Setibanya dimobil Lisa dan El segera memakai sabuk pengaman mereka. El menghidupkan mobil dan mulai menjalankannya untuk keluar dari parkiran. Ia melirik Lisa yang sedang melihat keluar melalui kaca sampingnya. Elvano ingin mencoba peruntungan.
"kamu suka burger?" tanya El masih dengan nada datar Khasnya.
"suka" jawab Lisa dengan singkat.
"deket sini ada kafe yang punya burger enak, mau nemenin saya makan ga?"
"boleh" jawaban singkat kembali tapi cukup untuk membuat Elvano menarik senyum tipis.
Elvano pun membelokkan mobilnya ke arah kanan ketika dipertigaan jalan. Tak sampai 10 menit mereka sudah tiba di kafe yang dimaksud. Lagi-lagi Elvano membukakan pintu mobil untuk Lisa. Mereka berdua pun berjalan menuju kedalam. Lisa melihat papan nama kafe, BUBBLE COFFE.
Sesampainya didalam mereka berdua memilih tempat duduk dekat jendela, dimana mereka bisa melihat mobil El terparkir. Tak lama pelayan menghampiri untuk mencatat pesanan setelah memberikan buku menu. Setelah El dan Lisa menyebutkan menu yang ingin dipesan, pelayan itu kembali ke dapur. Sembari menunggu pesanan mereka datang, sunyi kembali datang. Karena tak banyak pengunjung kafe di sore hari itu.
"kamu udah mutusin pacar kamu?" tanya El tiba-tiba. Lisa hampir tersedak salivanya sendiri. Ia tak menyangka El akan menanyakan hal itu.
"kok nanyanya tiba-tiba sih?" protes Lisa.
"sudah atau belum?" tanya El lagi. Lama tak ada jawaban dari Lisa "sa?"
"belum" jawab Lisa sambil membuang wajah kearah jendela.
"kapan?"
"kasih saya waktu"
"sampai kapan? Enam minggu lagi kita nikah. Kamu mau pacar kamu itu tahu dari orang lain? Kita memang menikah diam-diam sa, tapi siapa yang bisa menjamin kabar itu ga sampai di pacar kamu?"
Lisa tertegun, Elvano benar. Ia ingin berpisah dengan Arvin secara baik-baik. Walaupun mungkin setelah ini Arvin akan membencinya. Tapi setidaknya, Arvin harus mendengar dari mulut Lisa langsung.
"saya akan bilang besok"
"saya perlu ikut?"
"ga perlu" jawab Lisa dengan cepat dan tatapan tajam yang hanya dibalas El dengan anggukan.
Makanan pun datang, mereka mulai makan burger yang dipesan. Dan benar saja, burger di kafe ini enak menurut Lisa. Kapan-kapan Lisa harus bawa Ochi kesini, sahabatnya yang suka makan itu pasti doyan burger disini.
"Lisa" suara berat Elvano membuat Lisa mendongakan kepala "saya tahu kalau kamu terpaksa menikah dengan saya. Saya tahu, gimana bimbangnya kamu memilih antara keluarga atau mimpi kamu. Tapi saya harap kamu ga main-main dengan pernikahan ini. Ikatan pernikahan itu suci. Saya akan memaklumi semua kelakuan kamu, kecuali perselingkuhan. Jangan pernah berpikiran untuk berhubungan dengan laki-laki lain selama kamu masih menjadi istri saya. Mengerti? karena saya tidak akan mentolerir perselingkuhan"
"kamu bisa menjamin hal yang sama?" tanya Lisa tak kalah tajam.
"ya. Kamu boleh melakukan apapun kalau saya ketahuan selingkuh" ujar El dengan mantap.
"kamu tahu aku terpaksa menikah? Artinya kamu egois. Apa kamu tahu itu?" ujar Lisa sarkasme.
"ya, saya memang egois" ujar El sambil memakan kembali burgernya seolah tak terganggu dengan tatapan tajam Lisa.
"aku ga pernah berniat main-main dengan pernikahan ini. Saat aku memilih keputusan untuk menerima tawaran kamu, aku juga sudah berpikir untuk berpisah dengan kak Arvin. Walaupun aku ga tau gimana nantinya bisa hidup sama. Keegoisan kamu, cara kamu ngikat aku dalam pernikahan ini benar-benar diluar nalar. Kamu bisa aja membeli tubuh aku, tapi engga dengan hati aku" suara Lisa bergetar, menahan tangis. Matanya pun berkaca-kaca memberi El tamparan telak dihatinya. Membuat hatinya ngilu, ia tahu benar bahwa ia egois. Tapi ia bisa gila kalau tak memiliki Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL & AL
RomanceLisa memiliki pilihan untuk menuruti perjodohan ini atau menolaknya. Ayahnya bukan tipe pemaksa, ia menyerahkan keputusan pada Lisa. Tentu saja Lisa ingin menolak, banyak alasan untuk menolak, pertama mereka baru sekali bertemu dan pertemuan itu tid...