Elvano sedang mendorong troli tepat dibelakang Lisa yang sedang menelusuri rak-rak supermarket di salah satu mall besar tersebut. Karena Lisa hanya membawa pakaian dari rumah orang tuanya dan ia juga masih dalam masa cutinya jadi setelah mandi ia mengajak Lisa untuk membeli toiletries dan kebutuhan lainnya. Terlihat seperti shopping date.
"mas kamu pakai sikat gigi elektrik kan?" tanya Lisa tiba-tiba saat mereka tiba di rak yang penuh sikat dan pasta gigi. El mengangguk.
"kamu mau pakai yang ini?" tanya Lisa lagi sambil mengangkat sikat gigi elektrik berwarna biru di tangan kanannya "aku yang ini" dengan mengangkat tangan kirinya yang memegang sikat gigi yang sama hanya berbeda warna, pink.
"couple?" refleks El dengan senyum mengejek.
"ih ga usah ah" rajuk Lisa sambil meletakkan kembali sikat gigi yang tadi dipegangnya. El pun tertawa ringan melihat Lisa yang menjauh, ia segera mengambil dua sikat gigi itu dan menaruh kedalam trolinya dan segera mengikuti Lisa.
"jangan ngambekan, cepet tua" Lisa pun segera berpaling dan menghadap El.
"bukan aku yang ambekan ya mas, tapi kamu tuh yang nyebelin. Aku tuh penyabar, tapi kamu kayanya memang diciptakan untuk menguji kesabaran aku tau ga" ujar Lisa mengomel yang dijawab tawa oleh El dan tanpa sadar mencubit gemas pipi gembul Lisa.
"iya maaf ya. Lagian kenapa sih kalau couple, kan kita emang pasangan"
Cubitan dipipinya tadi memang tidak sakit sama sekali, tapi cukup memberikan efek sengatan kecil pada Lisa. Jantungnya tiba-tiba berdebar.
"mau coba sabun ini ga? Merknya sama kaya yang biasa saya pakai, tapi ini yang aromanya untuk perempuan" El tiba-tiba menyodorkan botol sabun. Lisa segera mengambil botol tersebut dan menaruhnya di troli.
Setelah troli itu hampir penuh mereka berdua menuju kasir lalu membayarnya. Keluar dari supermarket itu, mereka melewati toko yang menjual berbagai pakaian dalam untuk wanita. Lisa berhenti sebentar saat ingat bahwa ia hanya membawa sedikit celana dalam. El yang menyadari itu menghampirinya.
"kenapa?" tanya El. Lisa hanya melirik toko itu ragu "kamu mau beli pakaian dalam?"
"sssstt mas ih" sebal Lisa
"kenapa? Kalau mau ayo beli"
"ga mau ah masa aku beli pakaian dalam sama kamu"
"ya memang kenapa sih? Kamu ga mungkin nyobain didepan saya juga kan?" Lisa kehabisan kata, ia semakin yakin kalau suaminya ini memang pervert.
"ga usah. Aku ga mau"
"ya udah sana, kamu pilih nanti panggil saya kalau sudah selesai biar saya bayar. Saya tunggu disini"
"beneran?"
"iya, ayo sana. Saya tunggu" ujar El sambil mendorong pelan istrinya itu agar segera masuk.
Lisa pun masuk ke toko itu dengan El yang setia menanti diluar, bersandar pada papan pembatas lantai empat. Mengambil selulernya di saku celana bukan untuk membuka sosial media tentunya, karena El tak punya akun untuk itu, tapi untuk mengecek email dan pesan yang masuk yang tentu saja soal pekerjaan. Sampai tiba-tiba sesorang berhenti didepannya.
"Elvano?" panggil orang itu. El pun mendongak dan mendapati seorang wanita dengan rok pendek dan kemeja sebagai atasannya. El pun hanya mengernyitkan dahi merasa tak mengenali wanita didepannya itu.
"lo lupa sama gue?" tanya wanita itu lagi dan hanya dibalas dengan kerutan dahi yang semakin dalam oleh El.
"gue Sheila"
"Sheila?" El masih tak mengenalinya.
"ya ampun, temennya Rere" El menegap, sedikit terkejut mendengar nama itu.
"sorry. Gue gampang lupa sama orang"
"its oke, memang udah lama kan kita ga ketemu. Gimana kabar lo sekarang?" tanya Rere, tentu saja untuk basa-basi.
"good" jawab El singkat, jujur saja ia tak nyaman. Entah kenapa setelah bertahun-tahun ia masih tak bisa melupakannya.
"eh, gue masih sering chat sama Rere loh" Sheila tahu kalau El tak nyaman ngobrol dengannya, tapi ia tetap mencoba untuk memancing.
"oh ya?"
"Mas" panggilan dari Lisa seolah memberi nafas segar pada El.
"sudah selesai?" El segera menghampiri Lisa "gue tinggal ya"
"iya sudah" Lisa menyusul El yang berjalan menuju kasir walaupun ia penasaran dengan siapa El tadi bicara.
Sheila yang ditinggal begitu saja bingung, siapa wanita yang memanggil Elvano tadi dari toko pakaian dalam. Ia penasaran, maka ia pun menyusul keduanya kedalam toko dan segera menghampiri kasir tempat mereka berdiri.
Setelah membayar El sedikit terkejut mendapati bahwa Sheila menyusulnya. Lisa pun menatap Sheila dan El dengan bingung.
"siapa dia El?" tanya Sheila langsung, ia tak dapat menahan rasa penasarannya.
"kenalin, dia Lisa. Istri gue" dan sekarang Sheila tak dapat menutupi rasa terkejutnya "Lisa, dia Sheila" Lisa pun mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Sheila" setelah menguasai dirinya Sheila menjabat tangan Lisa.
"istri? Gue ga salah denger El? Kapan? Tapi kok ga ada pemberitaan apa-apa? Sekelas CEO kaya lo nikah, ga mungkin gue ga denger beritanya" Sheila masih tak percaya. Entah kenapa Lisa merasa ada nada tidak suka dari Sheila.
"baru, baru minggu lalu. Kami memang ga bikin acara besar, hanya keluarga dan temen deket, kita mau acara yang hikmat. Jadi kami setuju untuk bikin acara kecil-kecilan aja" Lisa menatap El yang sangat lancar menjawab Sheila, bahkan sama sekali tidak terlihat ada kebohongan.
"kok gitu? Lo orang besar Elvano, lo punya banyak relasi, kolega, karyawan yang harusnya lo undang kan di acara besar lo itu?"
"keinginan orang beda-beda, ga bisa disamain kan?" ketus El, ia mulai terganggu dengan berbagai pertanyaan Sheila.
"oke sorry" Sheila meringis "jadi, lo udah move on dari Rere dong? Padahal Rere katanya mau balik beberapa bulan lagi loh" ujar Sheila dengan nada bercanda. Terdengar bercanda, tapi ia serius ingin tahu jawaban dari El.
"sure, past just past. Ga ada kesedihan yang pantas berlama-lama. Dan gue juga ga peduli Rere mau balik atau stay disana selamanya, ga ada urusannya sama gue" jawab El santai seolah tanpa beban, memberi kejutan lain untuk Sheila.
"sayang?" ujar El tiba-tiba.
"hah?" kaget Lisa. Tentu saja, pertama ia daritadi hanya jadi penonton setia untuk obrolan dua orang didepannya, yang terlihat bicara santai tapi seolah membuat keduanya tak nyaman. Dan kedua, sayang? Apa-apaan sih El ini.
"kamu laper kan? Udah jam satu ini." Tanya El lagi.
"oh? Iya, iya aku laper" ujar Lisa kikuk.
"ya udah, Sheila gue duluan" pamit El tanpa menunggu jawaban Sheila dan segera menggandeng Lisa pergi dari sana.
"duluan ya" Lisa pun tak ikut berpamitan yang dijawab anggukan oleh Sheila.
Sheila memperhatikan itu, bagaimana El menggandeng Lisa dengan tangan kanannya dan ditangan kirinya ada paper bag dari toko dimana ia berdiri saat ini.
"Sial, lo telat Re" ujar Sheila bergumam pada dirinya sendiri.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
EL & AL
RomanceLisa memiliki pilihan untuk menuruti perjodohan ini atau menolaknya. Ayahnya bukan tipe pemaksa, ia menyerahkan keputusan pada Lisa. Tentu saja Lisa ingin menolak, banyak alasan untuk menolak, pertama mereka baru sekali bertemu dan pertemuan itu tid...