*33*

169 35 1
                                    

Kelas pertama Lisa dan Ochi telah selesai, mereka berdua kini ada didepan ruang kelas Jennie dan Cla. Tak lama menunggu Cla dan Jennie muncul. Tanpa aba-aba mereka berempat menuju food court universitas itu.

"eh tunggu, temenin ke ATM corner dulu" Lisa pun belok kiri di ujung koridor diikuti oleh tiga lainnya.

Lisa harus menarik uang karena memang ia tak memiliki cash sama sekali. Food court kampus mereka memang menerima pembayaran online, tapi ia belum memiliki mobile banking dari debit yang diberikan Elvano.

Sesampainya didepan mesin ATM Lisa mengeluarkan kartu yang diberikan oleh Elvano tadi pagi, Ochi yang melihat itu antusias.

"wiiih, kartu baru nih" ujar Ochi.

"dikasih El?" tanya Jennie yang dijawab Lisa dengan anggukan.

"dia minta gue untuk kelola uang bulanan kebutuhan rumah" Lisa pun segera memasukkan debit card itu dan memasukkan pin, El bilang kalau angka pinnya adalah tanggal pernikahan mereka, huff. Lisa mencoba melihat saldo. Tak hanya Lisa, Ochi dan Cla juga terbelalak melihat nilai saldo yang terpampang di layar itu. Lisa segera menekan tombol cancel dan segera mengambil kartu yang telah keluar.

"gue ga salah lihat tuh Lice?" tanya Ochi masih dengan keterkejutannya.

Tak menjawab, Lisa segera mengambil ponselnya dan melakukan panggilan pada Elvano.

"halo" dengan cepat Elvano menyahut.

"Mas, ini mas ga salah transfer?" tanya Lisa terburu.

"salah transfer apa?" tanya Elvano balik.

"ini, ke debit card yang kamu kasih tadi. Masa saldonya 500 juta? Kamu mau transfer berapa memangnya?"

"ga salah kok, memang segitu"

"memang segitu gimana? Kamu kan denger tadi buat rumah ga sampai 150, ini sisanya banyak banget mas"

"saya kan udah bilang Sa, itu sekalian sama uang jajan kamu"

"uang jajan apa mas? 300 juta uang jajan aku? jajan apa sih yang 300 juta? Ini kalau aku beliin cilok satu provinsi kayanya yang kenyang" omel Lisa. Ochi dan Cla kompak terbahak, sedang Jennie hanya menggeleng mendengar ucapan konyol Lisa.

"jangan berhemat Sa"

"aku mau foya-foya juga ga akan habis mas astaga"

"udah pokoknya itu uang jajan kamu, traktir juga teman-teman kamu yang lain sebagai tanda terima kasih. Udah ya saya lagi meeting"

Panggilan itu pun terputus, Lisa hanya bisa mengelus dada. Kelakuan Elvano memang. Uang jajannya hanya 1,5 juta biasanya dan kini ia mendapat hampir 20 kali lipat.

"gue biasa ngelihat saldo Lisa ratusan ribu sekarang ratusan juta mendadak merinding"celetuk Cla.

"sama kak. Biasanya Lisa minta kirimin 10 ribu biar bisa narik sisanya" Ochi dan Cla kompak tertawa.

"jangen kaget Lice" Jennie bersuara "kalau sebelumnya buat lo 50 juta aja udah besar, tapi 500 juta untuk El bukan uang yang banyak. Dinikmatin aja selagi bisa kan"

Lisa pun berbalik dan kembali memasukkan debit card dan mengambil sejumah uang.

"ayo, hari ini gue yang traktir" ucap Lisa lalu berjalan mendahului yang lain.

"yey makanan gratis" Ochi yang paling riang.

Seusai memesan dan Lisa yang membayar semuanya, mereka berempat segera duduk untuk menunggu makanan mereka diantar.

"kok tiba-tiba lo mau nraktir kita sih Lice?" tanya Ochi bingung.

"ya kan Lisa lagi banyak duit" tapi Cla yang menjawab

"tapi kaya tiba-tiba gitu loh kak. Tadi dia kek orang linglung dapat uang belanja ratusan juta, eh beberapa detik kemudian mau langsung nraktir"

"soalnya Elvano yang suruh" akhirnya Lisa angkat suara.

"Elvano yang suruh?" Jennie membeo.

"gue bilang sama El, kalau kalian itu sering banget traktir gue. Jadi dia bilang mulai sekarang gue harus balas budi. Ya gue sempat debat lah soal duit sama dia"

"debat gimana?" Cla bingung.

"ya El ga suka gue beli barang diskonan, dia bilang buat jangan hemat mulai sekarang sudah cukup hematnya. Gue harus beli barang yang gue mau bukan barang diskonan. Terus gue bilang aja kalau ya yang berduit kan dia bukan gue. Eh, dia bilang duit dia ya duit gue juga" jelas Lisa

"Oooowwww" Cla dan Ochi tiba-tiba berakting seperti orang pingsan.

"itu ucapan paling romantis yang pernah gue denger sih" ujar Cla

*****

Jam 3 sore saat Elvano sedang berkonsentrasi penuh dengan meeting yang ia pimpin. Melihat dan memahami dengan cermat slide demi slide power point materi yang disampaikan oleh tim akunting perusahaannya. Saat tiba-tiba smartphone miliknya yang ia letakkan dimeja bergetar, menandakan adanya panggilan. Ia pun mengintip dan mendapati nama "Allisa", senyum kecilnya terbit dan dengan segera mengangkat telpon itu dan semua orang diruangan itu terdiam secara otomatis.

"ya Sa?"

"mas pulang jam berapa?" jawab suara disebrang.

"jam 7 kayanya. Kenapa?"

"jangan pulang kemaleman dong mas" protes Lisa "aku lagi masak rendang nih sama bi Layla, kalau nunggu jam 7 keburu laper aku"

"ya udah kamu makan duluan aja"

"ga mau ah, pokoknya aku nungguin kamu. Jam 6 harus sudah dirumah ya mas?" suara protes Lisa berbanding terbalik dengan senyum El yang tidak luntur sejak mengangkat telpon. Membuat karyawan yang ada diruangan itu kebingungan akan siapa yang menelpon dan membuat boss mereka seolah terlihat kasmaran.

"ya udah aku usahain"

"yey..kalau gitu aku tunggu ya. Bye mas"

"bye Sa"

Senyum El belum luntur saat bisik-bisik dari karyawannya terdengar. Ia memang belum bisa mengumumkan pernikahannya, tentu saja karena kesepakatan dengan Lisa, tapi ia juga tidak berencana untuk menutupi pernikahannya.

"ayo kita lanjutkan" ujar El memotong semua obrolan diruangan itu.

*****

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang