*61*

148 32 20
                                    

Malam minggu adalah malam puncak pesta di setiap night club. Seperti malam ini Ari, Jesper dan Jonathan yang sudah tiba lebih dulu di club itu melihat Elvano yang sedang melangkah menuju mereka. Meski kebingungan mereka tetap datang saat tadi siang El mengundang mereka kesini dan mengatakan akan membayar semuanya, karena setelah sekian lama lebih tepatnya setelah menikah El tak pernah lagi menginjak club malam.

Duduk di samping Jonathan Elvano segera menuangkan salah satu minuman beralkohol disana pada gelas kecil yang tersedia.

"romannya lagi ada masalah nih orang" ujar Ari setengah berteriak agar tetap terdengar ditengah hentakan musik yang keras.

"lah iya, kita kan di panggil kalau ada masalah doang" sindir Jesper.

"ga usah pengen tau! Pesan aja yang kalian mau, gue yang bayar" jawab Elvano dingin.

"lo ga pengen cerita?" tanya Jonathan bingung.

"engga"

Ari, Jesper dan Jonathan saling tatap, kepala mereka memiliki satu kesimpulan yang sama bahwa ini bukanlah masalah kecil. Karena jika hanya masalah sepele, El akan dengan ringan bercerita dan meminta solusi. Tapi kali ini yang mereka lihat hanya wajah tegang, dingin seolah tak ingin di sentuh.

Semakin malam club itu semakin ramai pengunjung. Orang-orang mulai menggila di dance floor. Seperti biasa Elvano hanya menikmati minumannya dengan tenang di tengah keramaian club ini. Toleransinya terhadap alhokol cukup tinggi, padahal malam ini ia ingin cepat mabuk dan tidur dengan tenang.

Sejak masalah ini hadir antara dirinya dan Lisa, ia kesulitan untuk tidur. Itu sebabnya ia memilih minum agar hilang kesadaran. Begitu pula kemarin malam, ia minum-minum sendiri di kantornya dan biasanya ia akan berakhir tidur di kamar yang terdapat di ruangan kerjanya. Tapi kemarin malam secara tidak sadar, ia meminta untuk di antar pulang kepada satpam shift malam yang berjaga dan berakhir terbangun di kamar rumahnya.

Elvano merindukan istrinya, merindukan Lisanya tapi hatinya sakit masih sangat sakit hingga sekarang. Kepalanya masih enggan untuk memaafkan. Tak lama ponselnya bergetar, awalnya ia menghiraukan panggilan itu karena mengira Lisa lagi lah yang menghubunginya. Setelah panggilan pertama tak terjawab, panggilan lain datang dan akhirnya Elvano mengeluarkan ponsel itu dan melihat nama pemanggil. 'Rere'.

"halo" ujar Elvano saat sudah menemukan tempat yang sedikit lebih senyap.

"halo. Kamu lagi dimana El?" tanya Rere di seberang saat masih mendengar suara musik sayup-sayup.

"Atlanta" jawab El mengatakan club tempatnya berada saat ini.

"gue boleh kesana ga?"

"kamu ngapain nelpon?"

"engga sih, gue bosen aja di kamar. Jadi boleh ya?"

"terserah"

"kamu bisa jemput ga?"

"engga, naik taksi aja"

"tapi aku takut El malam-malam gini naik taksi"

"ya udah stay di kamar aja, ga usah kemana-mana"

Pip Elvano mematikan telepon itu sepihak. Rere terlalu berisik dan ia tak menyukainya. Kepalanya sudah terlalu pusing dan enggan memikirkan hal lain. Ia pun kembali ke sofa dimana teman-temannya kini berada.

"dari mana?" tanya Jesper saat Elvano duduk disampingnya.

"angkat telepon" sahut Elvano.

"dari siapa? Lisa?" tanya Ari kali ini.

"bukan"

"bini lo ga nyari El? udah jam segini?" tanya Jonathan menunjukkan jam ditangannya yang menunjukkan waktu pukul 10 malam.

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang