*9*

304 45 0
                                    

Selamat membaca dan terima kasih untuk yang sudah vote.

Rabu malam telah tiba, malam pertemuan antara Lisa dan El. Lisa sendiri tengah bersiap di meja rias. Ia gugup luar biasa, memikirkan apakah ada cara agar ayahnya tetap mendapatkan investasi itu tanpa harus ada pernikahan ini. Malam ini ia memakai dress santai dibawah lutut lengan pendek berwarna pink dengan aksen bunga floral. Rambut coklatnya ia gerai begitu saja, dengan bando dibagian atas agar tak menganggunya saat makan. Wajahnya di rias minimalis tapi kecantikan itu tetap terpancar. Tiba-tiba ketukan dipintu kamarnya terdengar, membuat Lisa menahan nafasnya. Dian membuka pintu kamar pelan lalu melongokkan kepalanya.

"Lisa" ujarnya memanggil, ia melihat adiknya yang terkejut. "pak Elvano datang" tangan Lisa tiba-tiba dingin. Padahal sudah seharian ini ia mempersiapkan diri, tapi tetap saja rasanya belum siap. Lisa tetap bergeming. Hingga Dian akhirnya menghampiri.

"Lisa ayo. Kita hadapi sama-sama. Kita cari karakter dan tujuan sebenarnya dia mau nikahin kamu" ujar Dian menenangkan, mengelus pundak adiknya itu. Lisa pun berdiri tetap tanpa kata berjalan keluar kamar diiringi Dian dibelakangnya.

Lisa terus berjalan menuju tangga, tiap langkah yang diambil terasa sangat berat. Saat ia mulai menuruni tangga, degupan jantungnya terasa menggila seolah jantungnya akan meledak. Tangannya meremas seolah itu membuatnya lebih baik, terasa dingin, Lisa merasa akan pingsan. Ketika tersisa 4 anak tangga, ia melihatnya. Elvano sudah duduk dimeja makan bersama ayah dan kakak laki-lakinya. Karena memang ruang makan berada tepat didepan tangga. El memandangnya lekat, pandangan datar tak terbaca. Lisa terus turun dari tangga tanpa melepas tatapannya dari El hingga akhirnya mencapai lantai bawah.

"Selamat malam pak Elvano" sapa Lisa, memberanikan diri.

"Malam" jawabnya singkat.

Ayahnya berada di ujung meja makan yang berbentuk persegi panjang dengan enam kursi tersebut. Sedangkan El, berada diujung satunya lagi. Fandy duduk di sebelah kiri El, kemudian tanpa ragu Dian mengambil tempat duduk disebelahnya. Sedangkan sang ibu yang sedang membawa hidangan terakhir mengambil tempat duduk disamping kiri sang ayah. Tempat duduk yang tersisa adalah di samping kanan El.

Perlahan Lisa menarik kursi yang tersisa dengan susah payah, entah kenapa merasa tidak memiliki tenaga untuk sekedar menarik kursi itu hingga sang ibu pun harus membantunya. Lisa duduk dengan canggung. Ia tahu, El masih tidak melepas tatapan darinya, tapi Lisa mencoba untuk terlihat tidak peduli dengan membuang pandangannya.

"Silahkan Elvano, dicicipi hidangan ini. Semuanya buatan ibu Lisa sendiri. Hanya ini yang bisa kami sediakan" tawar sang ayah memecah keheningan.

"Ini juga sudah lebih dari cukup pak" akhirnya El melepas pandangannya dari Lisa dan menatap tuan rumah yang telah menawarinya. Lalu mulai membalik piring yang telah tersedia dihadapannya.

"Biar saya bantu" kini sang nyonya rumah yang menawari "mau makan yang mana?"

"Bebas saja bu" ujar El dengan senyuman di wajah. Lalu Ratih mulai mengambilkan makanan untuk tamunya malam itu kemudian menyerahkannya pada El.

"Terima kasih" El masih dengan senyum sopan diwajah.

"Lisa mau ibu ambilkan?

"Eh-e-ga usah bu. Aku ambil sendiri aja" ujar Lisa kikuk, terkejut ketika tiba-tiba ditanyai.

Akhirnya acara makan malam pun dimulai, sepanjang waktu makan hanya suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring lah yang terdengar. Hening menyelimuti, tidak ada yang berinisiatif untuk sekedar memulai obrolan ringan. Hingga sang ibu selesai terlebih dahulu kemudian berdiri dan membawa beberapa makanan ringan disusul Dian yang membawa minuman dingin ke arah belakang rumah, ada kolam kecil untuk ikan peliharaan ayahnya disana. Lisa bingung untuk apa? Apa setelah makan malam mereka akan berkumpul di belakang rumah?

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang