part 4

1.4K 131 20
                                    

(dua perbedaan)

~♥~

Masih di hari yang sama, kedua anak muda itu belum sampai di tujuan. Sesuai keinginan Rena memang yang meminta Arya untuk memelankan laju motor, maka dengan segenap jiwa kegregetan yang ia pendam laki-laki itu menarik gas motornya hanya setengah tidak seperti biasa.

"Ren!" panggil Arya setengah berteriak, sengaja agar suaranya tidak teredam oleh kebisingan kendaraan sekitar dan terbawa terbang oleh angin.

Si empunya nama sedikit memajukan tubuhnya mendekati Arya, dan kemudian menjawab, "iyaa?" dengan nada yang sama-sama tinggi.

Hening sebentar, Arya masih menimang-nimang apakah harus ia tanyakan atau tidak.

"rumah lo belok mana?" akhirnya ia memutuskan untuk tidak bertanya pasal kejadian di kantin siang tadi.

"kiri Ar, pas belokan yang di depan."

"ohh oke."

Dan berikutnya sunyi lagi, sepanjang perjalanan mereka memang tidak banyak mengobrol, terlebih lagi Arya tengah fokus menatap jalanan guna menghindari sesuatu yang tak diinginkan terjadi akibat jalan yang licin.

Beberapa menit berikutnya mereka tiba di depan toko yang waktu itu, Rena turun dari motor diikuti dengan Arya yang melepas helm full face miliknya.

"di sini?" tanya laki-laki itu bingung.

"iyaa di sini aja."

"kenapa? Gk sekalian gue anterin sampe rumah aja."

"gk usah, sampe sini aja udah cukup kok, makasih Ar."

Rena berjalan masuk ke dalam toko, meninggalkan Arya yang masih diam di atas motor, memperhatikan punggung gadis itu.

Hingga Rena benar-benar masuk, barulah dia kembali memakai helm dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi seperti biasanya.

Tak butuh waktu lama, laki-laki itu pun tiba di rumah. Setelah memarkirkan motor Arya melangkah masuk ke rumah, melepas sepatu di depan pintu dan menentengnya ke dalam tanpa mengotori lantai.

"Abang pulang!" teriaknya memberi tahu orang rumah.

Selang beberapa detik berikutnya, muncul lah seonggok kepala dari balik ruangan di sudut kanan rumah, dapur.

"udah pulang ternyata, mandi dulu sana baru bisa makan."

"iyaa bidadari, ini juga mau langsung mandi," jawab Arya sembari mengecup lembut punggung tangan wanita tersebut.

Di perlakukan semanis itu oleh putranya sendiri membuat bibirnya tak mampu menahan senyum bahagia.

"bunda tunggu di sini yah, jangan lama-lama okey?"

"siap matahari nya abang," jawab Arya jenaka dengan tangan mengambil posisi hormat.

Sebelum mendapat jeweran lagi, Arya segera berlari ke atas, memasuki kamarnya dan kemudian menguncinya.

Setelah di dalam, laki-laki itu segera membuka pintu balkon dan meletakan sepatu nya di sana, agak basah dan lembap memang. Berlanjut dari sana ia beralih membuka kancing kemeja nya satu persatu sementara kakinya menuju meja belajar di mana komputer dan speakernya berada.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang