Mobil yang dikendarai Elvano melaju kencang, wajahnya mengeras, matanya berembun. Ia juga sakit, hatinya juga sakit melihat bagaimana wajah sedih istrinya tadi. Rasanya ia ingin memeluk erat wanita ringkih itu lalu meminta maaf. Tapi otaknya berkata lain.
Bayang-bayang foto yang ia terima ditambah bill hotel itu membuatnya bertahan dengan sikap dinginnya pada Lisa. Dan sekarang Rere justru datang lagi padanya. Entah apa yang sekarang ada di kepala Elvano saat ia sudah tiba di halaman salah satu hotel bintang lima di kota itu, tempat ia berjanji temu dengan Rere.
Kemarin mereka bertemu hanya sebentar karena Elvano yang memiliki jadwal meeting, Elvano dan Rere hanya berbasa-basi, seperti menanyakan kabar dan lainnya. Tapi saat Rere pamit pulang ia meminta untuk bertemu di hotel tempatnya menginap dan mengatakan bahwa ia ingin minta tolong karena sedang dalam bahaya.
Tak mengerti bahaya apa yang dimaksud akhirnya Elvano tetap datang ke hotel ini. Ia memasuki lobi lalu terus berjalan hingga tiba di lounge hotel itu. Tak banyak orang, hanya beberapa tamu hotel yang menduduki kursi-kursi disana. Seorang wanita dari pojok lounge itu melambai padanya. Ia pun menghampiri segera.
"mau makan apa?" tanya Rere saat Elvano sudah duduk di hadapannya.
"kopi aja" jawab Elvano. Rere segera memanggil salah satu pelayan disana dan memesan kopi yang diinginkan Elvano.
"jadi ada apa?" tanya Elvano langsung saat pelayan tadi sudah pergi menyiapkan pesanannya.
"kamu sudah sarapan?" Rere justru menanyakan hal lain.
"sudah" Elvano lalu meletakkan tangannya di meja. Benda berkilau di jari manis Elvano menarik atensi Rere.
"jadi bener kata Sheila? Kamu udah nikah?" Rere mengambil tangan Elvano dan memandang cincin itu lekat.
"iya, aku sudah nikah" Elvano menarik tangannya.
"sama siapa? Aku kenal?"
"engga, kamu ga kenal"
"beruntung banget yang jadi istri kamu. tampan dan mapan" Rere terkekeh kecil "bego banget ya dulu aku mutusin kamu?"
"aku kesini ga untuk ngomongin masa lalu Re. Jadi kamu mau minta tolong soal apa?" ujar Elvano lagi dengan tak sabar.
"Sebenarnya aku malu ngomongnya" ujar Rere tertunduk dengan suara mengecil.
"ya udah ga usah ngomong"
"tapi aku ga tau harus minta tolong siapa lagi, cuma kamu yang bisa nolong aku" Rere menggenggam tangan Elvano yang ada di atas meja. Elvano tak menyahut menunggu lanjutan kalimat wanita itu.
"pimpinan agensiku di NY, dia coba memperalat aku El. Dia minta aku buat ngelayanin sponsor untuk keuntungan agensi" aku Rere dengan suara kecil tapi masih bisa di dengar oleh Elvano.
"ngelayanin?" tanya Elvano dengan kening mengerut.
"iya, aku disuruh ngelayanin mereka, kamu ngerti kan maksud aku" air mata Rere meleleh "tapi aku ke NY bukan untuk jadi pelacur El, aku ingin jadi model, aku ingin jadi bintang"
"aku sudah menolak, aku coba menolak bahkan mengancam akan memutuskan kontrak. Aku juga ga keberatan untuk bayar penalti. Tapi mereka mengancam bakal nyebar video aku" Rere tertunduk, malu sekaligus ketakutan.
"video?"
"sex tape" suara Rere semakin mengecil "aku pernah pacaran dengan salah satu fotografer dari agensiku. Dan ternyata dia merekam kegiatan itu"
Rere semakin menunduk, ia merasa tak punya wajah lagi untuk di tampakkan pada Elvano. Kalau saja ada orang lain yang bisa menolongnya, ia tak akan pernah meminta bantuan mantan kekasihnya ini. Tapi hanya power Elvano lah yang bisa mengalahkan pimpinan agensinya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
EL & AL
RomanceLisa memiliki pilihan untuk menuruti perjodohan ini atau menolaknya. Ayahnya bukan tipe pemaksa, ia menyerahkan keputusan pada Lisa. Tentu saja Lisa ingin menolak, banyak alasan untuk menolak, pertama mereka baru sekali bertemu dan pertemuan itu tid...