Seusai makan siang, El menemukan berkas yang diminta mengenai PT. Bangun Jaya Makmur dimejanya. Ia segera memeriksa, menandai beberapa poin penting. Setelah 30 menit mempelajari, ia mengangkat gagang telepon dan menekan angka yang menghubungkan kepada Fatih.
"halo" sahutan Fatih disebrang.
"Fatih tolong hubungi pak Ryan Bahar. Minta aturkan jadwal untuk kami bertemu. Katakan kita berniat untuk berinvestasi di perusahaan mereka"
"maaf pak, sekali lagi. Apa anda yakin?" tanya Fatih meragu.
"ya. Katakan ketika jadwalnya sudah ketemu" El menutup telepon.
Seusai menutup telepon Fatih tercenung sesaat. Membuat Chandra diseberangnya bingung.
"kenapa?" tanya Chandra.
"ga apa-apa" jawab Fatih. El menginginkan ini tanpa sepengetahuan Chandra jadi dia tidak akan berani membantah. Setelah itu Fatih meminta untuk dicarikan kontak Ryan Bahar, agar dia sendiri yang menghubunginya.
*****
Malam itu Lisa dan Arvin makan di warung pecel lele favorit mereka. Walaupun Lisa kebanyakan melamun dan Arvin yang menyadarkannya sesekali.
"by, udah dong jangan dipikirin terus. Nanti kamu sakit gimana? Malah tambah repotin ayah dan ibu kan? Katanya kamu mau bantu mereka, cukup dengan jangan sakit aja dulu" bujuk Arvin.
"gimana ya kak, aku kaya ga percaya aja gitu. Kami beneran bakal kehilangan semuanya, tapi yang paling menyakitkan melihat ayah yang ngerasa bersalah" Lisa mengusap wajahnya lelah.
"namanya roda kehidupan akan terus berputar by, mungkin sekarang kamu lagi ada dibawah. Tapi ada saatnya nanti, mungkin ketika ka Dian dapat pekerjaan, kamu lulus dan dapat pekerjaan yang bagus atau usaha ayah yang baru berkembang kalian dapat keatas lagi. Perekonomian kalian akan bagus lagi. Jangan anggap yang sekarang terjadi adalah kiamat, tapi justru jadikan ini seperti lembaran baru bagi kalian. Apalagi kamu bilang ibu menatap kamu lembut iyakan? Artinya itu hikmah dibalik cobaan" Arvin mengusap rambut Lisa lembut, membuatnya nyaman, membuat kesesakan yang dirasakan menguap begitu saja.
"tapi aku ga tega kak, harus ngeliat ayah ngerintis semuanya dari bawah diusia senjanya"
"takdir by, ga ada yang bisa mengingkari takdir. Kamu cuma bisa doa, biar ayah diberi kekuatan buat hadapin semuanya"
"makasih ya kak, selalu ada buat aku. Tolong jangan tinggalin aku" Lisa mengambil tangan Arvin dan mengelus lembut.
"gimana mau ninggalin, orang aku sayang banget sama kamu. Udah bucin banget" jawab Arvin dengan senyum sumringah. Tawa Lisa terdengar. "ya udah makan dulu, nanti dingin jadi ga enak lagi" ujar Arvin menyodorkan sepiring nasi.
Lisa pun memulai makannya. Ia bersyukur dengan kedatangan Arvin dihidupnya. Arvin seperti hadiah manis untuknya, disaat senang dan susah Arvin ada dalam ceritanya sejak mereka berpacaran setahun yang lalu. Dalam list mimpi Lisa dimasa depan selalu ada Arvin. Ketika Arvin dan dirinya lulus lalu mendapatkan pekerjaan sesuai dengan impian mereka, mulai menabung, membeli rumah dan mengadakan pesta pernikahan dipinggir pantai. Membayangkannya saja sudah membuat Lisa tersenyum. Semoga saja takdir Lisa adalah Arvin. Seperti yang dikatakan Arvin tidak ada yang bisa mengingkari takdir. Ya, takdir bekerja dengan segala keajaibannya. Mungkin Lisa bahagia dengan Arvin, tapi apakah otomatis Arvin adalah takdirnya? Tidak ada yang tahu sampai takdir yang memperlihatkan keajaibannya.
*****
Jumat pagi, dikediaman keluarga Bahar saat ini sedang sarapan pagi bersama seperti biasanya. Diiringi beberapa candaan oleh sang kepala keluarga membuat anggota keluarga lain tertawa. Suasana itu kian hangat saat Ratih, si ibu, sudah menjadi lebih hangat dari sebelumnya kepada Lisa. Sesekali mengajak Lisa bercanda di pagi itu. Bahkan tadi, ibunya mengambilkan nasi goreng, menuangkannya ke piring dan menyodorkan padanya. Lisa senang? Tentu, ini kali pertama ibunya memperlakukannya sama dengan kakak-kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
EL & AL
RomanceLisa memiliki pilihan untuk menuruti perjodohan ini atau menolaknya. Ayahnya bukan tipe pemaksa, ia menyerahkan keputusan pada Lisa. Tentu saja Lisa ingin menolak, banyak alasan untuk menolak, pertama mereka baru sekali bertemu dan pertemuan itu tid...