Tak terasa enam minggu sudah berlalu sejak Lisa memutuskan hubungannya dengan Arvin. Di dua minggu pertama Lisa benar-benar stress. Ia lebih suka menyendiri dikamarnya. Saat dikampus pun ia tak lagi seceria biasanya. Jennie, Clafita dan Ochi berusaha menghibur, tapi sepertinya memang Lisa butuh waktu untuk menerimanya.
Bahkan Lisa sempat jatuh sakit karena maagnya kambuh, demam tinggi membuat Lisa mengigau tentang Arvin. Saat terbangun ayahnya menangis meminta maaf karena Lisa harus menanggung semuanya. Saat itulah Lisa sadar, jika ia terus larut dalam kesedihan maka orang tua serta kedua kakaknya akan terus merasa bersalah. Padahal mereka sama sekali tak memaksa Lisa untuk menerima bukan?
Akhirnya Lisa mencoba menerima garis takdir yang tuhan berikan padanya. Seperti yang pernah Arvin katakan bahwa tidak ada manusia yang bisa menolak takdir. Jadi ia juga tak bisa, yang bisa dilakukan hanya menjalaninya. Walaupun semua terasa asing. Tak lagi menjadi kekasih Arvin justru menjadi calon istri orang lain.
Selama enam minggu ini pula Lisa tak menemui Elvano, yang ia tahu El memang sedang sangat sibuk keluar kota bahkan keluar negeri agar dihari H mereka nanti ia bisa cuti dan menyerahkan pekerjaannya pada sang sekretaris.
Lisa menatap pantulan dirinya didepan cermin besar dengan beberapa lampu disisinya. Ia tampak anggun dengan kebaya yang sekarang dikenakannya. Hari ini hari pernikahannya, tak seperti calon mempelai wanita lainnya yang pasti nampak bahagia, Lisa hanya memasang wajah datar sedari tadi. Ia memang akan senyum saat beberapa orang menyapanya. Tapi saat ia sendiri, ia akan merasakan kesakitan itu lagi.
Pintu dibelakangnya diketuk, lalu pintu terbuka dan menampakkan ibunya yang berjalan masuk. Lisa tak menoleh, hanya melihat dari pantulan cermin.
"ibu" sapa Lisa.
"Lisa cantik banget hari ini ibu sampai pangling" ujar sang ibu sambil mengelus bahu Lisa dari belakang. Tapi Lisa terperanjat dan segera berbalik saat dilihatnya sang ibu meneteskan air mata.
"kenapa bu?" tanya Lisa panik.
"maafin ibu ya Lisa, maafin ibu. Selama ini kamu harus menerima kebencian dari ibu. Dari seorang wanita yang harusnya mengasihi kamu lebih dari apapun. Tapi ibu justru membenci kamu dengan alasan ga masuk akal. Padahal kamu jelas anak ibu dan ayah, tapi kebencian ibu terhadap orang itu justru ibu limpahkan sama kamu. Maafin ibu Lisa" air mata ibunya luruh, membuat Lisa memeluk sang ibu mencoba menenangkan.
"ga apa-apa bu, bagi aku ibu adalah ibu terbaik" ujar Lisa dengan suara bergetar.
"pengorbanan kamu sebesar ini baru ibu bisa merasakan berbaktinya kamu pada keluarga, maafkan ibu"
"Cuma ini yang bisa aku kasih bu sama kalian" air mata Lisa tak terbendung, akhirnya ia menangis juga. Tak peduli jika riasannya harus luntur. Tapi momen ini telah ia tunggu seumur hidupnya, Lisa tak bisa untuk tak terharu.
"ibu hanya bisa berdoa semoga Elvano memberikan kamu kebahagiaan yang berlimpah. Menggantikan kesedihan kamu selama ini karena ibu. Semoga Elvano adalah jalan untuk kebahagiaan kamu nak"
"terima kasih bu, terima kasih atas doa yang ibu kasih untuk aku"
Pelukan mereka terlepas tatkala pintu terbuka, menampilkan tiga orang gadis yang dikenal sang ibu sebagai sahabat.
"eh, maaf bu. Aku kira Lisa sendirian" Jennie berujar tak enak saat melihat Lisa dan ibunya saling memeluk dengan linangan air mata.
"Ga apa-apa. Ayo masuk, ibu juga harus segera keluar nemenin ayahnya Lisa" ujar Ratih sambil mengelap air matanya "ibu keluar dulu ya nak".
Setelah mendapat anggukan, Ratih keluar dari kamar rias anaknya meninggalkan Lisa dan ketiga sahabatnya. Ochi segera histeris lalu memeluk Lisa.
"yaampun. Ini lo cantik banget Lis astaga. Pak El pasti langsung mleyot ini mah" ujar Ochi sambil mengitari Lisa memperhatikan detail sahabatnya itu.
"iya loh, gue pangling" tambah Clafita.
"apaan sih, gue udah biasa cantik tau"
Ochi dan Clafita kompak membuat gestur seolah-olah muntah membuat Lisa dan Jennie tertawa.
"tapi, dress kalian bagus" ujar Lisa fokus dengan dress ketiganya yang sama pada hari ini.
"iya dong, para bridesmaid ga boleh kebanting banget sama pengantinnya" Clafita berputar membuat dress semata kaki yang dipakainya sedikit mengembang.
"dress mahal nih" Ochi juga ikut berputar membuat Lisa sedikit pusing.
"kak Jennie yang bayarin kan?" tebak Lisa.
"ih ngapain, fyi aja ini dress harganya sebulan jatah gue tau. Tekor gue bayarin duo kunyuk ini" bantah Jennie.
"ini kak Chandra yang bawa kita ke butik" sela Ochi.
"pakai duit pak Elvano" sambung Clafita.
Lisa mengernyit, ia tak tahu kalau El akan membelikan para sahabatnya gaun super mahal untuk menjadi bridesmaid. Selama enam minggu ini ia benar-benar tak memikirkan pernikahannya. Semua terasa nyata saat beberapa orang datang dan mulai mendekorasi rumahnya dengan pelaminan.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
EL & AL
RomanceLisa memiliki pilihan untuk menuruti perjodohan ini atau menolaknya. Ayahnya bukan tipe pemaksa, ia menyerahkan keputusan pada Lisa. Tentu saja Lisa ingin menolak, banyak alasan untuk menolak, pertama mereka baru sekali bertemu dan pertemuan itu tid...