuman Lisa. Dengan terkejut Lisa munduk secara panik.

"syarat lainnya menyusul" Elvano masuk kembali kedalam rumah meninggalkan Lisa dalam keterkejutannya. Lisa memegang dadanya, merasakan debaran jantungnya yang menggila, ia ingin mengumpat.

"Lisa" hingga panggilan mommy Kim menginterupsinya "bisa kita ngomong?"

"ada apa mom?"

"Lisa, mommy ga tau sebenarnya apa yang mendasari El untuk menikahi kamu disaat kalian baru dua kali ketemu. Tapi mommy bisa menjamin, kalau El tidak memiliki niat yang jahat sama kamu. Mommy bisa melihat tatapan El ke kamu, tatapan yang belum pernah mommy lihat sebelumnya. Elvano itu mungkin saja terlihat dingin dari luar, tapi dia anak yang baik Lisa, dia teman yang baik, rekan yang baik, hanya saja dia memiliki masa kecil dan masa remaja yang sulit sehingga begitulah dia membentengi dirinya" Lisa mencerna ucapan mommy Kim dengan seksama "bahkan dia punya trauma yang terbawa sampai sekarang"

"trauma?" Lisa membeo.

"ya, tapi mommy tidak akan menjelaskan detailnya. Seiring waktu kamu pasti tahu sendiri apa yang mommy maksud. Jadi mommy harap kamu bisa membuka hati kamu untuk El ya, walau pelan-pelan"

Lisa terdiam sejenak, ia tak bisa menjanjikan untuk membalas perasaan El ketika pernikahan ini saja sudah didasari karena tak adanya pilihan. Tapi akhirnya Lisa mengangguk seolah mengiyakan, walaupun hatinya juga meragu.

*****

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang