part 36

631 59 9
                                    


Aku bingung harus ngucapin apa lagi:(
Kalian bosen gk sih di tanyain kabar sama aku?

Kalau aku pribadi sih gk bosen, hehe.

Apa kabar kalian? Semoga baik ya.
Ingat sayang, kalian itu berharga, jangan putus asa apalagi kalah dengan keadaan.

Buang jauh-jauh pemikiran pengen nyerah sementara belum ada pencapaian apapun yang bisa kalian banggakan.

Tapi bukan berarti setelah berhasil, kalian bisa ngakhirin film gitu aja yah.

Keep strong epribadehhh.

Happy to reading

~♥~

Waktu berlalu. Dan sekarang sudah berganti hari.

Rena pergi ke sekolah seperti biasa, setidaknya sedikit memaksakan diri. Setelah mengisi absensi, gadis itu duduk di kursi miliknya, mengeluarkan beberapa barang dari dalam tas dan tak lupa meletakan jaket milik Arya di atas meja.

Ia selalu lupa untuk mengembalikannya, padahal sudah lama sekali sejak kejadian waktu itu.

Rena membuka halaman buku tugas kimia miliknya, kembali merefisi jawaban padahal dia sendiri sudah yakin.

Selang beberapa menit, orang-orang mulai berdatangan, memadati kelas yang kini berubah bising.

Giliran Tania yang muncul, tapi gadis itu tidak sendiri. Di belakangnya berdiri sosok Arya dengan tas yang ia gantung asal di pundak sebelah kanan.

Terdengar bisik-bisik yang mempertanyakan hubungan Tania dan Arya, lebay memang. Padahal mereka hanya datang bersama, itulah yang dipikirkan Rena.

"lo datang bareng Arya?" Gina bertanya sembari memainkan ujung rambut miliknya.

Tania mengangguk singkat, "ya."

"lo godain yah makanya Arya mau dateng bareng lo? Kan biasanya bareng Rena," ujar Dion pedas, melirik Rena sejenak.

Tania mendengus keras, "jaga mulut lo! Gue gk ngapa-ngapain kok, Arya sendiri yang nawarin."

Sekarang tatapan mengarah pada tokoh laki-laki, menuntut jawaban namun yang di dapat adalah anggukan, membuat Tania melebarkan senyum kemenangan.

"liat kan? Gue di tawarin!"

Gina dan Dion kembali ke bangku mereka dengan masih berdumel, sementara Rena melirik Arya. Tanpa sadar mata mereka bertemu, hendak memutuskan tatapan tapi Arya malah lebih dulu yang membuang muka.

Sesak? Tentu saja. Laki-laki itu terlalu patuh sampai-sampai langsung menuruti permintaan Rena untuk menjauhinya.

Memilih untuk tak begitu larut dengan perasaan, Rena mengatur napas.

"tenang okay? Ini yang lo mau, jadi mari mulai semuanya dari awal."

Tepat setelah itu, guru mapel masuk. Bu Mela. Selaku pengajar mapel agama.

Rena memperhatikan Arya yang sibuk membereskan buku sampai berikutnya pamit pergi untuk belajar di ruangan bu Natha, bersama Tania yang mengekor di belakang.

Sekali lagi ia menghela napas, semuanya akan jauh lebih baik jika di jalani sesuai kemauannya bukan?

Jadi fokus Rena kembali terpaku pada papan tulis, ketika bu Mela mulai menerangkan.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang