*42*

166 36 0
                                    

Elvano sedang menandatangani beberapa berkas di ruang kerja rumahnya. Menghela nafas, ia meletakkan pulpen mahalnya dengan kasar di atas meja lalu bersandar pada sandaran kursi dan menutup wajah dengan kedua tangannya.

Sejak kembali dari acara tadi siang, di kantornya Elvano tidak bisa berkonsentrasi sedikt pun. Bayangan sang istri dengan laki-laki bernama Varen itu terus memenuhi kepalanya, ditambah lagi para mahasiswi yang bergosip tentang betapa cocoknya Lisa dan Varen membuat kepala Elvano seakan ingin meledak.

Lisa. Wanita itu membuatnya kembali seperti remaja tanggung yang gampang cemburu buta. Kalau saja bisa, ia ingin mengumumkan pada semua orang kalau Lisa adalah miliknya. Sayang sekali, wanita itu belum memberi ijin untuk mendeklarkan hubungan mereka.

Tak lama pintu ruangannya di ketuk dari luar. Membenarkan duduknya, El menyuruh siapapun yang mengetuk untuk masuk. Saat itu kepala sang wanita yang sejak tadi membuatnya gelisah, menyembul masuk.

"lagi sibuk mas?" tanya Lisa melihat setumpuk dokumen di meja Elvano.

"sedikit. Masuk aja"

Lisa pun berjalan masuk setelah menutup pintu, masih dengan kemeja hitam dan celana jeans yang ia lihat tadi pagi. Lalu wanita tu meletakkan piring berisi makanan di meja Elvano.

"aku tadi beliin kamu dimsum di resto kami makan tadi, coba deh enak loh mas" ujar Lisa sambil duduk di kursi seberang meja.

Tadi sore Lisa memang menelponnya untuk meminta ijin pulang malam, ada acara makan bersama panitia katanya, untuk merayakan lancarnya acara.

"kamu suruh pak Heri pulang duluan, tadi pulang sama siapa?" tanya El.

Hanya perasaan Lisa atau memang nada bicara Elvano terasa dingin. Ia bahkan tak menyentuh dimsum yang dibawanya, bertanya pun masih sibuk dengan dokumen-dokumen itu. Biasanya El tak pernah melepaskan pandangan dari Lisa saat mereka mengobrol.

"diantar kak Varen" jawab Lisa enteng. Hening. Sejenak Elvano terdiam dan hal itu tak luput dari pandangan Lisa.

"kamu emang deket sama dia?"

"sama siapa? Kak Varen?"

"hm"

"ga juga sih mas, jadi deket karena acara ini aja memang. Kenapa?" Lisa melipat tangannya diatas meja.

"gapapa, kalian keliatan dekat aja"

"engga kok, ga sedekat itu" elak Lisa.

"oke" hanya itu jawaban El. Hening kembali.

"kamu udah makan?" Lisa mencoba mencari topik lain.

"udah"

"kamu lagi sibuk apa memang?"

"nyiapin yang mau di tinjau di makassar"

"kamu kapan berangkatnya?"

"lusa"

"oh iya, kita jadi ga mas yang ke Korea itu?" tanya Lisa antusias.

"jadi"

Hening kembali. Lisa bingung ada apa dengan lelaki di hadapannya ini? Apa ia memiliki salah? Tapi rasanya tidak, bahkan tadi pagi Elvano masih seperti biasa.

"ya udah aku mandi dulu ya mas. Kamu jangan malam-malam tidurnya" pamit Lisa berdiri hendak keluar ruangan itu.

"hm"

Hanya itu jawaban yang ia terima. Ingin sekali rasanya bertanya ada apa, tapi segan. Sepertinya memang karena pekerjaan saja. Lisa akhirnya benar-benar keluar dari ruangan itu, menuju kamarnya untuk mandi dan beristirahat. Ia sangat lelah setelah hampir dua minggu ini kegiatannya sangat padat.

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang