*34*

181 34 0
                                    

Lisa baru turun dari kamarnya saat ia mendengar suara deru mobil didepan rumah, ia pun melihat pada jam dinding yang menunjukkan waktu 17.15 dan dengan segera Lisa menghampiri.

"Loh mas kok udah pulang?" tanya Lisa bingung melihat Elvano yang baru keluar dari mobil.

"katanya saya disuruh pulang cepet?"

"iya sih, tapi kan aku cuma minta mas pulang jam 6?" Lisa mengambil tas yang dibawa El.

"apa saya balik lagi aja?" El berbalik seolah ingin kembali masuk mobil.

"ya engga gitu dong pak Elvano" Lisa segera menarik lengan El untuk masuk kerumah. Elvano tertawa saat ditarik Lisa, menggoda istrinya ini memang selalu menyenangkan.

"sana mandi dulu, aku tunggu di meja makan" Lisa segera mendorong El untuk naik kekamar mereka. Elvano pun segera menurut.

Sekitar 15 menit kemudian El sudah turun dengan memakai baju santai dan rambut yang masih setengah basah, ia pun segera menghampiri Lisa yang sudah duduk di depan meja makan. Lisa mengambil piring yang ada dihadapan Elvano dan mengambil nasi serta lauk.

"cobain deh mas, dagingnya empuk banget. Aku tadi diajarin bi Layla cara pakai panci presto" ujar Lisa antusias sambil menyuap.

"iya, enak nih" ujar El setelah suapan pertamanya.

"iya kan?" Lisa bangga "padahal aku takut kalau lihat panci presto tuh"

"takut kenapa?"

"panci presto dirumah pernah meledak waktu ka Dian masak. Untungnya sih ga kenapa-kenapa, tapi suaranya beneran kaya bom gitu mas"

"terus sekarang udah ga takut lagi?" tanya Elvano lagi.

"engga dong, kan udah diajarin bi Layla cara pakai yang bener" jawab Lisa sambil memamerkan gigi putihnya.

"mungkin Dian ga baca buku petunjuk pemakaiannya dulu sampai bisa meledak gitu"

"kayanya ya mas. Eh, nih cobain kerupuk kulitnya juga mas" Lisa mencoba menyuapi Elvano.

"saya ga makan kerupuk sa" Elvano memundurkan kepalanya.

"loh kenapa? Kerupuk kan enak"

"enak tapi ga sehat, kalorinya juga tinggi"

"sesekali ga apa-apa kali mas. Coba aaa" akhirnya Elvano membuka mulutnya dan menerima suapan kerupuk dari Lisa.

Di dapur yang berseberangan langsung dengan meja makan, tak luput dari pandangan Layla bagaimana komunikasi pasangan suami istri itu. Layla tidak tahu bagaimana persisnya, tapi yang ia tahu pasti cinta Elvano begitu besar. Sayangnya Lisa tidak memiliki perasaan yang sama, melihat ketika pertama kali perempuan itu datang kerumah ini dengan aura permusuhan. Tapi sekarang sepertinya Lisa sudah mulai mencair dan itu membuat Layla senang. Bagaimanapun jalan mereka, ia hanya berharap tuan kecilnya itu akhirnya mendapatkan kebahagiaannya setelah jalan yang panjang.

*****

Elvano dan Lisa sedang bersantai sambil menonton TV di ruang keluarga. Saat tiba-tiba fokusnya teralih pada tangan Elvano.

"kamu sengaja panjangin kuku kamu mas?" ujar Lisa sambil memegang tangan El dan memandangi kuku yang mulai panjang. Elvano yang cukup terkejut dengan skinship itu hanya menggeleng.

"belum sempat dipotong"

"kamu potong kuku di salon?" tanya Lisa lagi.

"engga, biasanya saya potong sendiri kok"

"aku potongin ya? Bentar, aku ambil gunting kuku dulu" belum sempat Elvano menjawab, Lisa segera berlari ke kamarnya. Tak lama Lisa kembali dengan peralatannya. Ia pun segera duduk dan menggenggam tangan Elvano lalu mulai menggunting kukunya.

"kalau sakit bilang ya mas" Elvano tak menjawab, ia hanya memandang Lisa yang berkonsentrasi penuh ketika memotong setiap kuku jari tangannya. Dengan jarak sedekat ini Elvano bisa melihat betapa cantik istrinya ini dan mungkin tanpa Lisa sadari hanya bagaimana ia menggenggam tangan Elvano atau menyuapi kerupuk seperti saat makan tadi sudah membuat efek kupu-kupu di perutnya.

"Lisa" panggil Elvano.

"hm?" sahut Lisa tanpa melihat ke arah El.

"kamu tau ga?" Elvano menyampirkan beberapa helai rambut Lisa yang terjatuh di depan wajahnya karena menunduk.

"apa?" tanya Lisa yang kali ini mengangkat wajahnya untuk tahu apa yang ditanyakan El padanya masih dengan El yang terus merapikan helaian rambutnya.

"hanya dengan duduk di dekat kamu dan ini" El lalu membalik tangannya dan balik menggenggam tangan Lisa "aku bahagia"

Lisa terdiam tanpa suara, ia hanya memandang wajah Elvano yang sangat dekat dengannya. Merasakan genggaman lembut serta ucapan tulus suaminya itu. Lisa dengan lekat menatap mata Elvano, mencoba mencari kebohongan di mata itu. Namun nihil.

"I Love you" ujar El dengan senyum teduhnya, tangan satunya pun terangkat untuk membelai pipi istrinya itu "I Love you Lisa"

Lisa seperti lupa cara bernafas dan tidak tahu harus membalas apa. Entah apa yang sedang Lisa rasakan, ia hanya tahu kalau hatinya menghangat.

"maaf pak" Lisa segera menarik diri saat Susi datang dari ruang tamu dan menginterupsi mereka.

"ya?" ujar El terdengar kesal.

"a..anu pak. Di depan ada pak Fatih" Susi tergagap tak enak.

"oke" Susi pun segera bergegas kembali ke dapur kembali meninggalkan pasangan itu.

"mas temuin aja dulu. Aku ke kamar ya"

"ya udah kamu duluan aja" Elvano pun berdiri dan tak lupa mengelus rambut Lisa sebelum berjalan ke ruang tamu.

Segera Lisa berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarnya tak lupa ia pun menutup pintu. Melompat ketempat tidurnya, Lisa menutup wajahnya dengan bantal dan berteriak tertahan dengan kaki yang menendang-nendang udara.

"astaga gue kenapa sih" sadar Lisa. Ia pun ke meja rias dan melihat pantulan wajahnya pada cermin. Terlihat jelas wajahnya kemerahan.

"sadar Lisa, ini baru minggu ketiga kok lo udah luluh aja" ujar Lisa bermonolog sendiri.

Lisa kembali ke tempat tidurnya dan menutup wajahnya lagi dengan bantal. Wajah Lisa menghangat begitu pula hatinya, tapi Lisa merasa ini salah, tidak seharusnya ia merasa bahagia secepat ini.

*****

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang