*23*

196 36 0
                                    

Sepanjang perjalanan hanya hening yang menyelimuti. Baik Lisa maupun Elvano sama-sama bungkam. Sesekali El melirik ke samping, tepat pada istrinya yang sedari tadi hanya memasang wajah datar, ia tahu dengan pasti bahwa Lisa marah padanya. Saat melihat minimarket beberapa ratus meter didepan mereka, Elvano menepikan mobilnya. Parkir tepat didepan minimarket itu dan turun tanpa mengatakan apapun.

Sekitar 10 menit Elvano keluar dengan membawa kantong plastik berlogo minimarket yang ia datangi. Saat masuk kembali kedalam mobil, El menyodorkan plastik tersebut kehadapan wajah Lisa. Lisa yang bingung hanya bertanya lewat tatapan matanya.

"saya minta maaf" ujar El akhirnya, dengan lembut dan penuh penyesalan "kamu boleh nyembunyiin pernikahan kita ke siapa aja yang kamu mau dan harusnya saya ga ikut campur. Saya minta maaf karena ga ngertiin kamu. Hm? Maaf ya?" bujuk El dengan senyum tipis.

Lisa terhenyak, ia pikir pertengkarannya ini akan berlarut-larut. Entah kenapa hati Lisa menghangat. Elvano menghadapi dirinya yang mudah marah dengan kepala dingin.

"apa ini?" tanya Lisa sambil mengambil plastik yang El ayunkan didepannya. Lalu mengintip isinya, ada coklat, es krim, keripik dan beberapa jajanan lain. Ia pun tersenyum geli, Lisa merasa seperti anak kecil yang sedang dibujuk.

"dimaafin kan?"

"hmm"

"hmm apa nih?"

"iyaaa, dimaafin mas" gemas Lisa. Akhirnya Elvano tersenyum senang. Ia mengambil es krim stik dan membukanya lalu melapisi stiknya dengan tisu yang ada di dashboard dan memberikannya pada Lisa.

"biar ga kotor tangannya" ujar El. Lisa tersenyum dengan perhatian kecil tersebut.

Tak lama Elvano kembali memacu mobilnya meninggalkan parkiran minimarket tersebut untuk pulang kerumah orang tua Lisa. Besok ia akan membawa Lisa kerumah miliknya.

*****

Lisa dengan ditemani oleh ayah, ibu serta kedua kakaknya kini ada di teras rumah, sedang melihat Elvano memasukkan koper dan tas miliknya kedalam bagasi mobil. Saat semua tas telah masuk, El pun menutup pintu bagasinya, lalu berpamitan pada kedua mertuanya.

"Ayah, ibu, saya mohon ijin untuk membawa Lisa hari ini. Lisa bebas untuk kesini kapanpun yang dia mau, sebisa mungkin saya yang antar kalaupun saya berhalangan akan ada supir yang akan mengantar Lisa. Ayah, ibu maupun Fandy dan Dian juga bebas jika ingin berkunjung kerumah kami, dengan senang hati kami akan menyambut" ujar El dengan senyum terpatri diwajahnya.

"ayah titip Lisa ya El, perlakukan dia dengan baik" ujar Ryan dengan senyum.

"pasti pak" jawab El mantap.

"dan Lisa, kamu sudah menjadi seorang istri, ayah harap kamu tahu hak dan kewajiban kamu ya" kini ia menasihati putri bungsunya.

Ratih yang melihat Lisa sedari tadi terus menekuk wajahnya pun paham, jika anak bungsunya itu berat untuk meninggalkan rumah yang telah mereka tempati selama belasan tahun.

"nak" panggil Ratih lembut "rumah kalian sama kesini itu deket kok, ibu sama ayah juga akan sering berkunjung, El juga ga ngelarang kamu kan untuk datang kesini. Di awal pasti sulit untuk betah, tapi kamu harus menyesuaikan diri ya. Biar bagaimanapun itu rumah kamu juga. Ya sayang?"

Lisa pun segera memeluk ibunya, mencoba melepas rasa sesaknya kini. Ia bukan orang yang gampang betah ditempat baru. Selama ini ia hanya pernah menginap ditempat Jennie, Ochi dan Cla. Bahkan di hotel pun Lisa sulit tidur. Setelah melepas pelukannya, Lisa juga memeluk ayah dan kedua kakaknya.

"sering-sering kunjungin aku ya" pesan Lisa.

"iyaaa" jawab Dian "udah sana, masih sama-sama di Jakarta juga udah kaya mau pindah negara aja"

Elvano pun membuka pintu samping kemudi untuk meminta Lisa masuk kedalam mobilnya. Setelah Lisa masuk, ia pun memutari mobilnya lalu segera masuk dan duduk dibelakang kemudi.

"kami pamit" ujar El.

Seluruh anggota keluarga pun melambaikan tangannya pada mobil yang perlahan meninggalkan halaman rumah mereka, melepas bungsu rumah itu untuk membangun rumahnya sendiri.

"semoga Lisa bisa membuka hatinya untuk El ya yah" ujar Ratih sambil mengelus dadanya sendiri. Ia menahan air mata agar tak luruh.

"aku yakin Lisa akan segera membuka hatinya kok bu. Aku bisa ngerasain sebesar dan setulus apa cinta Elvano ke dia. Aku yakin Elvano bisa membahagiakan adik kecilku itu" Dian mengelus pundak ibunya

*****

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang