*38*

280 41 2
                                    

Elvano dan Lisa sedang bersantai di dalam kamar mereka. Lampu utama dimatikan dan hanya ada penerangan dari televisi yang sedang mereka tonton. Ini malam minggu tapi Lisa lebih memilih dirumah, menonton netflix.

"oh ya mas, kayanya minggu depan aku bakal agak sibuk deh" ujar Lisa menatap Elvano yang pahanya sedang ia rebahi dengan kepalanya.

"kenapa?" tanya El dengan tangan yang terus menyurai rambut Lisa dengan lembut.

"ada acara musik gitu di kampus buat penggalangan dana dan aku diminta jadi perwakilan prodi. Kampus ngundang semua donatur di acara itu, jadi acaranya harus terkonsep dengan rapi katanya"

"acara tanggal 28 itu ya?"

"loh kok mas tau?"

"ya saya dapat undangannya juga"

"hah? Kok bisa? Undangan cuma untuk donatur mas"

"saya belum bilang ya? saya donatur kampus kamu juga?"

"hah?! Gimana? Sejak kapan?" Lisa langsung terduduk dan menghadap Elvano.

"sejak saya tahu kamu kuliah disana" jawab El dengan ringan "saya jadi donatur beasiswa mahasiswa yang kurang mampu"

"wiiih, hebatnya suami aku" Lisa menopang badan dengan lututnya agar sejajar dengan Elvano yang duduk lalu memeluk pria itu bangga "tapiii.."

"tapi apa?"

"kalau kita nanti ketemu di kampus, boleh ga kita pura-pura gak saling kenal dulu mas" pinta Lisa hati-hati.

"kenapa?" ada nada kekecewaan disana juga tatapan yang meredup.

"di kampus ga ada yang tau kalau aku sudah nikah, bakalan heboh mereka kalau liat aku akrab sama CEO JCW group"

Lisa masih memperhatikan perubahan raut wajah El. Sebenarnya ia juga tak enak, tapi mau bagaimana lagi bisa heboh satu universitas kalau tau Lisa putus dari Arvin dan menikah dengan El.

"iya" walau penuh dengan rasa kecewa El tetap mengiyakan.

"maaf ya mas, kalau waktunya nanti sudah tepat aku bakal publish hubungan kita juga kok"

"iya Lisa" kali dengan dengan senyum teduh khas suaminya itu.

"makasih ya suamiku" CUP. Lisa memberi kecupan singkat yang membuat El tersenyum lebar.

Jangan salah sangka, walaupun hubungan sepasang suami istri ini terlihat mesra tapi memang hanya sebatas itu, kecupan dan pelukan. Belum ada pernyataan bahwa Lisa telah menerima El sepenuhnya. Elvano juga tak ingin memaksa, begini saja juga cukup.

Kegiatan mereka teinterupsi ketika telpon kamar diatas meja nakas berbunyi, telpon yang memang dipasang hanya untuk intern rumah itu. Lisa yang lebih dekat dengan nakas pun mengangkat telponnya.

"halo" sapa Lisa.

"selamat malam mba. Ini ada tamu mau ketemu pak Elvano" Gema, satpam rumah itu yang pasti menelpon dari pos depan.

"siapa pak?" tanya Lisa yang diperhatikan oleh El.

"bu Amelia mba, katanya tantenya pak Elvano"

"sebentar pak. Mas, ada tante kamu di depan" Tanpa menutup telpon Lisa memberitahu El.

"tante? Tante siapa?"

"tante Amelia" dapat Lisa lihat wajah El yang menegang, El bahkan mengeretakkan giginya.

"mas?" tak ada sahutan dari El.

"mas" sambil menggoncang lembut badan suaminya itu, akhirnya Elvano tersadar dari lamunanya.

"suruh mereka masuk"

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang