Menunduk sambil memainkan jari-jemari tangannya, Lisa memilih taman belakang gedung baru universitasnya untuk duduk sendiri, mencari ketenangan. Taman ini memang sepi, karena banyaknya pohon rimbun yang membuat tempat ini gelap. Bahkan banyak isu yang mengatakan kalau taman ini angker. Tapi Lisa tak peduli, ia hanya ingin menghindari orang-orang yang menatapnya aneh.
Sejak sampai di kampusnya tadi ia sudah menjadi pusat perhatian. Mungkin, karena Lisa yang biasanya datang dengan rapi dan juga polesan makeup tipisnya, hari ini justru datang dengan kondisi wajah membengkak, rambut yang lupa ia sisir jangan lupa matanya yang hampir sebesar bola bekel.
Tadi pagi saat ia terbangun, Lisa tak mendapati sang suami disampingnya. Bergegas bangun ia mencoba mencari Elvano di kamar mandi, di ruang gym, dan seluruh bagian rumah tapi nihil. Tepat saat mendapati informasi dari Layla bahwa suaminya memang tidak pulang semalam membuatnya kembali menangis.
Jangankan untuk berdandan, memakai parfum atau menata rambutnya, Lisa bahkan harus memaksakan diri untuk bisa mandi dan berganti pakaian agar bisa berangkat kuliah. Kalau tak ingat hari ini ada kuis di salah satu kelasnya, mungkin Lisa akan bergelung saja dikamar.
"Lisa" yang dipanggil pun menoleh dan mendapati ketiga temannya berjalan menghampiri.
Baik Clafita, Jennie dan Ochie sama-sama terkejut ketika mendapati sahabat mereka yang biasanya tampil cantik itu, pagi ini terlihat berantakan. Berjalan dengan lebih cepat Jennie berjongkok di hadapan Lisa agar bisa sejajar dengan temannya itu. Terlihat jelas bahwa bukan hanya berantakan, tapi Lisa nampak sangat stress.
"kenapa Lice?" tanya Jennie pelan.
"kaakk" air mata Lisa jatuh dengan cepat.
"kenapa?" tanya Jennie lagi dengan lembut.
"El marah sama gue kak" jawab Lisa mencicit, walau sulit Jennie masih memahami apa yang dikatakan oleh Lisa.
"marah kenapa?"
"dia nuduh gue selingkuh"
"selingkuh?" beo Clafita.
"kok bisa?" bingung Jennie.
"ada orang yang ngirim foto waktu gue ketemuan sama kak Arvin" aku Lisa.
"gimana?! Jalan sama Arvin? Lo jalan sama Arvin?" pekik Clafirta.
"lo nerima ajakan Arvin yang waktu itu?" tambah Ochie. Ketika Lisa mengangguk, tiga lainnya langsung menghela nafas tak percaya. Clafita bahkan langsung memijat pelipisnya
"KOK BISA?!" teriak Clafita "padahal jelas-jelas waktu itu kita semua udah larang lo buat datang Lice! Kok lo tetap datang?! Ini namanya lo cari masalah sendiri! Masalah yang dicari!"
"iya kak gue tau..gue tau gue salah" jawab Lisa di tengah tangisnya. Ia meraup wajahnya frustasi.
"udah Cla, udah terjadi mau gimana lagi" ujar Jennie menenangkan. Sedang Ochie hanya mengelus lembut bahu Lisa yang bergetar.
"gimana lagi apanya?! Kita udah larang dia untuk datang bukan buat kita Jen, tapi buat kebaikan dia sendiri. Eh dia malah nyari masalah!"
"terus gimana Lice? Lo udah coba jelasin ke pak El alasan lo?" tanya Ochie mencoba mengalihkan Clafita.
"dia ga mau dengerin gue, dia ga percaya yang gue bilang. Masalahnya...." Lisa tak dapat melanjutkan kalimatnya.
"masalahnya apa?"
"di situ ada foto waktu kak Arvin nyium gue" Lisa menutup wajah dengan kedua tangannya. Wajah ketiganya semakin terbelalak tak percaya dengan apa yang dikatakan Lisa.
"lo ciuman sama Arvin? Lo gila??!!" Clafita semakin geram.
"engga kak, gue ga ciuman. Foto itu keliatan kaya kita lagi ciuman, tapi disitu Arvin yang tiba-tiba nyium gue, di kening. Gue juga kaget, gue juga...gue juga...marah" jawab Lisa tersengal.

KAMU SEDANG MEMBACA
EL & AL
RomanceLisa memiliki pilihan untuk menuruti perjodohan ini atau menolaknya. Ayahnya bukan tipe pemaksa, ia menyerahkan keputusan pada Lisa. Tentu saja Lisa ingin menolak, banyak alasan untuk menolak, pertama mereka baru sekali bertemu dan pertemuan itu tid...