*41*

158 28 0
                                    

Hari H acara pun tiba, Lisa sudah pamit dari rumahnya sejak pukul 6 pagi. Menggunakan kemeja hitam dengan celana jeans, rambutnya di ikat tinggi agar tidak mengganggunya. Sesampainya di kampus Lisa langsung sibuk bersama Varen, Lisa terlihat lebih mirip sekretaris untuk Varen.

Elvano sendiri baru menuju tempat acara di pukul 8.40. Acaranya baru dimulai pukul 9, ia rasa tak akan terlambat. Sesampainya di parkiran universitas, Elvano turun dari mobil. Menggunakan setelan slim suite merk terkenal yang sangat pas di tubuh atletisnya, dipadukan dengan rambut yang rapi dan kacamata hitam yang bertengger diatas hidungnya, kedatangan Elvano cukup membuat heboh.

Lisa melihat kerumunan di area parkir, ia penasaran begitu pula dengan Varen. Mereka pun menyempatkan diri di sela kesibukan untuk melihat kesana. Mata Lisa membola, melihat Elvano dan Fatih lah yang menjadi penyebab. Rektor mereka sedang menyambut kedatangan El disana.

"itu siapa sih?" bisik mahasiswi disana kepada temannya.

"kayanya tamu penting deh, tuh rektor sampai nyambut sendiri"

"ga liat tuh mobilnya, bukan mobil murah tuh"

"nafkahi saya mas" kikik yang lainnya.

"pesona pria tampan dan mapan memang ga ada obat"

"ini biar dia mau sama gue perlu di apain ya?"

"cowo disini jadi pada kebanting ga sih?"

Serta bisikan-bisikan menggelikan lainnya. Lisa yang mendengar merotasikan matanya. Padahal hampir setiap hari ia melihat laki-laki itu menggunakan setelan serupa, tapi kenapa saat diluar seperti ini Elvano terlihat sangat tampan.

Sesuai kesepakatan, Elvano sama sekali tidak menyapa bahkan melirik pun tidak pada Lisa saat berjalan melewatinya. Benar-benar seolah tidak saling mengenal. Itu kemauan Lisa sih, tapi kenapa Lisa kesal.

"Lice?" panggil Varen.

"hah? Kenapa kak?"

"lo kenapa melamun? Sambil cemberut lagi"

"engga kok, ga kenapa-napa"

"itu pak Elvano, CEO JCW Group. Dia salah satu penyumbang terbesar untuk beasiswa mahasiswa kurang mampu. Makanya tahun ini penerima beasiswa itu di naikkan jumlahnya kan" Jelas Varen.

"oh gitu ya" tanggap Lisa seadanya.

"kenapa? Lo terpesona juga?" Varen terkekeh.

"apa sih, engga. Ayo kebelakang, acaranya udah mau dimulai"

Lisa pun tenggelam dalam kesibukan mengatur acara itu dengan Varen juga panitia lainnya. Acara itu berjalan lancar, dimulai dengan kata sambutan hingga pentas menyanyi, tari juga lainnya berhasil ditunjukkan kepada tamu dan undangan.

"Lice, itu abis ini tari saman, ayo ke depan" ujar Varen menarik Lisa untuk melihat dari samping panggung. Lisa memang menyukai pertunjukkan tradisonal seperti tari saman ini, ia melihat para penari yang berlatih dan sangat menyukainya.

Sesampainya di samping panggung, mereka yang akan melakukan pertunjukkan tari saman itu bersiap-siap, Lisa menunggu dengan sumringah sampai ekor matanya menangkap Elvano. Disana, suaminya itu duduk di jajaran depan bersama para petinggi universitas serta tamu penting lainnya.

Sejak dimulainya acara, Lisa dan Varen memang fokus memantau dari belakang panggung. Saat suara musik sudah dimulai mata Lisa fokus dengan pertunjukkan itu.

"kalau lo suka kenapa ga ikutan kemaren" ujar Varen sedikit berteriak di dekat telinga Lisa berusaha mengalahkan suara sound system sambil menyerahkan botol air mineral yang sudah dibukakan.

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang