part 41

732 74 7
                                    


Heyyoo apa kabar?
Udah lama nih gk update, gimana? Ada cerita apa aja?

Mau berbagi gk? Siapa tau kisah hidup kamu bisa jadi pelajaran bagi aku dan orang lain.

Bagi yang mau curhat bisa banget kok, tinggal dm aja.

Jangan pernah mendem masalah okey?kebahagiaan bisa aja datang dari sumber yang gk pernah kamu sangka sebelumnya. Jadi semangat-!!!

Happy reading.

~♥~

Rena membuka mata dan langsung mendapati Arya tengah duduk di kursi samping ranjang. Dengan kepala menunduk sepertinya sedang tidur.

Gadis itu agak meringis saat merasa nyeri di beberapa bagian, terlebih lagi kepalanya terasa berdenyut dan pusing.

Beralih dari memperhatikan Arya, Rena kini menatap sekitar. Baru tersadar jika ia berada di kamar yang dulu pernah ia gunakan untuk ganti baju, tepatnya pada kediaman laki-laki ini.

Rena kembali menatap Arya, lalu bertanya dalam hati, sudah berapa lama cowok itu tertidur, dan kenapa pula dia bisa di sini?

Mendengar ada suara Arya mendongakan kepalanya, belakangan radar kepekaannya bertambah sensitif maka hanya dengan suara kecil saja bisa membangunkan Arya dari tidur.

Mendapati Rena yang sedang menatapnya, laki-laki itu tersenyum manis, dengan suara serak ia pun berujar, "udah bangun, ada yang sakit?"

Rena tetap diam dan terus memperhatikannya, tatapan perempuan itu terkunci pada laki-laki ini.

Arya membiarkannya, ia agak memajukan posisi duduk lalu menyentuh kening Rena menggunakan punggung tangan, mengecek suhu.

"masih agak anget, kepalanya sakit ngga?"

Perlahan Rena mengangguk, "dikit."

"bagian mana? Selain itu ada lagi yang sakit?"

"kaki sama tangan."

"mereka kenapa hm? Sakit juga?"

"iya, agak nyeri."

Arya berdiri lalu mengelus rambut Rena lembut, "bentar yah, gue buatin bubur dulu biar lo bisa minum obat."

Rena diam saja, memperhatikan gerak-gerik laki-laki itu yang terasa menghangatkan hatinya, hingga Arya menghilang dari balik pintu, tangan Rena terangkat gune menyentuh kening dan rambutnya dimana Arya tadi mengelusnya.

Setelah di tinggal seorang diri di ruangan ini, Rena kembali memperhatikan sekitar. Terbayang wajah mama nya yang kembali membuat gadis itu ingin menangis, namun buru-buru ia menghalau air mata agar tidak keluar.

Selang beberapa menit berikutnya, Arya datang sambil membawa nampan yang berisikan semangkuk bubur, segelas air dan obat.

Ia meletakan nampan itu ke atas meja samping ranjang lalu membantu Rena untuk duduk bersandar pada mahkota ranjang.

"mau di suapin atau makan sendiri?" ada nada menggoda di balik pertanyaannya itu, diikuti dengan smirk yang membuat Rena ingin mencakar wajah ganteng dan menyebalkan itu.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang