*20*

235 39 0
                                    

"SAH!!!" Teriakan dari beberapa orang menyambut ketika ijab kobul selesai dibacakan dan dilanjutkan dengan doa. Setelah itu penghulu meminta pengantin perempuan untuk keluar dari kamar rias. Ya, selama proses ijab kobul Lisa menunggu di dalam kamar riasnya.

Lisa dikamar rias yang memang meminta untuk ditinggal sendiri mendengar semuanya dengan jelas. Entah kenapa ia masih berharap ini hanyalah mimpi acak yang biasa ia alami saat terlalu lelah. Lisa masih berharap kalau ini adalah bunga tidurnya, dan nanti alarm dari handphone akan berbunyi nyaring membangunkannya. Tangannya berkeringat dingin, mata yang sedaritadi ia pejamkan membelalak ketika pintu dibuka oleh Jennie, Cla dan Ochi yang menjemput untuk membawa Lisa keluar kamar.

"Ayo Lis" ujar Jennie mengambil tangan kanan Lisa mengajaknya berdiri. Clafilta ada di sebelah kirinya dan Ochi berada di belakangnya.

Saat keluar kamar ia bisa melihat jelas semua mata tertuju padanya. Lisa yakin ini bukanlah mimpi, ini nyata. Lisa telah menjadi istri seseorang, ia telah melepas masa lajangnya. Dan disana, dengan pandangan memuja suaminya tersenyum tipis. Ia yang dibalut dengan pakaian pengantin putih menyamai Lisa terlihat sangat bercahaya. Menguatkan hati, ia berjalan pelan menuju suaminya sambil melihat keluarganya yang tersenyum haru.

Duduk disebelah suaminya, Lisa diminta penghulu untuk menandatangani beberapa dokumen. Sebisa mungkin Lisa menghindari tatapan El.

"sudah selesai. Sekarang cium tangan suaminya ya" ucap si penghulu.

Lisa tak bergeming, badannya bergetar, ia terus meremas tangannya yang berkeringat. Lisa merasa matanya memanas.

"Lisa, ayo nak cium tangan suami kamu" ujar sang ayah menyadarkan Lisa dari lamunannya.

Lisa memutar duduknya, menghadap Elvano yang masih setia tersenyum. Ia pun mengambil tangan El. Elvano yang sadar kalau tangan Lisa begitu dingin dan gemetar, menggenggam tangan istrinya itu sedikit lebih keras berharap menjadi lebih baik. Lisa mencium tangan El, dan dibalas ciuman dikening.

"selamat ya nak" dari belakang tangan sang ayah menyentuh pundaknya. Lisa segera berbalik dan memeluk ayahnya dengan erat. Tangisannya pecah. Tamu undangan berpikir itu adalah tangis bahagia. Tapi keluarga, sahabat dan bahkan pengantin pria tahu kalau itu adalah tangisan pilu. Bahkan Ochi dan Cla ikut meneteskan air mata, mereka saksi apa yang Lisa harus lewati. Lisa adalah tipe orang yang selalu merencakan semua tentang hidupnya. Apa yang akan ia lakukan, apa yang ia inginkan, tapi ini diluar kuasanya, ia tak bisa berbuat apapun ketika takdir lah yang mengatur Lisa.

"Maafin ayah ya nak, maafin ayah" bisik sang ayah yang juga ikut menangis bersama putrinya.

*****

Tamu yang diundang tidaklah banyak, sesuai dengan keinginan Lisa. Hanya kerabat dekat dan para tetangga. Elvano dan Lisa sedang berdiri di pelaminan menyalami para tamu undangan. Setelah acara menangis tadi, Lisa merasa sedikit lebih ringan. Ia tak ingin ada gosip yang tak enak, jadi setelah menekan kuat perasaannya dan meminta diperbaiki riasannya, ia dapat menebar senyum manisnya kepada para tamu yang datang.

Orang-orang yang datang pasti setuju kalau raja dan ratu acara ini sangatlah mempesona. Meski memang terlihat perbedaan usia keduanya, tapi tidak mengurangi kecocokan mereka berdua. Senyum yang terpatri semakin membuat mereka menawan.

"Selamat untuk pernikahannya ya pak, bu" ujar Fatih saat akhirnya mendapat giliran untuk menyalami mempelai"

"terima kasih ya Fatih" Jawab El "dia sekretaris saya" ucap El pada Lisa yang hanya dijawab anggukan kikuk.

"terima kasih pak telah datang"

"pak, selamat ya pak. Saya yang tunangan duluan, eh duluan bapak dipelaminan" Chandra dengan hebohnya.

"ya makanya jangan lama-lama, keduluan Ochi juga nanti" jawab Lisa jenaka. Elvano tertegun melihat senyum Lisa, ini tawa pertamanya hari ini.

"ya maaf maaf nih ya, gue bukan sultan macam pak Elvano, jadi kudu nabung dulu" jawab Chandra yang disambut tawa tunangannya.

"eh buruan dong, gue mau foto-foto nih" ujar Ochi heboh mendorong-dorong Chandra, karena harus bersabar daritadi untuk bisa berfoto bersama.

Setelah dirasa semua tamu telah selesai menyalami El dan Lisa, dua heboh; Ochi dan Cla naik ke pelaminan diikuti Jennie.

"udah boleh foto-foto nih kan?" tanya Ochi memastikan.

"chi, gue yang nikah kok lo yang lebih heboh sih?" tanya Lisa, bingung.

"mas, sini. Fotoin" ujar Ochi menghiraukan Lisa, memilih untuk memanggil photograper yang telah disewa. Setelah mengambil posisi, Jennie disebelah Lisa, Clafita didepan, dan Ochi disebelah Elvano.

"mas, agak jauhan dikit nanti saya keliatan gede sendiri" ujar Cla menginstruksi.

"kiri kanannya harus sama ya mas" Ochi juga ikut. Membuat Lisa dan Jennie menghela nafas, dan Elvano yang terkekeh.

Akhirnya setelah beberapa kali take Ochi dan Cla menemukan foto yang memuaskan untuk mereka masing-masing.

"jangan di share di sosmed ya" ujar Lisa datar berharap temannya mengerti permintaannya.

"siap" jawab Cla dan Ochi

"eh tapi, kalau foto sendiri boleh ga? sayang banget ini baju kalau ga masuk feed instagram gue" keluh Ochi.

"ya kalau sendiri mah mau share 100 foto juga terserah chi" jawab Lisa gemas.

"ELVANO!" suara beberapa pria mengejutkan Lisa, Ochi dan Cla kecuali Jennie yang memang melihat saat ketiga pria itu naik ke pelaminan.

"anjirr, gue kira lu bakal jadi bujang lapuk, lah ternyata kawin duluan"

"bener anjir, gue kira Ari yang bakal duluan karna kebobolan. Lah, ternyata kulkas freezer yang pertama" disambut tawa dua pria lainnya.

Lisa bergeser mendekat pada Jennie yang memasang wajah datar. Jennie tidak suka dengan orang yang tak tahu tempat dan kondisi. Ini acara pernikahan, seharusnya mereka bisa lebih sopan, bukan seperti sedang ditongkrongan. Sedang Lisa tak terbiasa dengan orang yang bersuara nyaring, membuatnya tak nyaman.

"eh, sorry sorry" Jesper, akhirnya menyadari. Tatapan tajam dari Jennie jelas membuatnya mengerti.

"Lisa, ini teman-teman saya. Jonathan, Jesper, Ari" ujar El memperkenalkan ketiganya pada Lisa.

"Hai. Saya Lisa" hanya itu yang bisa ia katakan.

"Hai Lisa, selamat ya untuk pernikahan kalian" ucap Ari sumringah "pantesan El uring-uringan nunggu jawaban"

"hah?" Lisa tak mengerti. Elvano segera menarik teman-temannya dan memaksa mereka turun.

Acara malam itu dilanjutkan dengan berfoto bersama keluarga juga kerabat yang datang. Akhirnya jam 10 malam acara itu selesai. Membuat Lisa dapat menghela nafas. Berdiri selama berjam-jam membuat kakinya mati rasa.

*****

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang