Lisa memiliki pilihan untuk menuruti perjodohan ini atau menolaknya. Ayahnya bukan tipe pemaksa, ia menyerahkan keputusan pada Lisa. Tentu saja Lisa ingin menolak, banyak alasan untuk menolak, pertama mereka baru sekali bertemu dan pertemuan itu tid...
Terbangun karena merasa haus, Lisa tak tau berapa lama ia tertidur. Kamar cukup temaram karena hanya lampu tidur dia atas meja yang menyala. Setelah minum segelas air ia menengok ponselnya dan mendapati angka 19.20, cukup lama juga ia tertidur.
"eh?" Lisa baru menyadari Elvano tak ada disampingnya, ia juga tertidur masih dengan pakaian saat berangkat tadi.
"mas?" panggil Lisa.
"hm?" suara itu dari balkon.
Lisa segera berdiri dan berjalan ke arah balkon, membuka pintu geser dan melihat El berdiri bersandar pada pagar pembatas.
"kamu kok ga bangunin aku?" dapat Lisa lihat El sedang memegang gelas yang berisi cairan ungu, yang ia yakini berasal dari botol di meja sana.
"kamu keliatan cape"
"ya udah aku mandi dulu"
"hm" sahut El sambil meneguk cairan ungu itu.
*****
Mungkin sudah sekitar 30 menit berlalu, Lisa masih memandangi bayangannya di cermin kamar mandi. Entah apa yang ada di otaknya, kini ia tengah memakai dress tidur yang baru ia beli. Perempuan itu tak tahu apakah yang ia kenakan sekarang termasuk lingerie atau bukan tapi yang jelas ia kemarin membelinya bersama Bella di toko lingerie.
Dress pendek dengan tali spageti di bahunya, potongan leher V yang berhasil membuat dadanya menyembul, serta ujung dress berhias renda yang hanya menutupi sedikit dari pahanya. Warna hitam yang sangat kontras dengan warna kulit wanita itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menyempurnakan penampilannya tak lupa Lisa menata rambut coklat dengan highlight putih itu sedemikian rupa agar tak menutupi bagian depan tubuhnya dan terakhir parfum yang ia semprotkan di titik tertentu.
Lisa sudah memegang gagang pintu kamar mandi. Sekali lagi ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Penasaran bagaimana reaksi laki-laki yang masih ada di balkon itu melihatnya berpakaian seperti ini.
Memupuk keberanian yang ada Lisa akhirnya keluar kamar mandi, mengambil ponsel di atas nakas lalu menyusul ke balkon. Elvano mendengar pintu yang di geser terbuka, tak menoleh ia masih menikmati minuman di tangannya.
"mas" panggil Lisa.
"hm?"
Lisa dapat memastikan Elvano terbelalak ketika menoleh padanya, keterkejutan yang sangat nampak terlihat dari raut wajah laki-laki itu.
"Sa, ka..kamu pakai baju apa?"
"baju tidur" santai Lisa.
"baju tidur, ba..baju tidur apa? Baju tidur kamu yang biasanya mana?" Elvano tergagap, bingung antara ingin membuang wajah atau menikmati apa yang tersaji.
"mommy nyuruh aku ninggalin baju tidur yang aku bawa dari Jakarta. Sisa baju ini, kemaren mommy yang beliin" Lisa masih ingin terlihat innocent.
"astaga mommy" gerutu El sambil memejamkan matanya.
"mas"
"apaaa?" jawab El masih dengan wajah menunduk.
"coba lihat aku dulu, ada yang mau aku tanyain"
"tanya apa?"
"mas lihat aku, kamu kenapa sih?" ujar Lisa berpura-pura bodoh "muka kamu merah, kamu kebanyakan minum ya?"
"banyak minum apa Sa? Ini aku satu gelas aja ga habis dari tadi"
"ya terus kenapa? Kenapa kamu ga mau lihat aku? kenapa muka kamu merah? Tuh sampai telinga merahnya?" cecar Lisa.
"bisa ga kamu pakai baju yang nyaman dulu?" frustasi Elvano.
"ini nyaman kok" bela Lisa.
"ini dingin Sa"
"ga dingin. Astaga! Kenapa sih ngomongin baju aku mulu!"
Lisa segera menangkup wajah Elvano agar menatap dirinya, dapat ia lihat wajah frustasi suaminya itu, cukup menyenangkan.
"apaaa?"
"soal kak Varen" dapat Lisa lihat wajah El yang berubah, rahangnya mengeras.
"kenapa?" tanya El dingin.
"kamu marah soal aku dan kak Varen?" tak ada jawaban atas pertanyaan Lisa.
"kamu cemburu?"
"hm" aku Elvano.
"ya ampuuuun" Lisa segera membuka ponselnya lalu menghadapkan layar pada El.
"siapa itu?" tanya El bingung melihat ada dua orang lelaki di foto itu.
"ini cowonya kak Varen" Lisa menggeser galerinya lagi dan terdapat dua lelaki di foto sebelumnya sedang berciuman di foto itu "kak Varen gay"
"hah?" wajah melongo El membuat Lisa gemas.
"ini gosip sudah lama waktu jaman aku maba. Sedangkan angkatan dibawah aku memang ga ada yang tau. Kamu salah paham"
Hening. Elvano mencoba mencerna infomasi aneh itu. Jadi selama ini ia cemburu pada seseorang yang tidak menyukai istrinya sebagai seorang perempuan?
"mas, kalau aku ada salah yang bikin kesel kamu, bisa ga kamu nanya dulu ke aku? daripada tiba-tiba kamu diemin atau kamu bersifat dingin ke aku?" Lisa berucap serius, wajah kecewa istrinya membuat Elvano merasa bersalah.
"maaf" suara laki-laki itu tercekat.
"satu-satunya yang kamu minta dari aku adalah kesetiaan, ga mungkin ga aku kabulin mas. Apalagi.."
Elvano menunggu lanjutan kalimat Lisa yang menggantung, wanita itu sekarang memandang laut di depan sana.
"apalagi kayanya aku udah mulai cinta sama kamu" cicit Lisa.
"hah?" Elvano melongo, ia tak salah dengar kan?
"mungkin belum sebesar rasa cinta kamu. Tapi, aku sudah punya rasa cinta itu" aku Lisa sambil tersenyum malu.
"kamu ga bohong kan Sa?" Lisa menggeleng.
"jadi rasa aku sudah terbalas?" Lisa mengangguk dengan senyumnya.
Tiba-tiba badan Lisa tertarik ke arah lelaki itu, Elvano memeluk pinggang ramping istrinya itu lalu menyatukan kedua kening mereka.
"terima kasih, terima kasih karena sudah mencintai aku"
Itu kata terakhir yang Lisa dengar tanpa bisa menjawab karena pria itu telah terlebih dulu menempelkan bibirnya pada bibir Lisa. Bukan hanya kecupan seperti biasa tapi Elvano juga melumat bibir penuh milik si wanita. Lisa pun tak tinggal diam, ia juga membalas lumatan itu walau dengan amatir.
Bibir itu turun pada leher jenjang Lisa, menelusuri collaborne yang hanya tertutupi tali tipis itu. Menghirup aroma strawberry yang manis.
"kamu sengaja pakai ini untuk menggoda aku kan?" tanya El dengan nafas terengah-engah seolah menahan sesuatu.
"hm" Lisa tak mengelak.
"kalau gitu kamu berhasil. Kamu milik aku malam ini" Lisa bergidik ngeri melihat smirk yang muncul di wajah tampan suaminya.
Menggendong ala bridal style, Elvano segera membawa Lisa masuk. Menutup pintu kaca geser dengan kakinya lalu menghempas Lisa pada tempat tidur empuk itu.
"I Love you Lisa, I Love you"
Akhirnya, akhirnya malam itu setelah lima bulan pernikahan, mereka benar-benar resmi mengikat satu sama lain. Lisa memberikan apa yang harusnya menjadi milik Elvano sejak hari pertama mereka resmi menikah. Sedang pria itu tak masalah, penantiannya selama lima bulan sebanding dengan cinta yang ia terima dari wanitanya.